Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Program Moderasi Beragama Menyasar Pelajar

567
×

Program Moderasi Beragama Menyasar Pelajar

Sebarkan artikel ini
Program Moderasi Beragama Menyasar Pelajar
Sriwidarti, S.Pd (Tenaga Pendidik/Guru)

OPINI—Sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk ‘Sosialisasi Moderat Sejak Dini’ yang mengangkat tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia” pada Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini turut dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM.

Dikutip dari detik.com (11/9/2024), Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma’ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan moderasi beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Ini ditujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kegiatan tersebut difokuskan untuk mengembangkan dan mempraktikkan sikap toleransi, menghargai perbedaan dan pendapat, serta menghormati keberagaman. Tetapi fakta yang terjadi, moderasi beragama justru membuat kaum muslim jauh dari ajaran agamanya, bahkan menganggap semua agama benar.

Di tengah gencarnya moderasi beragama, justru masih terjadi kriminalitas dan kenakalan remaja. Data UNICEF tahun 2016, kenakalan remaja di Indonesia mencapai sekitar 50 persen. Angka kriminalitas di Indonesia semakin melonjak dari tahun ke tahun contohnya pada tahun 2022, yang pada saat itu angka kriminalitas naik menjadi 7,13 persen dari tahun lalu. Ada 31,6 kejahatan setiap jamnya.

Menurut Kapolri, Listyo Sigit Prabowo, tingkat kejahatan pada tahun 2021 meningkat 18,764 kasus menjadi 276,507 kasus dari sebelumnya 257,743 kasus pada 2021.

Tingkat kriminalitas paling tinggi ada di Papua Barat sebesar 289 per 100.000 penduduk diikuti Jakarta dengan tingkat kriminalitas sebesar 277 per 100.000 penduduk. Sedangkan tingkat kriminalitas paling kecil ada di Jawa Barat yakni 15 per 100.000 penduduk.

Terjadi Ketimpangan

Fakta yang terjadi, para remaja kian mengalami krisis moral, terlibat dalam kasus perjudian, perundungan, pelecehan, pembunuhan, penggunaan narkoba, seks bebas, pesta pora mabuk-mabukan, pembegalan, tawuran dan masih banyak lagi.

Miris, remaja yang seharusnya tumbuh menjadi harapan penerus bangsa dan tonggak peradaban justru berkelakuan seperti demikian. Lantas apa yang bisa diharapkan dari remaja yang sudah terbentuk seperti ini?

Apakah program moderasi beragama lebih urgent untuk digencarkan dan akan mampu menuntaskan problem remaja yang kiat akut atau justru sebaliknya para remaja akan makin jauh dari hakikat jati diri remaja yang sesungguhnya?

Jika ditelisik, permasalahan terbesar dari para remaja bukanlah pertikaian mengenai SARA (suku, agama, ras dan golongan), kasus semacam ini pun jarang terlihat dan terpublis.

Sejatinya yang menjadi permasalahan adalah dekradasi moral para remaja yang sampai detik ini solusinya tidak kunjung ditemukan, seolah ini bukan ancaman besar bagi peradaban suatu bangsa.

Sudah menjadi rahasia umum, moderasi adalah produk sistem kapitalisme barat yang berupaya menjadikan sistem Islam sebagai lawan. Sehingga demi melanggengkan kekuasaannya, barat menancapkan ide mereka melalui generasi muda Islam dengan tujuan menormalisasi ide-ide barat lainnya seperti pluralisme, sinkretisme, HAM, sekulerisme dan isme-isme lainnya.

Ada banyak faktor yang menyebabkan remaja mengalami dekradasi moral, yang mana salah satu penyebab terbesarnya adalah jauhnya mereka dari pemahaman Islam. Pemahaman ini yang seharusnya menjadi pelindung mereka ketika hendak melakukan suatu perbuatan.

Namun sayangnya, program moderasi beragama tengah berusaha untuk membentuk pribadi remaja yang sekuler-liberal, jauh dari pemahaman agama dan bebas dalam bertingkah laku, menjauhkan remaja dari mengenal pemikiran Islam.

Mereka diarahkan agar memiliki pandangan moderat yang berdasarkan pemikiran manusia semata, menyamarkan kebenaran dari Islam dengan kebathilan yang berujung pada sinkretisme dan pluralisme.

Sinkretisme adalah mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran agama lain sedangkan pluralisme adalah paham yang mengajarkan semua agama adalah sama.

Padahal Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 19 yang artinya, “Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam” dan Q.S Al-An’am ayat 162 yang artinya “Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Solusi Islam

Mengatasi kerusakan remaja saat ini, tentu hanya bisa dilakukan melalui penerapan sistem Islam. Islam adalah agama yang sempurna, aturannya mencakup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya dalam masalah ibadah ritual saja seperti salat, puasa, zakat, dan haji, melainkan sampai pada ranah mengatur urusan politik, sosial, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya.

Selain itu, Islam juga mengatur bagaimana hidup rukun bersama non muslim. Sebagaimana sejarah dari negara yang menerapkan sistem Islam sejak jaman Rasululullah SAW yang memberikan contoh toleransi antarumat beragama yakni dengan cara membiarkan agama lain menjalankan ibadahnya masing-masing, tidak diperbolehkan melakukan tindakan diskriminasi apalagi intoleran kepada pemeluk agama lain, hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara sama dengan kaum muslim, harta dan jiwa mereka akan dilindungi.

Adapun bagi remaja akan dibekali ilmu Islam sedari dini dengan dukungan dari lingkungan keluarga, masyarakat dan negara Islam. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi remaja yang beriman dan bertakwa, memfokuskan diri beramal shaleh dan menimba ilmu untuk kemaslahatan umat. Dengan berbekal akidah Islam yang menancap kuat, remaja muslim akan menjadi muslimin dan muslimah tangguh serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi persoalan hidup.

Sudah selayaknya generasi muslim menjadi duta Islam yang mengambil Islam yang murni. Generasi yang tidak boleh mencampur aduk pemikiran Barat yang jelas-jelas bertentangan dengan pemikiran Islam. Pasalnya pemikiran diluar Islam hanya akan menenggelamkan generasi muslim menuju keterpurukan yang sangat dalam.

Profil generasi muslim yang produktif, tangguh dan mampu pembangun peradaban mulia hanya mampu dicetak oleh Islam. Kualitas generasi akan terus dijaga dan diupgrade dengan syaksiyah Islam melalui sistem pendidikan, menghidupkan tradisi dakwah. Sehingga terwujudlah generasi harisan aminan lil Islam. (*)

 

Penulis: Sriwidarti, S.Pd (Tenaga Pendidik/Guru)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!