Advertisement - Scroll ke atas
  • Idulfitri 1446 H
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Kehidupan Sekuler Kapitalis Melahirkan Individu Sadis

983
×

Kehidupan Sekuler Kapitalis Melahirkan Individu Sadis

Sebarkan artikel ini
Kehidupan Sekuler Kapitalis Melahirkan Individu Sadis
Mansyuriah, S.S (Pemerhati Perempuan dan Generasi)
  • DPRD Kota Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi baru-baru ini menjadi saksi atas tragedi keluarga yang mengguncang warga setempat. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 7 September 2023 lalu, menurut laporan awal pihak berwenang, sebelum tragedi itu terjadi terdapat pertengkaran hebat antara suami dan istri, dari pertengkaran yang berujung penganiayaan inilah yang diduga menjadi pemicu aksi kekerasan yang tragis.

Didasari karena motif sakit hati dan faktor ekonomi, secara tega suami menggorok leher istrinya yang dalam kondisi hamil dengan pisau dapur di depan anak anaknya yang masih balita.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

“Tersangka langsung mengiris leher korban (menggunakan pisau dapur) hingga korban tidak bernyawa,” ujar Kanit Reskrim Polsek Cikarang Barat, AKP M. Said Hasan saat diwawancarai TVOne pada Selasa (12/9/2023).

Bahkan setelah membunuh dia sempat memandikan jenazah istrinya, mencuci pakaiannya yang berlumuran darah hingga akhirnya menyerahkan diri ke polisi setempat dan ditetapkan sebagai tersangka.

Sungguh sangat miris, kasus demi kasus KDRT marak terjadi di tengah tengah masyarakat. Data dari KemenPPPA, hingga Oktober 2022 sudah ada 18.261 kasus KDRT di seluruh Indonesia, sebanyak 79,5% atau 16.745 korban adalah perempuan dan september 2023 meningkat menjadi 19.192 kasus. (kekerasan.kemenpppa.go.id).

Tak dimungkiri budaya sekuler kapitalis telah melahirkan individu yang cenderung egois, kurang empati dan bahkan sadis dalam tindakan mereka. Ini adalah potret buram kehidupan sekuler kapitalistik yang jauh dari keimanan.

Kehidupan dalam Masyarakat Sekuler Kapitalistik

Kehidupan sekuler kapitalistik adalah model masyarakat yang didasarkan pada prinsip ekonomi kapitalisme, dimana yang menjadi fokus utamanya adalah keuntungan semata, dan agama cenderung terpinggirkan, sehingga nilai nilai spiritual di tengah tengah masyarakat menjadi tidak penting, inilah sebagian besar menjadi pemicu tindakan tindakan sadis dalam kehidupan, dan sistem ini telah mendominasi banyak negara di seluruh dunia.

Potret kehidupan sekuler kapitailstik yang cenderung individualisme dan materialisme. Dimana individu di dorong untuk mengerjar kebahagian pribadi, sukses, sehingga citra dan pencapain diri menjadi sangat penting dalam penghargaan sosial, siapa individu yang paling sukses atau terlihat paling sukses.

Kehidupan dalam masyarakat sekuler kapitalistik juga sering dipengaruhi oleh materialisme yang mendominasi. Konsumsi barang dan jasa seringkali dianggap sebagai tanda kesuksesan, dan kemakmuran material menjadi tujuan utama. Dalam upaya mencapai tingkat konsumsi yang tinggi, banyak orang yang bekerja keras untuk meraihnya, bahkan cenderung menghalalkan segala macam cara.

Beratnya Beban Kehidupan dan Lemahnya Iman

Kehidupan seringkali dilalui dengan beban yang terasa berat. Adanya masalah ekonomi dan keuangan seringkali menguji keimanan. Beratnya beban dan tekanan hidup tidak jarang menjadi cobaan dalam hidup ini.

Beratnya beban hidup adalah pengalaman yang umum bagi setiap individu. Kita mungkin merasa terhimpit oleh tekanan-tekanan ini, sehingga iman kita pun tersentuh. Namun, dalam kondisi seperti ini, penting untuk diingat bahwa tantangan dan cobaan adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Iman adalah sumber kekuatan yang bisa membantu kita mengatasi beban-beban ini.

