Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Media Sulsel
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Nyaleg Gagal, Depresi pun Datang

410
×

Nyaleg Gagal, Depresi pun Datang

Sebarkan artikel ini
Nyaleg Gagal, Depresi pun Datang
Nurmadinah, S.Pd (Pengajar)
  • Pemprov Sulsel
  • HUT Sulsel ke-355
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Pesta demokrasi yang setiap 5 tahun sekali dilaksanakan dan pada tahun ini sudah terlaksana lagi tepat di tanggal 14 Februari 2024 yang bertepatan juga pada perayaan hari kasih sayang atau lebih kerennya disebut Valentine’s day yang kononnya di rayakan oleh orang-orang barat di luar sana, tapi ini bukan tentang merayakan atau tidak? Akan tetapi bagaimana kondisi para caleg usai pemilihan meskipun KPU belum mengumumkan secara final.

Sangat prihatin dan miris melihat fenomena caleg yang gagal memperoleh suara banyak, sampai-sampai ada yang harus ke rumah sakit untuk konsultasi kejiwaaan, di beri pendapingan psikolog, psikiater dan lain-lain. Tidak hanya itu, Tim Sukses (Timses) dari calon legislatif pun ikut merasakan.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Seperti yang terdapat di RSUD Tamansari (klinik spesialis kesehatan jiwa) yang ada di Jakarta, dari 50 orang pendaftar ternyata terdapat 5 anggota timses calon legislatif yang akan di periksa kejiwaannya. Apabila terdapat penyimpangan pada timses caleg tersebut maka akan di lakukan pendampingan psikolog dan psikiater. (TvOne News, 18-02-2024)

Di Padepokan Al bustomi, desa Sinarancang, kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat timses dari salah satu anggota caleg memaksa untuk segera melantik calegnya yang berinisial SZ, yang pada waktu itu memang sengaja berkunjung ke padepokan Al bustomi (Senin pagi) untuk menemui timsesnya yang sebagai donatur pemenangan yang ternyata mengalami gangguan jiwa. (TvOne News, 19-02-2024).

Adapun yang paling miris di desa Tambakjati, kecamatan Patokbesi, Subang, Jawa Barat. Caleg tersebut membongkar jalan dan gorong-gorong yang sudah ia bangun dulu ketika masih menjabat sebagai DPRD di periode sebelumnya serta ia menyalakan petasan besar di halaman masjid pada siang dan malam hari bersama para pendukungnya sehingga mengakibatkan salah satu anggota masyarakat di daerah tersebut meninggal dunia karena serangan jantung.(Okezone, 25-2-2024)

Berbeda yang terjadi di desa Sidomukti, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Palalawan, Provinsi Riau. Efek dari caleg yang di dukung gagal menduduki salah satu kursi anggota dewan, ia memilih untuk gantung diri di pohon rambutan hingga ia kahilangan nyawa. (Media Indonesia, 19-2-2024)

Idham Kholik selaku anggota KPU RI menyatakan bahwa sebelum event ini di laksanakan memang para calon anggota legislatif sudah menyerahkan surat keterangan sehat jasmani dan rohani kepada KPU sebagai salah satu syarat untuk menjadi daftar caleg (Youtube. Tempodotco, 21-02-2024).

Akan tetapi apa yang terjadi pascapemilu? banyak yang strees, terganggu kejiawaanya, karena kecewa pada ekspektasi yang di inginkan sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada dirinya bahkan kepada orang lain. Kenapa tidak? demi mendapatkan suara rakyat mereka rela melakukan segala sesuatunya mulai dari menggadaikan rumah, menjual tanah, mobil, perhiasan dll.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa akar permasalah ini terajadi karena kekeliruan memaknai kekuasaan yang merupakan rujukan dari sistem kapitalis yang memandang bahwa jabatan ataupun kekuasaan sebagai batu pondasi yang kokoh untuk merauk materi sebanyak-banyaknya dan disini peguasa dan pengusaha bekerjasama untuk memperoleh itu, sesuai dengan pernyataan yang ada dalam lembaran al-wa’ie, pada buku yang di tulis oleh Shoshana Zuboff (2019) yang berjudul The Age of Surveillance Capitalism: The Fight for a Human Future at the New Frontier of Power.

