MEDIASULSEL.com,- Achmad Rubye (34 Thn) yang akrab disapa Mamat berhasil menjuarai Lomba Foto Internasional Pesona Kepulauan Selayar yang diselenggarakan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar melalui Dinas Budpar 26-28 Oktober 2016 lalu.
Mengangkat tema Kampung Tua Bitombang, Salah satu kampung tua yg ada di Pulau Selayar dan masih mempertahankan beberapa budaya dan, Mamat fotografer asal Kabupaten Pinrang ini mengabadikan keunikan Kampung Tua ini melalui lensa bidikannya.
“Alhamdulillah, terimakasih kepercayaan Pemda Selayar, Pak Bupati, terkhusus Kadis Budpar Pak Kadhafi yang telah menerima kami, member tumpangan, Pak Azis dan om Ben, serta Juri Lomba dalam hal ini Mba Marryssa Tunjung Sari, Mas Arbain Rambey, dan Mas Didi Kasim atas Apresiasinyanya. Teman-teman Fotografer dari berbagai wilayah sebagai peserta dan tuan rumah, Fotografer Selayar yang sangat ramah menerima kehadiran kami” ungkap Mamat melalui akun Facebooknya.
“Besar harapan kami, semoga melaui event Lomba foto ini, dapat menghasilkan karya yang terbaik, mampu menarik wisatawan mengunjungi Selayar dengan Keunikannya, bukan hanya kota tua dan peninggalan masa lalu, namun keindahanan Pantai Pasir putih tidak kalah dengan beberapa wilayah lain di Indonesia” tegas Kadis Budpar Kadhafi.
Kampung Bitombang ini sangat unik, terletak di ketinggian pegunungan dengan latar belakang pemandangan laut dari ketinggian, dengan bentuk arsitektur unik, Kayu untuk menopang rumah ini memiliki tinggi mencapai 15 meter sehingga terlihat rumah tidak menjejak ke tanah. Berdasarkan mitos penduduk setempat, tinggi dari penopang kayu sebagai penyangga rumah sebagai lambang panjangnya usia penduduk desa.
Pak Sharben, dari Budpar yang mengawal puluhan peserta Fotografi ini menyatakan “ usia dari rumah dikampung ini ada yang hingga 400 tahun, Untuk dapat menopang rumah dalam jangka waktu lama, warga menggunakan kayu Bitti /holasa yang dikenal kuat hingga ratusan tahun dengan kualitas tinggi sebagai tiang penyangga rumah. Sudah ratusan tahun kayu dari pohon holasa setinggi 10-15 meter itu menjadi penyangga rumah, Untuk bagian atap rumah menggunakan Bambu yang tersusun secara rapi”
Mendirikan rumah di Perkampungan Tua Bitombang ini dimulai dengan ritual tertentu yang harus dijalankan. Ritual untuk membangun rumah yang diarahkan oleh Mata Guri atau orang yang dianggap punya pengalaman dan mengetahui ritual adat untuk membangun sebuah rumah panggung. Ritual ini menurut penjelasan dari penduduk desa adalah penanaman Jampi di sekitar rumah, tetapi tidak boleh diketahui oleh siapapun. Ritual ini disebut dengan ritual keberkahan yang bermaksud agar keberkahan terus diturunkan kepada keluarga yang ada di rumah tersebut
Menuju Lokasi Perkampungan Bitombang ditempuh dengan 2 cara, melalui perjalanan darat- laut selama 8 jam, Makassar Bira 4 jam, Bira – Pamatata 2 jam, Pamatata – Benteng 1 jam, Benteng – Bitombang 30. Dan Perjalanan Udara Makassar – Selayar 45 menit – 1 jam., Bandara H. Aroeppala – Bitombang 1 jam.
Masyarakat Bitombang dikenal sangat ramah kepada tamu atau siapapun yang mau mempelajari tradisi di tanah mereka. (Mzd)