Setiap orang, tanpa kecuali, akan menghadapi tantangan dalam berbagai bentuknya. Bagi seorang muslim, sikap yang diambil dalam menghadapi ujian dan beban hidup sangat dipengaruhi oleh keimanan,.

Dalam kesimpulan, seorang muslim harus memiliki pedoman yang kuat dalam menghadapi ujian dan beban hidup melalui ajaran agama (Islam). Dengan tawakal kepada Allah, kesabaran, berusaha dengan tekun, dan sikap bersyukur, seorang muslim dapat menjalani perjalanan kehidupan dengan keyakinan dan ketabahan.

Cobaan dan ujian adalah bagian dari rencana Allah, dan dengan sikap yang benar dapat menjadi peluang untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa menjauhi maksiat.

Peran Negara Sebagai Perisai

Negara membantu rakyatnya agar hidup tenang aman dan damai dalam suasana keimanan, dengan memenuhi kebutuhan manusia dan mensejahterakannya melalui penerapan Islam kaffah (menyeluruh).

Negara (dalam hal ini penguasa) harus memiliki tanggung jawab utama dalam mewujudkan kesejahterraan sosial, ekonomi serta menjaga keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan rakyatnya.

Ini adalah salah satu tugas inti dari pemerintahan yang dikenal sebagai fungsi negara dan dilakukan melalui berbagai lembaga pemerintah serta kebijakan yang dirancang untuk melindungi hak-hak dan kepentingan rakyat.

Negara bertanggung jawab untuk menjaga keadilan sosial, melindungi hak hak individu, Negara harus menjadi pelaksana hukum (syara’) untuk memberikan sanksi yang tegas pada pelaku kejahatan.

Dalam Islam, sanksi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu sebagai zawajir (pencegah) berarti dapat mencegah seseorang dari tindakah kejahatan juga jawabir (penebus) dikarenakan ’uqubat (sanksi) dapat menebus sanksi akhirat, sanksi akhirat bagi seorang muslim akan gugur oleh sanksi yang dijatuhkan negara (Islam) ketika di dunia. Dalilnya adalah

Dari Imran bin Hushain ra “bahwasannya ada seorang wanita dari (kabilah) Juhainah mendatangi Nabi Muhammad saw. dalam keadaan hamil hasil perzinaan, wanita tersebut berkata:

Wahai Nabiyallah, aku telah melakukan dosa yang patut mendapat hukuman had, maka laksanakan lah (hukuman had tesebut) kepadaku”.

Kemudian Nabi Muhammad saw. memanggil walinya (keluarganya) dan berkata “Perlakukanlah ia dengan baik, jika dia sudah melahirkan, bawalah ia kepadaku”. Kemudian (walinya) melakukannya (melakukan perintah Rasul saw.).

Kemudian Nabi saw. meminta untuk menghadirkan wanita tersebut dan menyuruh (orang) untuk mengencangkan bajunya (mengikat kencang bajunya), lalu beliau memerintahkan agar wanita itu dirajam.

Rasul pun menyalatinya. Umar ra. berkataApakah engkau menyalatinya wahai Rasulallah, padahal ia telah berzina?”, Rasul pun berkata “Dia telah melakukan taubat dengan taubat yang apabila dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mereka semua akan mendapatkan bagian. Apakah engkau menemukan ada yang lebih baik dari seseorang yang sepenuh hati menyerahkan dirinya kepada Allah Swt.?” (HR. Muslim).

Hadits diatas menjelaskan bahwa sanksi dunia diperuntukkan untuk dosa tertentu, yakni sanksi yang dijatuhkan negara bagi pelaku dosa, dan ini akan menggugurkan sanksi akhirat dan yang bertanggung jawab melaksanakan uqubat (sanksi) ini adalah negara bukan individu.

Wallahualam bis Showab.

 

Penulis

Mansyuriah, S.S
(Pemerhati Perempuan dan Generasi)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!