Dalam buku itu mengungkapkan berbagai fakta pengeksploitasian hak-hak individu rakyat oleh perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa. Penguasa dan pengusaha berkolaboarasi mengeruk keuntungan ekonomi untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk rakyat.

Jadi kekuasaan yang dimiliki hanya berfokus pada kesejahteraan mereka sendiri, jadi tidak diheran ketika ada caleg yang mati-matian merogoh kocek dalam-dalam untuk membiayai proses kampanye, tim sukses dan bahkan untuk membeli suara rakyat yang entah akan benar-benar memilihnya atau tidak pada waktu itu bahkan ada yang sengaja pergi ke dukun untuk meminta bantuan agar di menangkan, (MNews, 3-2-2024)

Setelah semuanya sudah mereka lakukan untuk mendapatkan jabatan tapi nyatanya gagal disitulah mereka bisa mengalami depresi/tekanan jiwa karena apa yang di korbankan memang tidak main-main sesuai dengan pernyataan Purnomo selaku pemilik Yayasan Berkas Bersinar Abadi di Lamongan, Jawa Barat yang memang berfokus untuk merawat orang dengan ganguan jiwa (ODGJ).

Purnomo menyebutkan ada 3 orang caleg tingkat DPRD kabupaten/kota yang datang kerumahnya dalam kondisi depresi serta kebingungan, yang dimana salah satu caleg asal Pacitan mengaku berutang sebanyak Rp1 miliar untuk modal mengikuti pemilu 2024. (detiknews, 24-02-2024)

Sangat miris! Jadi apakah akan sampai disini saja permasalahan seperti ini terjadi? Jawabannya tentu tidak. Ketika kekuasaan masih dalam naungan sistem kapitalisme akan tetap memunculkan problem-problem serupa serta kerusakan-kerusakan mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya, moral, politik, kekuasan dan lain sebagainya.

Dari problematika yang terjadi saat ini harusnya bisa membuat kita sadar bahwa sistem hari ini sangatlah merugikan umat dan perlunya kita untuk menerapkan sistem islam kembali yang memang dahulu pernah diterapkan selama 13 abad lamanya, serta penguasa yang ada di dalamnya adalah orang-orang yang takut kepada Allah sehingga tidak akan ada pencari keuntungan di dalam jabatan. Seperti yang tampak pada diri Rasulullah Saw.

Meski beliau adalah penguasa yang agung tapi kehidupan beliau sederhana, juga pada sosok Umar bin Khaththab yang bajunya tambalan dan yang membuat heran utusan dari negara lain ketika menemuinya ia tidur di bawah pohon kurma, pada Umar bin Abdul Aziz yang rela menyerahkan hartanya, ke baitulmal.

Itulah sebagian profil penguasa yang ada pada sistem islam pada waktu itu. Jika ingin membandingkan dengan para penguasa ataupun pemimpin yang ada saat ini sangatlah jauh berbeda.

Tentang pemilihan pemimpin pada sistem islam memiliki syarat tertentu yaitu laki-laki, balig, berakal, muslim, merdeka, adil dan mampu, dari persyaratan tersebut tentu akan menghasilkan pemimpin yang adil, pemimpin yang tidak fasik, pemimpin yang tidak gila akan jabatan karena di dalam islam pun memiliki prinsip bahwa jabatan adalah amanah yang harus di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SAW. sebagaimana yang terdapat dalam HR. Muslim, kala itu Abu Dzar ra. berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)?”

Lalu Rasulullah SAW. Memukulkan tangannya di atas bahu Abu Dzar dan bersabda, “Wahai Abu Dzar sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini adalah amanah, ia merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali yang mengambilnya dengan haknya, dan menunaikannya (dengan sebaik-baiknya). Wallahualam bissawab. (*)

 

Penulis:
Nurmadinah, S.Pd
(Pengajar)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!