Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Selama Tahun Baru 2025
  • Universitas Diponegoro
  • Media Sulsel
Opini

Kurikulum Merdeka, Jebakan Kapitalis, Kurikulum Pendidikan Islam Solusinya

601
×

Kurikulum Merdeka, Jebakan Kapitalis, Kurikulum Pendidikan Islam Solusinya

Sebarkan artikel ini
Kurikulum Merdeka, Jebakan Kapitalis, Kurikulum Pendidikan Islam Solusinya
Sriwidarti, S.Pd (Guru SMA)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim telah meluncurkan Kurikulum Merdeka dan telah digunakan oleh banyak sekolah di Indonesia. Sebelumnya, Kurikulum Merdeka dikenal sebagai Kurikulum Prototipe.

Kurikulum Merdeka ini sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak. Selain itu, kurikulum ini juga telah diterapkan di 140.000 sekolah lainya. Nadiem mengatakan, Kurikulum Merdeka ini sudah mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kurikulum ini dibuat agar peserta didik mempunyai cukup waktu untuk memahami konsep serta menguatkan kompetensi. Salah satu karakteristik dalam Kurikulum Merdeka adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Seiring dengan diterapkannya kurikulum merdeka belajar, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sudah diaplikasikan oleh sekolah-sekolah. Pelajar didorong untuk membuat proyek-proyek baru untuk mengatasi permasalahan sekitar dengan tema tertentu. Misalnya tema lingkungan.

Maka, pelajar didorong untuk memikirkan solusi-solusi untuk permasalahan lingkungan sekitar. Ada yang berbentuk proyek kerja bakti, daur ulang sampah, atau pembuatan pupuk organik.

Kurikulum ini merupakan langkah terobosan untuk membantu guru dan kepala sekolah mengubah proses belajar menjadi jauh lebih relevan, mendalam dan menyenangkan. Sehingga, peserta didik pun dapat lebih mudah memahami pembelajaran yang dilakukan.

Pentingnya kurikulum bagi pendidikan, keberadaannya haruslah baku dan berpijak pada landasan yang kokoh serta benar. Karena akan menentukan kearah mana tujuan pendidikan.

Negara atau bangsa yang menerapkan pendidikan nasional dengan kurikulum yang baku akan jelas arah pembentukan SDM bangsanya. Pelaksanaan kurikulumnya pun akan berkesinambungan, meski penguasanya berganti ganti. Kalau pun ada perubahan karena dinamika kehidupan, tidak sampai pada hal-hal yang mendasar.

Terjebak Kepentingan Kapitalis

Situasi kondisi global atau lokal saat ini yang didominasi dan diatur dalam tatanan hidup sekuler, liberal, kapitalis. Sistem hidup ini, dikendalikan oleh para kapital kapital terutama kapital global. Sehingga arahan pendidikan pun, sejatinya senantiasa berdasar sekuler liberal dan disesuaikan dengan kepentingan kapital (industri).

Inilah yang dari hari ke hari makin dirasakan, pendidikan di negeri ini terus mengalami perubahan ke arah peningkatan kompetensi dan mengesampingkan karakter. Standar standar kompetensi peserta didik menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja global.

Maka Menteri Nadim pun lebih menyorot, bahwa kurikulum baru sebagai mitigasi kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan selama pandemik. Dua kompetensi yang diperhitungkan di dunia kerja.

Arah pendidikan ini menunjukkan bangsa ini terjebak dengan kepentingan kapital, yang justru bisa membawa kehancurannya bukan kemajuan. Anak anak generasi muda sebatas dicetak untuk memenangkan persaingan (tenaga kerja) di tingkat global.

Kondisi ini, sekaligus menunjukkan, negara belum berdaulat menentukan visi, arah pendidikan. Tersebab, penerapan sistem bernegara berbasis sekuler menjadikan bangsa terus mengikuti arahan dari barat, termasuk di bidang Pendidikan. Di sisi lain pendidikan sekuler memproduksi generasi lemah dan merusak.

