OPINI—Perkembangan anak tentunya menjadi perhatian besar bagi seluruh orangtua, olehnya itu menjadi suatu kekhawatiran ketika terjadi hambatan dalam perkembangan tumbuh kembang anak-anak mereka yang biasa dikenal dengan sebutan tengkes atau stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita atau bayi di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi itu bisa terjadi bukan saja pada saat bayi lahir, tetapi sejak di dalam kandungan atau pada masa awal bayi lahir.
Maka dari itu ketika ingin mencegah stunting memang yang perlu menjadi perhatian juga diberika kepada ibu hamil untuk mengatsi stunting dini dalam kandungan. Pencegahan tersebut tentunya menjadi titik fokus adalah pemenuhan gizi yang cukup.
Gemar Makan Ikan, Salah Satu Sumber Gizi
Arahan pencegahan stunting sudah lama di wacanakan sejak tahun lalu oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), beliau mendorong masyarakat Indonesia gemar makan sebagai upaya pencegahan stunting karena ikan memiliki protein tinggi yang dinilai mampu membantu memenuhi gizi anak.
Diperjelas bahwa ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan memiliki kandungan asam lemak, Omega 3, Omega 6 dan Omega 9 yang sangat relevan sebagai salah satu sumber gizi untuk mendukung program pencegahan dan penanganan stunting ( antaranews.com 21/11/22).
Karena stunting masih dalam pembahasan hingga tahun 2023, kini belom ada penyelesaian akan masalah tersebut, maka kembali diwacana arahan kembali gemar makan. Menko PMK: Gencarkan kampanye gemar makan ikan guna cegah stunting (antaranews.com 07/03/23).
Memang benar kandungan dalam bahan pangan ikan khususnya menjadi salah satu sumber gizi, jadi wajar ketika arahan gemar makan ini menjadi salah satu solusi dari beberapa solusi yang ditawarkan oleh pemerintah. Akan tetapi pemenuhan itu tidak serta merta dapat dipenuhi oleh seluruh rakyat di setiap keluarga mereka karena adanya benturan ekonomi.
Hal ini dapatkita melihat daerah yang kaya akan sumber pangan ikan juga belom dapat menurunkan angka stunting, prevalensi balita stunting tertinggi di Maluku pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di 2022, yaitu mencapai 41,6 persen (tribunnews.com 09/03/23).
Maluku termasuk salah satu wilayah perairan yang tentunya sumber perikanan yang melimpah, akan tetapi rakyat di sana terhitung angka stunting yang cukup tinggi. Bisa ditarik kesimpulan permasalah stunting tidak cukup hanya disemarakkan gemar makan ikan.