Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Pelajar Terjerat Narkoba Dan Tindak Kekerasan : Kapitalisme Gagal Menjaga Generasi

736
×

Pelajar Terjerat Narkoba Dan Tindak Kekerasan : Kapitalisme Gagal Menjaga Generasi

Sebarkan artikel ini
Ade Surya Ramayani
Ade Surya Ramayani (Penulis)

OPINI—Ditengah peringatan usia kemerdekaan Indonesia yang semakin matang, potret generasi muda kita justru menghadirkan kekhawatiran. Fenomena pelajar terjerat narkoba, maraknya tawuran, hingga tindakan kriminal seperti pembegalan semakin sering menghiasi pemberitaan.

Lebih dari itu, banyak anak muda hari ini mengalami krisis kepercayaan diri, kecemasan, bahkan kehilangan arah hidup. Semua ini menandakan adanya kerusakan mendalam dalam pembentukan generasi.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Pertanyaan besarnya ialah mengapa generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuan masa depan bangsa justru terjebak dalam kerusakan moral dan mental?.

Jawabannya tidak bisa dilepaskan dari sistem yang menaungi kehidupan mereka, yakni kapitalisme dengan pendidikan sekuler sebagai pondasinya. Sistem ini telah gagal memberikan pegangan hidup yang benar, sehingga generasi tumbuh tanpa identitas yang jelas.

Fakta Kerusakan Generasi

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2023 mencatat bahwa ada sekitar 3,33 juta penduduk Indonesia yang terjerat penyalahgunaan narkoba. Dari jumlah tersebut, sekitar 312 ribu remaja berusia 15–25 tahun sudah terpapar narkoba. Fakta ini menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya pelajar dan mahasiswa, menjadi kelompok paling rentan.

Tidak berhenti di situ. Data Bareskrim Polri pada Januari 2025 mencatat ada 821 pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba hanya dalam waktu sebulan. Angka ini naik drastis, hampir 91 persen dibanding bulan sebelumnya.

Jika dirata-ratakan, kasus narkoba yang melibatkan pelajar mencapai lebih dari 11 persen dari total kasus sepanjang tahun 2024. Situasi ini mengkonfirmasi bahwa narkoba bukan lagi masalah pinggiran, melainkan ancaman nyata bagi masa depan generasi.

Selain narkoba, tawuran dan kekerasan antar pelajar juga terus terjadi di berbagai daerah. Pemberitaan media lokal dan nasional hampir setiap pekan menyoroti perkelahian massal antar pelajar yang tak jarang memakan korban jiwa. Tawuran yang berulang ini menandakan lemahnya pengendalian diri serta minimnya pembinaan moral.

Disisi lain, banyak pelajar juga menghadapi masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan perasaan hampa. Fenomena ini sering muncul karena mereka tidak memiliki landasan spiritual yang kokoh. Alih-alih mampu menghadapi persoalan hidup dengan bijak, banyak diantara mereka yang memilih jalan pintas, melarikan diri lewat narkoba, pelampiasan emosi lewat tawuran, atau bahkan tindakan kriminal.

Pendidikan Sekuler: Akar Masalah

Kerusakan ini sesungguhnya berakar pada sistem pendidikan sekuler-kapitalisme yang diterapkan hari ini. Pendidikan sekuler memisahkan ilmu dari nilai-nilai agama. Orientasinya semata-mata untuk mencetak tenaga kerja yang kompetitif di pasar industri.

Akibatnya, pendidikan hanya menekankan aspek kognitif dan keterampilan teknis, sementara pembentukan akhlak, spiritualitas, dan jati diri diabaikan.

Inilah yang menjelaskan mengapa banyak pelajar yang pintar secara akademik, namun rapuh secara moral dan spiritual. Mereka tahu cara menghitung rumus fisika, menguasai teknologi, bahkan cakap berbahasa asing, tetapi tidak tahu bagaimana mengendalikan hawa nafsu, membedakan yang benar dan salah, atau memahami tujuan hidupnya sebagai hamba Allah.

Krisis identitas semakin parah dengan derasnya arus budaya Barat. Tayangan hiburan, media sosial, dan konten digital yang bebas tanpa kontrol semakin menjauhkan generasi dari Islam. Mereka lebih mengenal gaya hidup selebritas ketimbang tokoh-tokoh peradaban Islam. Mereka hafal lagu-lagu Barat, tetapi tidak kenal dengan Al-Qur’an.

