Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Sulsel Banjir Lagi, Bagaimana Sekolah Meresponnya?

528
×

Sulsel Banjir Lagi, Bagaimana Sekolah Meresponnya?

Sebarkan artikel ini
Banjir
ILUSTRASI

OPINI—Sulawesi Selatan kembali diterjang banjir besar. Intensitas curah hujan yang tinggi ditambah buruknya drainase hanyalah bagian kecil penyebabnya. Inti masalahnya jauh lebih dalam yaitu kebingungan pemerintah menghadapi dampak krisis iklim dan minimnya pengetahuan lingkungan masyarakat.

Pemerintah terlihat jelas begitu lemah dalam hal mitigasi sedangkan masyarakat tampak abai terhadap perilaku merusak lingkungan yang dilakukannya. Lantas, sejauh mana sekolah dapat berperan dalam merespons situasi pelik ini dan memutus siklus bencana yang berulang?

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Penyebab Banjir Sulawesi Selatan

Banjir yang melanda Sulawesi Selatan bukan hanya akibat curah hujan yang tinggi, tetapi juga masalah mendalam yang berkaitan dengan degradasi lingkungan. Berdasarkan catatan WALHI Sulsel, dari 139 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Sulawesi Selatan, hanya 38 DAS yang tergolong sehat.

Sisanya, sebanyak 72,6% DAS, mengalami kondisi kritis. Alih fungsi lahan untuk pemukiman dan industri yang semakin masif, turut memperburuk keadaan ini. Pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan menyebabkan daerah resapan air yang semakin terbatas, memicu banjir yang semakin sering terjadi.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Perilaku merusak alam, seperti penebangan hutan, pendirian bangunan di atas drainase, hingga membuang sampah sembarangan masih terus berlangsung.

Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai dampak perilaku tersebut, masyarakat akan terus terjebak dalam pola yang sama. Hal inilah yang perlu disadari, dan peran pendidikan lingkungan menjadi sangat vital.

Peran Pendidikan Lingkungan di Sekolah

Sekolah, sebagai lembaga pendidikan, memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak generasi yang peduli terhadap lingkungan. Pendidikan lingkungan di sekolah harus menjadi bagian dari kurikulum yang tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga mendorong murid untuk berperilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman tentang pentingnya pohon dalam proses penyerapan air ke dalam tanah, bahaya membuang sampah sembarangan, serta bagaimana pengelolaan sumber daya alam secara bijak, harus diterapkan sejak usia dini.

Pendidikan lingkungan bukan sekadar mengajarkan murid tentang pentingnya lingkungan, tetapi juga mengajak mereka untuk terlibat aktif dalam aksi nyata. Misalnya, kegiatan penghijauan di sekitar sekolah, pengelolaan sampah, atau kampanye sadar lingkungan yang melibatkan masyarakat. Ini bukan hanya tentang mencetak murid yang paham teori, tetapi juga murid yang memiliki karakter peduli dan bertanggung jawab terhadap alam.

Pendidikan lingkungan tidak hanya berperan dalam membentuk perilaku individu, tetapi juga dapat memiliki dampak langsung pada kebijakan publik dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Generasi yang lebih paham dan peduli terhadap isu-isu lingkungan akan lebih cenderung mendorong pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang pro terhadap lingkungan. Dalam hal ini, sekolah memiliki peran kunci untuk menyadarkan generasi muda bahwa keberlanjutan alam adalah faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Di banyak negara maju, pendidikan lingkungan yang kuat telah terbukti mengarah pada kesadaran kolektif yang mendorong pengambil kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.

Di Indonesia, meskipun sudah ada beberapa kebijakan pro-lingkungan, seperti pembatasan izin konversi lahan dan kampanye penghijauan, implementasinya masih jauh dari ideal. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya tekanan dari masyarakat yang memahami dampak jangka panjang dari eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.

Dimulai dari Sekolah

Banjir yang terus berulang di Sulawesi Selatan seharusnya menjadi peringatan keras bagi kita semua, bahwa upaya menjaga lingkungan tidak dapat ditunda. Tanggung jawab besar ini harus dimulai dari generasi muda melalui pendidikan di sekolah yang akan dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan.

Sekolah, dengan kurikulum yang relevan dan program yang lebih komprehensif, dapat menjadi tempat yang efektif untuk menanamkan kesadaran lingkungan.

Sekolah tidak bisa lagi hanya menjadi tempat untuk mengajarkan mata pelajaran akademis, tetapi juga harus menjadi tempat untuk membentuk generasi muda yang menjawab permasalahan masyarakat.

Perubahan harus dimulai dari sekarang, dari sekolah, dan dari generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Jika kita gagal dalam berinvestasi pada pendidikan lingkungan, kita akan mewariskan masalah yang jauh lebih besar bagi anak cucu kita. (*)

Penulis: Zulfadly Saleh (Mahasiswa PPs Universitas Negeri Makassar)

***

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!