MEDIASULSEL.com – Pencapaian program bank sampah selama 2016, ternyata sangat memberikan sesuatu yang luar biasa bagi kota Makassar. Kepala Unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Daur Ulang Pengelolaan Sampah, Muhammad Nasrun mengatakan, hingga periode Desember 2016, reduksi sampah yang berhasil dilakukan sebesar 900 hingga 1.000 ton mulai Januari hingga Desember ini.
Sementara itu, sebanyak 12 ribu nasabah bank sampah telah menikmati pelayanan bank sampah pusat dengan total dana yang telah tersalurkan sebesar 2,5 miliar rupiah. Meski demikian, menurut mantan kepala seksi kebersihan kelurahan Maloku kecamatan Ujungpandang ini, pencapaian tahun ini masih bisa ditingkatkan di tahun depan.
“Kita sangat berharap tahun depan bisa lebih tinggi lagi. Alhamdulillah, bapak walikota sangat merespon kami dengan memberikan bantuan dua unit mobil baru lagi kepada bank sampah pusat. Karena selama ini setiap hari ada 30 sampai 40 bank sampah yang minta dijemput, sementara kami kekurangan armada,” ujarnya.
Satu hal yang membuat tahun 2016 luar biasa di mata Walikota Makassar, karena bank sampah berhasil menciptakan delapan inovasi yang berjalan maksimal. Diantaranya, sampah tukar beras, sampah tukar produk dapur rumah tangga, sistem pembayaran online melalui bank sampah, aplikasi tangkasarong, bank sampah pulau, bank sampah balaikota, sampah tukar es cream dan banggama rong (bangkitnya gadde gadde Makassar di Lorong).
Kedelapan inovasi tersebut menurut ketua yayasan peduli negeri, Saharuddin Ridwan akan dipamerkan pada awarding bank sampah 2016 di kediaman pribadi Walikota Makassar (26/12/2016).
“Jadi semua inovasi bank sampah melalui layanan ini diciptakan sendiri oleh bank sampah unit selain aplikasi tangkasarong yang dibantu oleh dinas komunikasi dan informasi (Kominfo) Makassar,” ujarnya.
Direktur bank sampah unit mekar swadaya, Erwin merespon positif kebijakan walikota, Danny Pomanto yang memberikan jalan keluar berupa bank sampah pusat. Karena menurutnya, bank sampah pusat inilah yang mampu menyelesaikan persoalan yang lama membelit bank sampah unit.
“Dulu kami sulit bekerja dengan baik dalam program bank sampah karena harganya naik turun, jenis sampah yang dibeli terbatas, bahkan jarang dijemput. Namun setelah ada bank sampah pusat, semua hal itu tidak terjadi lagi,” ungkap Erwin (*)