TAKALAR—Tunas muda cendekia yang berasal dari keluarga sederhana di daerah pesisir pelosok Kabupaten Takalar, tepatnya di Desa Lengkese, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan yang lahir 28 Maret 2001, kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata, usai dinobatkan sebagai Mahasiswa berprestasi 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.
Sosok muda bernama lengkap Akram Mubarak itu, dinobatkan sebagai Mahasiswa Prestasi 3 setidaknya berkat raihan ±70 penghargaan baik nasional maupun internasional yang telah diraihnya serta kemampuan menebarkan inspirasi dan motivasi dalam 24 kegiatan menjadi narasumber serta menjadi mentor dalam kepenulisan dan social movement.
Rangkaian penghargaan yang diperoleh tersebut diantaranya Juara 1 Mangrove Weeks 2021 Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia, Juara 1 Video Kreatif Medan National Conference Festival Ilmiah Mahasiswa (LP2IM Universitas Medan),
Juara 1, Juara 2 dan Best Presentasi Esai Pekan Kreativitas Ilmiah dan Kreativitas Remaja (PIKIR) Universitas Muhammadiyah Makasar, juara 2 esai dan juara 3 Fotografi KIP-K Expo Universitas Siliwangi, Juara 1 LKTI Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) 2022,
Juara 1 Video Kreatif Reels Millenial Online Competition (MOC) FT-UH 2022 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Best Creative Creator in Internasional Quotes Writing Competition oleh eduvement.id, delegasi KKN Kebangsaan Kemendikbud, student exchange ke Malaysia dan Intership ke Jepang.
Untuk meraih itu semua bukanlah hal yang gampang bagi sosok yang mengaku nama Akram Mubarak yang disandangnya merupakan pemberian dari sang kakak yang berarti “kemuliaan” dan “keberkahan” dengan harapan agar di manapun dan kapanpun kaki berpijak, ia mampu memberikan kebermanfaatan.
Keterbatasan dan hambatan dalam sisi ekonomi membiasakan diri Akram menjadi pribadi yang tangguh serta unggul.
Akram kecil, sejak kelas 4 SD, sudah mencari uang sendiri dengan mencari kepiting dan ikan di empang dekat rumah. Mulai SMP, ia sudah memutuskan untuk tidak meminta uang dari orang tua dan menasbihkan diri untuk bisa mandiri. Meski ia anak bungsu dari sepuluh bersaudara bahkan tidak dituntut untuk menjadi hebat, ia ingin tetap selangkah lebih baik dan maju dari saudaranya.
Akram yang menamatkan Sekolah Dasarnya di SDN 128 Impres Lengkese 01, Takalar, Sulawesi Selatan tahun 2013 ini, mengaku memiliki memiliki harapan tinggi untuk kembali ke daerah pesisir menyalurkan dampak baik, baik dari segi pengembangan manusia dan produk perikanan. Hal inilah yang mendasari ia untuk melanjutkan studi ke Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK) IPB University.
Selama mengenyam bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama, Akram sangat mencintai dunia matematika dan ilmu pengetahuan alam. Entahlah, ada kenikmatan tersendiri acapkali bercumbu mesra dengan buku besar yang penuh dengan angka dan neraca, dengan ayat jurnal penyesuaian yang mampu membuat semangatnya membara.
Perubahan hidup Akram lebih terasa usai tamat dari SMPN 01 Mangarabombang, Takalar, Sulsel tahun 2016 dan melanjutkan ke jenjang SMA di sekolah yang diidamkannya, yakni SMN 01 Takalar. Sekolah yang mengubah pola pikirnya untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Meski diawali dengan benturan – benturan masalah, namun itulah yang menjadikan pribadi terbentuk.
Akram kemudian memutuskan untuk berkecimpung dalam dunia Organisasi Intra Sekolah (OSIS) di SMA. Tentu saja perjalanannya tidak mulus, ia sempat merasa insecure karena bukan berasal dari kelas unggulan. Namun, perjalanan yang ia jalani dengan ikhlas dan bekerja keras membuahkan amanah menjadi ketua OSIS.
Dari sinilah, ia mengenal hal baru terkait relasi, manajemen kegiatan, mengikuti berbagai kegiatan di luar daerah, seperti Sumatera Barat, Jawa Barat, Jakarta, dan lainnya.
Untuk mencatatkan dirinya sebagai mahasiswa kampus pertanian terbaik negeri ini itu, Akram sempat mengalami kegagalan di SNMPTN dan SBMPTN. Iapun terus berusaha untuk masuk ke IPB.
Akhirnya, jalur OSIS yang menjadi pintu masuk baginya lolos di IPB University, tetapi mengalami kendala finansial dikarenakan uang yang dimiliki tidak cukup untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Namun, Akram tetap percaya bahwa amanah tidak akan jatuh di pundak yang salah.
