Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Selama Tahun Baru 2025
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Tragedi Kanjuruhan: Ke Mana Seharusnya Cinta Berlabuh?

1307
×

Tragedi Kanjuruhan: Ke Mana Seharusnya Cinta Berlabuh?

Sebarkan artikel ini
Tragedi Kanjuruhan: Ke Mana Seharusnya Cinta Berlabuh?
Dr. Suryani Syahrir, ST, MT (Dosen dan Pemerhati Sosial)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Hampir setiap kompetisi menyisakan konflik, terlebih sepak bola. Kali ini, stadion Kanjuruhan menjadi saksi tragedi yang mengantarkan kematian ratusan orang. Ditengarai karena kekalahan tim tuan rumah Arema FC versus Persebaya. Suporter yang menyerbu memasuki lapangan, membuat petugas keamanan terpaksa menyemprotkan gas air mata. Tindakan yang melanggar aturan persepakbolaan internasional (FIFA), menjadi salah satu pemicu tragedi tersebut .

Belajar dari kompetisi-kompetisi sebelumnya. Beragam antusiasme dalam aneka agenda, bermuara pada kerusakan dan bahkan hilangnya nyawa manusia. Ada konser musik, berbagai kompetisi olahraga, dan agenda-agenda nongkrong anak remaja. Bukan hanya sekadar kumpul, tetapi diduga kuat ada barang terlarang disana. Ada alkohol, narkoba, bahkan tak jarang pergaulan bebas mewarnai setiap perhelatan tersebut.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Patut menjadi renungan bersama bahwa generasi muda saat ini krisis multidimensi. Krisis akhlak, krisis role model, dan lainnya. Tak dimungkiri, tergambar potret generasi yang sangat jauh dari generasi tangguh. Mereka kehilangan jati diri sebagai sosok pemuda agen perubahan.

Padahal di pundak generasi muda, harapan itu disandarkan. Lalu, dengan model generasi seperti ini, akan dibawa ke mana biduk peradaban ini berlayar? Visi hidup yang kabur dan tak terarah, akibat support system yang error. Plus gempuran budaya Barat terinfiltrasi tanpa filter. Jadilah generasi hari ini melabuhkan cintanya ke sesuatu yang semu. Bahkan, parahnya lagi mereka tidak menyadari kondisi ini. Terkungkung dalam lingkaran sistem yang tidak mengakomodir potensi mereka.

Tak terkecuali generasi muslim. Mereka tak lagi bangga dengan jati dirinya. Terseret oleh derasnya arus liberalisme akibat penerapan sistem Kapitalisme. Dimana asas sistem ini adalah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Pondasi yang melekat kuat pada sebuah sistem, karena sistem itu sendiri bersifat memaksa dan mengikat.

Dilansir dari cnnindonesia.com (6/10/2022), setidaknya ada lima kejanggalan pada tragedi Kanjuruhan antara lain adalah semprotan gas air mata, pintu stadion yang tertutup, waktu pelaksanaan pertandingan yang cukup larut, penemuan botol minuman keras, dan tiket yang diduga melebihi kapasitas stadion (over capacity).

Menarik disimak terkait over capacity. Dari banyak pemberitaan di media bahwa kapasitas stadion hanya memuat 38 ribu penonton, tetapi faktanya tiket terjual sekitar 42 ribu lebih. Artinya, antusias masyarakat begitu tinggi. Inilah yang penulis sebut cinta yang salah arah dan sangat ambisius.

Antusiasme penonton menunjukkan fakta bahwa kecintaan pada sesuatu secara berlebihan dan bukan semestinya, bisa menghantarkan pada sikap tidak sportif dan anarkis. Terlebih jika dipicu dengan sesuatu yang berbahaya, seperti gas air mata.

Di balik tragedi Kanjuruhan, tentu menyisakan banyak pelajaran penting. Salah satunya adalah tempatkanlah kecintaan kita pada porsi yang tepat. Berharap kejadian ini tidak terulang lagi dan menjadi reminder untuk mengevaluasi hal-hal yang memang melanggar aturan-Nya, seperti adanya minuman keras dan yang lainnya.

error: Content is protected !!