OPINI—Dalam era yang semakin sadar akan dampak perubahan iklim dan ketergantungan pada energi fosil, banyak negara berusaha mengalihkan fokus pada energi terbarukan demi menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Bagi Indonesia, transisi energi ini bukan sekadar tanggung jawab moral, melainkan peluang ekonomi strategis. Dengan komitmen mencapai Net Zero Emission pada 2060, peran diplomasi ekonomi menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan transisi energi sekaligus menarik investasi hijau yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Langkah Konkret Indonesia
Indonesia telah menunjukkan langkah nyata di berbagai forum internasional. Salah satu momen penting adalah ketika Presidensi G20 pada 2022 menetapkan transisi energi sebagai prioritas utama.
Melalui Just Energy Transition Partnership (JETP), Indonesia berhasil memperoleh komitmen pendanaan sebesar USD 20 miliar untuk mendukung pengembangan energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada batu bara. Selain itu, kerja sama bilateral dengan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Korea Selatan telah membuka akses terhadap teknologi mutakhir, termasuk energi surya, angin, dan kendaraan listrik.
Tantangan dalam Transisi
Namun, upaya ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Ketergantungan pada batu bara, keterbatasan infrastruktur teknologi, dan kesenjangan pendanaan menjadi hambatan signifikan. Di sinilah diplomasi ekonomi memegang peran strategis sebagai jembatan antara kebijakan domestik dan kebutuhan global.
Diplomasi ekonomi dapat menarik investasi asing, memfasilitasi transfer teknologi, dan memperkuat kolaborasi internasional. Forum regional seperti ASEAN menyediakan platform penting untuk kerja sama energi bersih, termasuk melalui inisiatif ASEAN Power Grid yang bertujuan menciptakan jaringan energi lintas negara.
Pentingnya Reformasi Kebijakan Domestik
Selain peran internasional, reformasi kebijakan domestik menjadi landasan penting dalam transisi energi ini. Undang-Undang Cipta Kerja, misalnya, menawarkan insentif fiskal bagi perusahaan yang berinvestasi dalam energi terbarukan dan perdagangan karbon, menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi industri hijau.
Keterlibatan masyarakat lokal juga harus diutamakan. Proyek energi terbarukan tidak hanya harus ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang merata. Pelatihan tenaga kerja untuk sektor energi hijau dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan memastikan penerimaan masyarakat terhadap proyek ini.
Indonesia sebagai Teladan
Diplomasi ekonomi memberi Indonesia peluang untuk menjadi teladan bagi negara berkembang lainnya. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan memperkuat hubungan internasional, Indonesia dapat membuktikan bahwa keberlanjutan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan beriringan.
Keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan diplomasi ekonomi, memperkuat kerja sama internasional, dan mereformasi kebijakan domestik akan menunjukkan bahwa transisi energi tidak hanya menjadi tujuan nasional, tetapi juga kontribusi nyata dalam mengatasi krisis iklim global.
Momentum Emas
Momentum saat ini adalah peluang emas yang tidak boleh disia-siakan. Dengan memperkuat diplomasi ekonomi, memanfaatkan energi terbarukan, dan menyempurnakan kebijakan domestik, Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan sejahtera.
Mari bersama-sama memimpin transformasi menuju era baru yang lebih ramah lingkungan dan penuh peluang!. (*)
Penulis: Dhiah Qanitah Aulia, Dwi Dian Maharani, dan Cinta Najla Qanitah Dotulong (Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Bosowa).
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.








