OPINI—Demam Citayam Fashion Week (CFW) akhirnya menular ke kota Daeng. Center Point of Indonesia (Cepehi) menjadi tempat pengganti Citayam. Pro kontra pun berdatangan dari berbagai kalangan, tak terkecuali para pejabat di negeri ini.
Fenomena lenggak-lenggok di atas zebra cross ini kemudian menderas bagaikan air bah, menggenang ke wilayah lain. Mereka seakan mendapat “angin segar” akan aktualisasi diri. Inilah potret generasi dalam asuhan sistem kapitalisme. Patutkah diapresiasi?
Fenomena street fashion ini bermula dari ide anak-anak muda yang ingin menghabiskan waktu dan adu gaya dalam berpakaian modis. Mereka melakukan aksinya di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Pusat.
Kebanyakan anak-anak muda tersebut berasal dari Citayam, Depok. Selain itu ada juga dari Bojonggede, Depok. Itulah mengapa kawasan elite SCBD berubah menjadi Sudirman Citayam Bojonggede Depok (SCBD).
Parahnya lagi, banyak yang ikutan latah mencontoh aksi anak muda tersebut. Mulai dari selebriti, influencer hingga pejabat (tribunnewswiki.com, 25/7/2022).
Tak ayal, demam CFW akhirnya menular ke berbagai daerah. Menjadi sebuah tren dan digandrungi banyak orang, terutama para pemuda.
Tak dimungkiri, peran media dan pihak terkait berkontribusi besar dalam mem-viral-kan fenomena ini. Banyak pihak mengapresiasi dengan menyebut kegiatan tersebut adalah hal positif.
Namun, tak sedikit pula mencibir dan menganggap kegiatan tersebut adalah potret generasi rusak akibat support system error.