OPINI—Setidaknya dalam 2 tahun terakhir, Ekonomi Kabupaten Jeneponto terus mengalami perlambatan. Bahkan pada tahun 2023, ekonomi Jeneponto yang tercatat tumbuh sebesar 1,9 persen merupakan pertumbuhan ekonomi terendah dalam satu dekade ini selain pada tahun 2020 yang dipengaruhi pandemi Covid-19. dilihat menurut lapangan usaha, nampak bahwa sektor pertanian yang menyumbang 38 persen kue ekonomi, konsisten mengalami kontraksi.
Padahal, setidaknya lebih dari 99 ribu tenaga kerja atau 48,12 persen dari total tenaga kerja di Jeneponto bekerja pada sektor pertanian pada periode Agustus 2023 (BPS,2023). Artinya, kontraksi ekonomi pada sektor pertanian itu berdampak pada hampir setengah tenaga kerja di Kabupaten Jeneponto.
Tantangan ekonomi Kabupaten Jeneponto sejatinya bukan hanya pada melambatnya pertumbuhan ekonomi, namun lebih jauh lagi pada kerentanan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar penduduk.
Ekonomi yang tumbuh dengan baik tetap diperlukan mengingat indikator kesejahteraan misalnya tingkat kemiskinan masih relatif tinggi. Lebih jauh lagi, beberapa fenomena yang terjadi akan menentukan perekonomian Jeneponto kedepan antara lain.
Ketergantungan pada pertanian yang penuh tantangan (Aging Farmer, Petani Gurem, Climate Change)
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sebagian besar tenaga kerja di Jeneponto bekerja di sektor pertanian. Namun, dalam tiga tahun terakhir, produksi pertanian utamanya tanaman pangan (padi dan jagung) yang notabene menjadi tulang punggung ekonomi, keduanya mengalami penurunan produksi.
Hal ini disebabkan baik masalah teknis maupun faktor lain seperti cuaca dan perubahan iklim, yang dibarengi dengan kondisi pada beberapa wilayah didominasi oleh lahan tadah hujan.
Perubahan iklim sendiri menjadi tantangan nyata didepan mata. Misalnya sudah satu tahun belakangan ini kita akrab dengan fenomena El-Nino, yang digadang-gadang menjadi penyebab penurunan produksi pertanian.
Selain perubahan iklim, fenomena lain yang nampak terjadi di Kabupaten Jeneponto adalah Aging Farmer. Berdasarkan data hasil sensus pertanian 2023, BPS merilis data yang menunjukkan bahwa sebanyak 38 ribu usaha pertanian perorangan (UTP) berusia 45 tahun keatas.
Angka tersebut tercatat sebesar 54,8 persen dari total petani di Jeneponto. Artinya, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian untuk penduduk muda masih kecil. Tantangan pertanian dewasa ini tentu membutuhkan SDM yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sehingga perlu memaksimalkan angkatan kerja muda.
Fenomena Aging Farmer dibarengi dengan fenomena banyaknya petani gurem di Kabupaten Jeneponto. Menurut catatan BPS, terdapat sekitar 24 ribu rumah tangga usaha pertanian (RTUP) gurem dari sekitar 58 ribu RTUP atau sekitar 42,7 persen adalah RTUP yang mengusahakan lahan dalam skala kecil. Petani gurem terkait erat dengan penghasilan yang rendah dikarenakan nilai produksi yang kecil sejalan dengan kecilnya lahan yang digarap.
Untuk itu, sudah seharusnya Kabupaten Jeneponto mewaspadai fenomena ini sehingga pembangunan ekonomi kedepan tidak hanya bergantung pada sektor pertanian namun mampu membuka basis ekonomi baru yang berkelanjutan. Salah satu konsep ekonomi yang popular dewasa ini adalah konsep ekonomi biru.
Konsep Blue Economy patut diimplementasikan
Dengan melihat bahwa sektor pertanian nampak sangat rentan, maka konsep ekonomi biru cocok diimplementasikan di Kabupaten Jeneponto. Pada tahun 2023, nilai produksi perikanan diperkirakan sekitar 1,172 triliun rupiah, mengalami penurunan dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar 1,765 triliun rupiah.