“Yakin saja sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk menjadi hak kita, Allah tidak akan biarkan menjadi milik orang lain!” Begitu kira- kira ucapan ibunya dałam usaha untuk menumbuhkan kembali semangatyang ada dałam dirinya.
Senada dengan sang Ibu, Sang Ayah mendatanginya di sebuah kamar untuk membangunkannay dari keterputukan akibat masalah yang mendera Akram.
“Mengapa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan hayya ‘alash shalaah dan hayya ‘alalfalaah, bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sejadah,” ucap sang Ayah yang menurutnya kala itu langsung meninggalkannya.
Sontak ucapan sang Ayah menumbuhkan kembali gairah dan semangat perjuangannya demi masuk ke PTN favorit. Bapak memang sosok yang di kemudian hari banyak menginspirasinya untuk mencapai hal-hal menakjubkan yang semula hanya terlintas di mimpi belaka. Namun, kini Bapak telah pergi untuk bertemu menghadap Sang Pencipta.
Malam terakhir pembayaran UKT, seolah Allah SWT memberikan petunjuk untuk melangkah kaki menyambut IPB sebagai pelabuhan baru. Uang sebanyak Rp.29.000.000 yang perlu dibayarkan di awal, berubah menjadi Rp. 1.400.000 dan angka itu sesuai dengan saldo tersisa dari uang hasil lomba. yang tertera di ATM.
“Allah SWT memudahkan langkahku menjadi salah satu penerima Beasiswa Bidik Misi. ‘Jika ingin terwujud, jangan lupa bersujud’ kalimat itu selalu terngiang dibenakku sebagai pengingat bahwa ketika kita sempurnakan niat, maka Allah akan sempurnakan pertolongan-Nya,” tuturnya.
Selama berkuliah, Akram mencoba untuk mengikuti organisasi seperti BEM KM, FORCES, dan lainnya, tetapi ia kembali menghadapi kegagalan.
Semangatnya tidak surut untuk menjadi pribadi yang lebih baik, meski gagal berkali-kali, ia tetap mengambil berbagai kesempatan dengan mengikuti organisasi ekstra dan intra kampus, seperti Bidik Misi IPB, Senyum Anak Nusantara (SAN), 1001 Cita Jawa Barat, dan IPB Outsco.
Ia percaya, bahwa kesempatan tidak datang dua kali, tetapi selalu ada harapan untuk seseorang yang tidak berhenti berjuang.
Awal semester di IPB, Akram mengaku sering ditolak jika ingin bergabung dalam organisasi, selain itu event dan kompetisi pun tidak pernah menyambutnya pada posisi terbaik. Namun, pengabdian masyarakat menjadi langkah awal untuk berkontribusi.
Akram sadar, semua orang punya kesempatan untuk mengambil peran. No need to wait for a long time to make a big change, if small change can begin from us. Ia mengambil peran untuk bertumbuh untuk menumbuhkan, berdaya untuk memberdayakan, dan kuat untuk saling menguatkan.
Ia percaya, walaupun setetes asal madu, kita tidak tahu kebaikan mana yang dapat mewujudkan mimpi kita. Hingga akhirnya pengabdian masyarakat membuatnya candu untuk bertemu dan berinteraksi bersama masyarakat. Senyum dan tawa mereka menjadi penyemat di balik dalam menjadi kewajiban di bangku kuliah.
Ia mengabdikan diri di daerah dengan membangun Talenta Muda untuk masyarakat pesisir, berbakti di Bengkalis melalui program One Village One CEO serta KKN Kebangsaan di Kalimantan Tengah menjadi serangkaian cerita di pengabdian masyarakat.
Berbekal tekad, keyakinan dan pengetahuan. Akram siap memulai lebih pagi, selesai lebih malam, gagal lebih banyak, ditolak lebih sering, diremehkanlebih rutin, mengerjakan lebih semangat dan memperjuangkan lebih maksimal.
Sampai satu demi satu kesuksesan itu menampakkan dirinya. Sampai satu demi satu keberhasilan itu menujukkan wujudnya, sampai satu demi satu kegagalan itu lelah mengimbangin tekad yang membara ini. Untuk segera sampai kepada titik puncak yang sudah seharusnya ia gapai.
Rangkaian doa, usaha serta sedekah yang ekstrem yang ia lakukan, ternyata membuahkan hasil. Kini tak sepatah kata pun bisa ia ucapkan selain berucap syukur kepada pemilik semesta.
“Ingatlah, apabila sesuatu yang kau senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi. Jadikan kegagalan sebagai sahabat-sahabat kesuksesan. Jatuh itu pasti, bangkit itu pilihan,” ujarnya.
Mungkin kamu tak menyukai perjalananmu sekarang, mungkin engkau merasa Allah terlalu mengujimu. Tetapi ingatlah “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah:216). (*)
Citizen Jurnalism: Citra Ayu Shafinas (Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University)