Faktanya, generasi yang dilahirkan tetap saja mencatat jejak buruk setiap tahunnya, bukannya berkurang malah kian meningkat. Kita menyaksikan angka kejahatan yang pelajar lakukan, baik tawuran, kehamilan yang tidak diinginkan, bullying, kekerasan seksual, sex bebas, narkoba, judi online dan berbagai kasus perundungan yg terjadi antar siswa, ternyata hari ini guru pun tidak lepas dari korban.

Insiden ini terjadi (15/11/2023). Seorang siswa di Sugio, Lamongan berinisial M (14) nekat menganiaya dan membacok gurunya WU (49) hanya karena ditegur tak pakai sepatu saat di dalam kelas. Karena tak terima ditegur, siswa ini melempar gurunya dengan kursi, hingga melukai kaki sang guru.

Selanjutnya guru meminta 2 siswa lain agar mengantar keluar siswa (M), tapi justru dia kembali dengan membawa bendo dan menyabetkannya hingga mengakibatkan jari tangan gurunya terluka. Kekerasan terhadap guru bukan kali ini saja terjadi. Agustus lalu, Zaharman (58), seorang guru di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu, dikatapel oleh orang tua siswa hingga buta permanen.

Kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan bukti kegagalan sistem pendidikan sekular yang hanya mampu menciptakan manusia yang tak mengerti batasan. Sistem pendidikan ini telah menjadikan manusia tumbuh tanpa aturan Tuhan.

Maka tak heran jika akhlaknya berantakan. Tidak adanya kesadaran akan hubungan dengan Tuhan mengakibatkan mereka bertindak sekehendak hati demi kesenangan tanpa takut adanya balasan dosa dari sang Pencipta. Begitulah ulah para pelajar hasil pendidikan liberal yang bebas dan kebablasan.

Karakter pelajar pancasila yang berasas pada sistem kehidupan kapitalis sekuler hanya mengandalkan keberhasilan secara materi, nilai akhlaq ataupun moral hanya dalam cakupan secara personal, hanya untuk menggapai manfaat secara materi saja.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sering kali menyampaikan 6 karakter pelajar pancasila diantaranya: (1) Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia. (2). Berkebinekaan Global (3). Gotong Royong. (4). Mandiri. (5). Bernalar Kritis (6).Kreatif.

Pendidikan karakter pelajar pancasila yang diprogramkan kementerian pendidikan gagal dalam mewujudkan karakter pelajar yang diharapkan karena sistem kapitalis telah gagal dalam mewujudkan keteladan, pembiasaan pelajar akan nilai-nilai positif yang diharapkan. Sistem kapitalis sekuler kental dalam membentuk karakter dengan dua sisi yang berbeda.

Konsep ketuhanan/keimanan serta ketakwaan hanya dalam ranah personal yang tidak tertanam secara mendalam dalam benak para pelajar. Terutama ketika jam pelajaran agama sangat minim dan hanya menyasar bahasan-bahasan masalah cabang agama, sehingga tidak mampu membentengi pelajar menghadapi badai aktivitas negatif yang sudah jelas keharamannya.

Sistem Pendidikan Islam, Kurikulum Baku dan Shohih

Karenanya, sudah seharusnya umat Islam kembali berpegang dengan Islam dalam menjalankan Pendidikan. Islam adalah aturan kehidupan yang sempurna. Bukan hanya untuk individu saja, bahkan saat bermasyarakat dan bernegara. Terkait masalah pendidikan, banyak nash ( Al Qur’an dan Hadist) yang jika dipahami secara menyeluruh memberi arahan kurikulum, tujuan pendidikan bahkan materi pembelajaran (tsaqofah).

Arah pendidikan dalam Islam, dijelaskan dalam Al Qur’an, untuk menanamkan dan mengokokohkan visi misi hidup yang shohih (benar), yaitu sebagai hamba Allah yang taat dan pengelola bumi (khalifah ) yang amanah. Inilah yang senantiasa ditanamkan umat Islam kepada anak cucu generasi dalam pendidikannya, baik secara informal maupun formal.