Tentu ini menujukkan potensi yang besar mengingat Jeneponto memiliki garis pantai yang panjang serta potensi kelautan yang melimpah. singkatnya, ekonomi biru mengacu pada pemanfaatan sumber daya alam laut dan pesisir yang berkelanjutan dan pengembangan sektor terkait untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Potensi ekonomi biru sangat besar karena dapat menyerap banyak tenaga kerja, menciptakan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ekonomi biru tentu tidak hanya berfokus pada eksplorasi hasil laut tangkap dan budidaya namun juga lebih jauh dapat mendorong pengembangan sektor lain misalnya pariwisata.
Titik penting dalam ekonomi biru Kabupaten Jeneponto adalah berkelanjutan. Artinya ekonomi biru menjadi model ekonomi yang menitikberatkan pada kelangsungan hidup masyarakat secara luas dan jangka panjang.
Penguatan produksi perikanan, penguatan pemasaran hasil perikanan, penguatan tata kelola kelestarian alam laut, penguatan transportasi dan jaringan ekonomi yang memungkinkan koneksi yang kuat terhadap ketahanan pangan menjadi kunci pembangunan ekonomi biru.
Sigap menghadapi fenomena tingginya pengangguran pada kelompok Gen Z
Setidaknya dalam dua minggu ini, dilevel nasional ramai dibahas terkait 9,9 juta Gen Z merupakan NEET (youth not in education, employment, and training). Secara metodologi, mungkin indikator NEET belum dirilis hingga level kabupaten/kota, namun dapat didekati dengan karakteristik lain yang relevan.
Di Jeneponto pada periode agustus 2023, dari total sekitar 4,5 ribu pengangguran, sebanyak 2,5 ribu orang merupakan angkatan kerja pada usia 15-24 tahun. Usia tersebut yang selanjutnya termasuk kedalam Gen Z. Dari angka tersebut, artinya sebesar 55,72 persen pengangguran di Kabupaten Jeneponto adalah penduduk usia muda.
Hal ini harus menjadi perhatian mengingat tenaga kerja muda memiliki kemampuan dan kebutuhan kerja yang mungkin berbeda dengan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini.
Dengan kata lain, ada ketidakseimbangan antara supply dan demand dari lapangan pekerjaan di Kabupaten Jeneponto. Pada dasarnya, angkatan kerja muda di Kabupaten Jeneponto harus memiliki akses yang cukup terhadap pendidikan, permodalan, keterampilan, dan daya saing di era digitalisasi seperti sekarang ini.
Dengan demikian dapat tercipta tenaga kerja yang high skill labor sehingga bisa menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi di Kabupaten Jeneponto dimasa mendatang.
Tahun ini merupakan tahun politik dimana pesta demokrasi pemilihan presiden, legislatif, dan pemilihan Bupati dilaksakanan di Kabupaten Jeneponto. Selanjutnya, momen pesta demokrasi akan meningkatkan perekonomian jika dimanfaatkan dengan baik.
Salah satu yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga bahan makanan karena naiknya permintaan sedangkan dari sisi produksi mengalami penurunan.
Selain konsumsi LNPRT yaitu dari aktifitas partai politik, pemilu seharusnya dapat mendorong konsumsi rumah tangga yang setidaknya terkait dengan konsumsi makanan minuman, pakaian alaskaki, transportasi komunikasi, restoran hotel, serta perlengkapan rumah tangga.
Untuk itu, Dunia usaha di Jeneponto juga harus mempersiapkan diri untuk merespon dan memenuhi kebutuhan tersebut. Sekali lagi, angkatan kerja muda Jeneponto harus mengambil peran aktif dalam merespon perekomian di tahun politik ini. (*)
Penulis:
Ikhsan Margo
(ASN BPS Jeneponto/Pengamat Sosial)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.
Anniversary 8th Mediasulsel.com