Advertisement - Scroll ke atas
Nasional

Perpusnas Bedah Babad Diponegoro dan Sketsa Perang Jawa, Hidupkan Semangat Perlawanan Lewat Buku

678
×

Perpusnas Bedah Babad Diponegoro dan Sketsa Perang Jawa, Hidupkan Semangat Perlawanan Lewat Buku

Sebarkan artikel ini
Perpusnas Bedah Babad Diponegoro dan Sketsa Perang Jawa, Hidupkan Semangat Perlawanan Lewat Buku
Dalam rangka memperingati 200 tahun pecahnya Perang Jawa, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar bedah buku Babad Diponegoro: Sebuah Hidup yang Ditakdirkan dan Sketsa Perang Jawa karya Kanjeng Raden Adipati Ario Joyodiningrat. Acara ini berlangsung di Auditorium Lantai 2, Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Medan Merdeka Selatan, Rabu (23/7/2025). (Foto: Andri Tri Kurnia-(Perpusnas RI)

JAKARTA—Dalam rangka memperingati 200 tahun pecahnya Perang Jawa, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar bedah buku Babad Diponegoro: Sebuah Hidup yang Ditakdirkan dan Sketsa Perang Jawa karya Kanjeng Raden Adipati Ario Joyodiningrat. Acara ini berlangsung di Auditorium Lantai 2, Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Medan Merdeka Selatan, Rabu (23/7/2025).

Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso menekankan bahwa Babad Diponegoro bukan sekadar dokumen sejarah, melainkan warisan pemikiran dan spiritualitas seorang pemimpin besar. “Teks ini mengisahkan asal-usul Pangeran Diponegoro, latar belakang keluarganya, hingga tekadnya melawan kolonialisme,” ungkap Joko, sebagaimana dikutib dari perpusnas.go.id.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Ia juga menambahkan bahwa naskah tersebut telah diakui UNESCO sebagai bagian dari Memory of the World, menandakan pentingnya kontribusi pemikiran Diponegoro bagi peradaban dunia. Perpusnas kemudian menerbitkan versi teks Jawa dan terjemahan Bahasa Indonesia agar lebih mudah diakses masyarakat.

Sementara itu, Sketsa Perang Jawa disebut sebagai memoar penting dari Joyodiningrat, Bupati Karanganyar pasca-perang. Ditulis tahun 1857 dalam bahasa Melayu pasar, naskah ini merupakan koleksi Perpusnas dan telah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia modern.

“Buku ini kami hadirkan dalam bentuk visual sebagai upaya membuka ruang interpretasi generasi muda tentang semangat perlawanan dan nilai budaya di balik Perang Jawa,” ujar Joko.

Sejarawan Inggris Peter Carey menyebut Babad Diponegoro sebagai dokumen luar biasa yang ditulis langsung oleh Sang Pangeran selama pengasingan di Manado dan Makassar. Ia menjelaskan bahwa teks setebal 1.400 halaman itu merangkum legenda, sejarah, hingga nilai spiritual Jawa.

Mengenai Sketsa Perang Jawa, Carey mengatakan bahwa buku ini ditulis oleh sosok yang sangat dekat dengan Diponegoro. “Joyodiningrat ikut berperang bersama Sinuwun, bahkan melihat langsung penderitaannya saat terluka di medan tempur. Itu menjadikan buku ini sangat personal dan autentik,” jelasnya.

Dosen Sastra Jawa FIB UGM, Sri Ratna Saktimulya, yang memimpin tim alih aksara dan penerjemahan Babad Diponegoro, menjelaskan proses panjang yang mereka jalani selama 10 bulan dengan pendekatan filologis untuk menjaga makna asli teks.

Sementara mantan Mendikbud RI, Wardiman Djojonegoro, mengkritik masih dominannya versi sejarah kolonial di buku pelajaran sekolah. “Padahal Babad Diponegoro dan kajian akademik Peter Carey menegaskan bahwa perlawanan Diponegoro bukan karena ambisi tahta, melainkan penderitaan rakyat akibat tekanan kolonial,” tegasnya.

Sejarawan Indonesia, Christopher Reinhart menambahkan bahwa Sketsa Perang Jawa sangat cocok untuk generasi muda. “Bahasanya ringkas, cepat, dan sarat informasi sejarah dari pelaku langsung. Buku ini bisa jadi jembatan bagi anak muda mengenal sejarah secara utuh,” ucapnya.

Perpusnas menggandeng Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) untuk menerbitkan Babad Diponegoro, dan Penerbit Buku Kompas (PBK) untuk menyunting serta menerjemahkan Sketsa Perang Jawa.

Bedah buku ini menjadi bagian dari hari ketiga rangkaian kegiatan Peringatan 200 Tahun Perang Jawa, dan turut dihadiri oleh Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz, Kepala Pusat Jasa Informasi dan Pengelolaan Naskah Nusantara Suharyanto, serta perwakilan KPG dan PBK. (Ag4ys/PerpusnasRI)

error: Content is protected !!