Artinya, ia menegaskan, ini adalah persoalan sistemis. “Penerapan sistem kehidupan Islam dengan karakternya yang sahih dan penyelesaian persoalan kehidupan dengan cara manusiawilah satu-satunya jalan mengakhiri kelalaian negara hari ini,” pungkasnya
Islam memiliki sistem kesehatan yang lengkap, dimulai dari memandang bahwa kesehatan adalah kebutuhan setiap orang dan kewajiban pemimpin adalah mewujudkannya. Dengan begitu, Islam akan berusaha memberikan pelayanan terbaik, baik saat kondisi aman ataupun saat wabah. Semua kebijakan kesehatan bukan sekadar diserahkan pada ahlinya, melainkan wajib berdasarkan syariat Allah Taala.
Islam telah membuktikan, selama 13 abad penerapannya, ia mampu mengatasi masalah kesehatan, mulai dari menghadapi wabah kolera dan penyakit lainnya, hingga menghasilkan para dokter dengan teknologi kesehatannya yang modern, seperti Ibnu Sina, Ar-Razi, Abul Qasim az-Zahrawi, dsb.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita perlu mengingat kembali pesan dan kebijaksanaan Khalifah Umar Bin Khattab Ra, bahwasanya kita perlu bersama-sama beriktiar untuk dapat memprioritaskan keselamatan dan nyawa kita untuk berpindah dari satu takdir pandemi ke takdir Allah yang lain dengan mengubah perilaku.
Mengubah perilaku yang di maksud adalah melakukan aktifitas yang lahir dari kebijakan syariat Allah. Melahirkan aturan yang komprehensif termasuk sistem kesehatan yang sempurna. bukan lahir dari kebijakan kapital yang hanya berfokus pada sistem ekonomi saja yang sarat akan penyimpangan jauh dari transparansi.
Sistem kesehatan yang sempurna itu didukung dengan sistem pemerintahan Islam, sistem ekonomi Islam, dan sistem lainnya, salah satunya adalah sistem keuangan Baitulmal. Keuangan Baitulmal berasal dari banyak sumber, di antaranya pengelolaan SDA, jizyah, fai, kharaj, ganimah, harta tidak bertuan, dll.
Seluruh pemasukan itu akan membuat perekonomian Islam menjadi andal, termasuk dalam mendukung jaminan pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat.
Negara akan memfasilitasi riset dan pengembangan teknologi dibidang kesehatan serta menyediakan ahli untuk melakukan penelitian terkait transisi kesehatan global sehingga preventif rehabilitasi dapat terwujud secara maksimal.
Hanya saja, semua aturan ini tidak mungkin dapat diterapkan selama sistem kapitalisme masih menghantui negeri kaum muslim.
Jika negeri ini meninggalkan kapitalisme dan mengambil Islam, niscaya perwujudan transformasi kesehatan secara Islam akan terlaksana. Pilihannya ada pada kita, kembali pada Islam ataukah tetap mengambil kapitalisme yang terbukti gagal menyelamatkan umat manusia. Wallahu a’lam. (*)
Penulis: Ummu Syakira (Pegiat Literasi)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.