Advertisement - Scroll ke atas
  • Media Sulsel
  • Universitas Dipa Makassar
Makassar

India, Australia dan Switzerland Ramaikan F8 di Makassar

558
×

India, Australia dan Switzerland Ramaikan F8 di Makassar

Sebarkan artikel ini
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

MEDIASULSEL.com – Konsulat Jenderal Australia, India, dan Switzerland meramaikan event Makassar International Eight Festival and Forum yang populer dengan F8 (Food, Fashion, Film, Flower, Folk Song, Fussion Jazz, Fine Art, and Fiction Writer) yang dihelat 8 sampai 10 September 2016 di Anjungan Pantai Losari.

Ketiganya membuka booth di arena yang menghadirkan 20 negara dari 5 benua, serta 42 kabupaten dan kota di Indonesia. Di booth India dipamerkan sari dan turban, pakaian khas India untuk laki-laki dan perempuan.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Ada juga foto yang memuat gambar Perdana Menteri India Jawaharal Nehru bersama Presiden Soekarno yang diabadikan di bulan Juni 1950, dan foto Mahatmah Gandhi. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk foto booth dengan latar bendera India.

Lain lagi dengan Australia yang menyajikan sate Kanguru, dan sate daging Sapi Australia. Puluhan pengunjung nampak memadati dan antri, penasaran ingin mencicipi rasa sate daging Kanguru dan Sapi Australia.

“Penasaran dengan rasa dagingnya apalagi dibikin sate dengan bumbu kacang,” kata Wilda yang ikut antri di antara kerumunan pengunjung, Kamis, (8/09/2016).

Rasa penasaran pengunjung kian bertambah saat mengetahui bumbu sate diracik khusus oleh isteri Konjen Australia untuk Makassar, Putri.

Ia menyiapkan 1.800 porsi sate yang bisa dinikmati khusus di hari pembukaan Makassar F8. Menurut staf Konjem Australia Sean Turner, yang membedakan daging Sapi asal negaranya dengan daging sapi lokal adalah teksturnya yang lembut.

Meski sate dikenal sebagai kuliner khas Indonesia, Turner mengaku warga Australia cukup familiar dengan olahan daging yang dipotong dadu lalu dipanggang dengan arang. “Sering disajikan saat acara Barbekyu atau kumpul-kumpul dengan keluarga,” jelasnya.

Sementara itu, di booth Switzerland diperkenalkan program pendampingan di bidang pariwisata dan perkebunan Kakao di beberapa daerah di Indonesia termasuk Tana Toraja, Bone, dan Luwu yang digagas oleh pemerintah Switzerland.

3P (Provit, Planet and People) menjadi prinsip dasar program pendampingan Swisscontact bagaimana mengembangkan pariwisata dan perkebunan Kakao yang ramah lingkungan, memberikan keuntungan finansial, serta memberdayakan masyarakat dan petani.

Disadari atau tidak, perkebunan Kakao juga berkontribusi dalam meningkatkan emisi rumah kaca, dengan 3P mereka dibekali pengetahuan bagaimana menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang tepat guna dan tepat sasaran.

Selain India, Australia, dan Switzerland, arena Makassar F8 juga diramaikan dengan booth dari kabupaten dan kota di Indonesia diantaranya Kediri, Bengkulu, Mamuju, dan Enrekang.

Kediri memamerkan kain motif tenun Kediri yang dijual dengan harga Rp 150.000 sampai Rp 250.000, aksesoris berbahan tembaga ditawarkan Rp 200.000 sampai Rp 1.500.000, Stik Tahu seharga Rp 10.000, dan Cokelat aneka rasa senilai Rp 8.500 sampai Rp 55.000.

Semuanya produksi UKM (Usaha Kecil Menengah) binaan Dinas Koperasi, dan UKM Kediri.

Selama tiga hari pengunjung dapat menyaksikan kemeriahan Makassar F8, khususnya di arena booth sepanjang 1,3 km mulai dari Anjungan Metro sampai Toraja – Mandar. Sebanyak 154 booth dari PHRI, usaha kuliner, merchandise, art, supporting dan sponsorship meramaikan event Makassar F8.

Walikota Makassar, Danny Pomanto mengharapkan event ini dapat berlangsung sukses, menjadi sarana hiburan dan wisata bagi warga Makassar, tamu, dan peserta.

“Terima kasih atas dukungan seluruh pihak. Tanpa dukungan dari gubernur, TNI, Polri, kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, masyarakat, serta media, Makassar F8 tidak akan berlangsung sukses. Ini akan menjadi event tahunan Makassar,” ungkap Danny. (*)

error: Content is protected !!