Sistem hidup Islam yang diterapkan secara menyeluruh dan praktis dalam institusi daulah akan menyelenggarakan pendidikan untuk rakyatnya dan menerapkan sistem Pendidikan Islam secara formal.

Sistem pendidikan dalam Islam disusun dari sekumpulan hukum-hukum syara’ dan berbagai peraturan administrasi yang berkaitan dengan pendidikan formal. Hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan pendidikan formal terpancar dari akidah Islam dan mempunyai dalil-dalil syar’i, seperti mengenai materi pengajaran dan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan.

Sedangkan berbagai peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan sarana dan cara yang diperbolehkan (hukumnya mubah) yang dipandang efektif oleh pemerintah dalam menjalankan sisten pendidikan dan merealisasikan tujuan pendidikan.

Peraturan-peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan urusan (perkara) duniawi, yang dapat dikembangkanan dan dirubah sesuai dengan kondisi.

Sistem Pendidikan Islam menerapkan kurikulum Pendidikan yang berlandaskan aqidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode Pendidikan disusun agar tidak menyimpang dari landasan tersebut.

Sistem Pendidikan Islam menerapkan kurikulum pendidikan seragam, tidak boleh menggunakan kurikulum pendidikan selain kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan. Tidak ada larangan untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta lokal selama mengikuti kurikulum Pendidikan negara dan berdasarkan pada rencana pendidikan serta sejalan dengan strategi dan tujuan pendidikan . (Dasar-dasar Pendidikan Negara Islam)

Demikian sistem Pendidikan Islam yang diterapkan daulah Islam, kurikulum yang berlandaskan aqidah Islam yang kokoh dan benar akan melahirkan kurikulum yang kokoh pula dan jelas arahnya. Penguasa daulah Islam yang bertanggung jawab mengurusi rakyatnya akan menjamin pemeraataan pendidikan baik dari segi akses, fasilitasnya maupun kualitas output pendidikan, hingga rakyatnya menjadi sumber daya yang unggul bagi daulah.

Dengan Islam, negara benar-benar berdaulat menentukan arah pendidikan, keunggulan output sistem Pendidikan Islam dimanfaatkan untuk kemajuan umat hingga tampak kejayaannya.
Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf: 96).

sudah terbukti dalam peradaban Islam melahirkan generasi gemilang seperti :

  1. Muhammad Al Fatih dalam usia muda sudah meraih kemenangan merebut Konstantinopel.
  2. Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm adalah seorang ilmuwan yang berkontribusi luar biasa bagi peradaban Islam. Ia dikenal sebagai ulama ahli fikih pada masa Dinasti Umayyah, ahli hadis, teolog, sejarawan, sastrawan, dan politisi.
  3. Abbas ibn Firnas adalah seorang ilmuwan dan penemu cikal bakal pesawat terbang yang lahir di Andalusia

Masih banyak lagi para ilmuwan dengan kemampuan ilmu yang poligon, artinya tidak hanya menguasai satu bidang ilmu tapi lebih. Kurikulum Islam memang ditujukan untuk mencetak ilmuwan dan para pemimpin dengan akhlakul karimah, semakin berilmu seseorang maka semakin dekatnya orang tersebut dengan Allah. Segala pencapaian dan kesuksesannya digunakan untuk beribadah kepada Allah.

Maka sudah selayaknya kita bercermin kembali pada peradaban Islam yang telah melahirkan generasi gemilang, menjalankan misi pendidikan sejalan dengan Rasulullah Saw ajarkan. Jangan terjebak pada pendidikan pola barat, yang pada akhirnya tanpa sadar generasi yang dilahirkan pun sejalan dengan tujuan barat yakni generasi Liberal dan hedonistik, lambat laun menghancurkan generasi muslim secara perlahan di negeri ini. (*)

Penulis:

Sriwidarti, S.Pd
(Guru SMA)

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!