Tidak adanya lingkungan sosial yang suportif dalam membentuk kepribadian Islami membuat generasi semakin terjerumus. Lingkungan sekolah tidak mendidik, keluarga sering kali sibuk dengan urusan ekonomi, sementara media dibiarkan menjadi corong budaya liberal. Maka, tidak heran bila pelajar kehilangan arah, mudah goyah, dan terjebak dalam perilaku menyimpang.

Islam sebagai Solusi

Islam hadir dengan solusi yang menyeluruh (Kaffah). Islam tidak hanya mengatur ibadah personal, tetapi juga sistem kehidupan, termasuk pendidikan, sosial, dan media. Semua ini terintegrasi dalam institusi negara Khilafah yang berperan sebagai penanggung jawab utama urusan umat.

Pendidikan Holistik dalam Islam

Berbeda dengan pendidikan sekuler, sistem pendidikan Islam bersifat holistik, artinya menyeluruh. Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, melainkan juga membentuk kepribadian Islami yang kokoh.

Akidah menjadi asas dalam setiap mata pelajaran, sementara akhlak dibimbing agar peserta didik tumbuh sebagai pribadi bertakwa. Ilmu pengetahuan modern tetap diajarkan, tetapi semua diarahkan agar menjadi sarana pengabdian kepada Allah.

Dengan sistem ini, pelajar tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan moral. Mereka akan memiliki kemampuan mengendalikan diri, tahan terhadap godaan narkoba, dan tidak mudah terjerumus dalam kekerasan. Identitas mereka sebagai Muslim menjadi jelas, sehingga orientasi hidupnya pun terarah.

Negara sebagai Penanggung Jawab Generasi
Dalam sistem Islam, negara tidak lepas tangan terhadap urusan pendidikan dan moral generasi. Negara justru hadir sebagai pihak yang memastikan setiap warga negara memperoleh pendidikan yang benar. Negara Khilafah akan membangun sistem pendidikan gratis dan berkualitas, di mana setiap kurikulumnya bertujuan mencetak generasi berakhlak mulia.

Selain itu, negara juga akan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung. Kebijakan publik, peraturan pergaulan, hingga kebijakan ekonomi akan diarahkan agar masyarakat hidup dalam suasana yang islami. Dengan demikian, keluarga, sekolah, dan masyarakat berjalan seiring dalam membentuk generasi terbaik.

Kontrol Media

Media dalam Islam tidak dibiarkan liar seperti hari ini. Media justru dikontrol untuk menjadi sarana dakwah dan edukasi. Tidak ada ruang bagi konten yang merusak moral generasi, baik dalam bentuk pornografi, budaya hedonis, maupun paham sekularisme. Sebaliknya, media diarahkan untuk memperkuat identitas Islam, menyebarkan ilmu, dan membangun kesadaran umat.

Dari Kerusakan ke Kebangkitan

Jika kita perhatikan, semua masalah generasi—mulai dari narkoba, tawuran, kecemasan, hingga krisis identitas—bermuara pada kegagalan sistem kapitalis-sekuler. Sistem ini membiarkan generasi tumbuh tanpa arah, hanya mengejar kesuksesan materi, dan mengabaikan pembentukan akhlak.

Islam menawarkan jalan keluar yang menyeluruh. Melalui pendidikan Islam, generasi akan dibentuk dengan akidah yang kokoh dan akhlak mulia. Melalui Khilafah, negara hadir sebagai penanggung jawab pendidikan dan moral umat. Melalui kontrol media, generasi terlindungi dari konten yang merusak. Semua aspek ini berjalan bersama dalam satu kerangka yang utuh.

Dengan pendekatan tersebut, generasi tidak lagi tumbuh dalam ruang hampa nilai, melainkan dalam suasana Islami yang membimbing mereka menjadi pribadi tangguh, berilmu, dan bertakwa. Inilah yang akan melahirkan peradaban mulia, di mana generasi muda menjadi pelopor kebangkitan, bukan korban kerusakan.

Kesimpulan

Kerusakan generasi saat ini bukan sekadar masalah individu, melainkan masalah sistemik. Selama kapitalisme masih menjadi fondasi, selama pendidikan masih berorientasi sekuler, dan selama media dibiarkan bebas tanpa kontrol, maka kerusakan generasi akan terus berulang.

Sudah saatnya umat kembali pada sistem Islam yang paripurna. Hanya dengan Islam, generasi akan menemukan jati dirinya. Hanya dengan Islam, mereka mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan arah. Dan hanya dengan Islam, kita bisa melahirkan generasi mulia yang menjadi penerus peradaban gemilang. (*)

 

Penulis: Ade Surya Ramayani

 

 

***

 

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!