Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Ngantri Tiket Coldplay, Betulkah Demi Raih Bahagia?

1653
×

Ngantri Tiket Coldplay, Betulkah Demi Raih Bahagia?

Sebarkan artikel ini
Ngantri Tiket Coldplay, Betulkah Demi Raih Bahagia?
Nurhikmah (Tim Pena Ideologis Maros)

OPINI—Setelah beberapa waktu lalu jagad maya dihebohkan oleh konser Girl Band terkenal asal Korea Selatan, Black Pink yang dihadiri oleh 70 ribuan pengunjung. Masyarakat Indonesia kini kembali dihebohkan oleh kabar rencana pelaksanaan konser grup band Coldplay pada bulan November mendatang yang juga akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dikabarkan grup band Coldplay memang sedang melangsungkan tur dunia dengan tajuk Music of The Spheres World Tour dan Indonesia menjadi salah satu negara yang akan di kunjungi grup band asal Inggris tersebut. Dengan mengusung tema sustainability atau keberlanjutan lingkungan, tur global ini terhitung menjadi tur ke-8 mereka setelah A Head Full of Dreams Tour pada 2016-2017 lalu.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Respon masyarakat menyikapi rencana pergelaran konser ini beragam, ada yang mengecam namun banyak yang sangat antusias.

Sangking antusiasnya khalayak menyambut konser tersebut, sejak Pembelian tiket presale atau prajual BCA konser Coldplay di Jakarta sudah mulai dibuka, Rabu, 17 Mei 2023 pukul 10.00 WIB dan saat pembelian tiket konser coldplay dapat diakses di coldplayinjakarta.com ternyata diumumkan antrean penuh, bahkan lebih dari 500 ribu users sedang menunggu. (Liputan6.com, 17/5/2023)

Tak ketinggalan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga ikut war tiket atau perang tiket untuk membeli tiket Coldplay bagi keluarganya. Hal itu disampaikannya lewat akun Instagram resminya @sandiuno.

Padahal bisa dikatakan harga satu tiket konser tersebut terbilang cukup mahal. Berdasarkan daftar harga yang dirilis media detikcom (11/5/2023). Harga tiket termurahnya adalah Rp 800 ribu dan termahal Rp 11 Juta, ini diluar dari tambahan pajak 15 persen dan biaya layanan 5 persen. Jika ditotal dengan itu semua, akan didapatkan satu tiket termurah seharga Rp 960 ribu dan tiket termahal Rp 13,2 Juta.

Terjebak Euforia Musik Coldplay

Ribuan calon pengunjung sangat antusias menyambut konser coldplay ini, ada yang memang semata ingin mencari hiburan (fun), namun tak menutup kemungkinan banyak yang hanya terjebak fenomena FOMO (Fear Of Missing Out) alias khawatir tertinggal tren, gosip, ataupun aktivitas viral tertentu.

Tak dipungkiri standar bahagia yang dimaknai oleh masyarakat hari ini hanyalah sebatas kesenangan hidup yang sejatinya bersifat sementara. Bahkan akibat mabda sekularisme yang diadopsi masyarakat hari ini, kesenangan tak lagi memandang halal dan haram, tak peduli apakah konser itu akan mengantarkan pada kemaksiatan, selama hal itu bisa mendatangkan rasa senang berdasarkan tafsiran masyarakat, maka apapun rela dilakukan. Hingga ada yang sampai menjual kulkas, motor, bahkan mengambil pinjol demi membeli tiket konser tersebut.

Hal yang sangat memilukan, di tengah krisis identitas dan moral yang menghinggapi generasi hari ini, adanya konser nuansa liberal (bebas) tersebut tentu akan semakin membuat generasi muda terjebak dalam euforia unfaedah. Ditambah negara justru malah memfasilitasi dan memberi ruang konser ini dapat digelar. Padahal disamping kegiatan ini dapat menjauhkan generasi dari identitasnya, grup band Inggris itu juga dikabarkan mendukung perilaku L68T yang notabenenya merupakan perilaku tercela yang diharamkan dalam Islam.

Persaudaraan Alumni (PA) 212 juga telah merespon tegas rencana konser ini, dengan menolak keras pergelaran konser tersebut sebab dianggap bertentangan dengan pancasila. Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin mengatakan, bila konser Coldplay itu digelar di Indonesia, maka akan memimbulkan gejolak besar di tengah masyarakat. Apalagi, disebutkan grup band Coldplay itu merupakan band pendukung LGBT. (Fajar.co.id, 15/05/2023)

Meski mendapat penolakan keras dari beberapa pihak, belum dapat dipastikan juga grup band Inggris ini batal mengadakan konser di Indonesia. Sebab kembali lagi selama suatu aktivitas itu dipandang dapat membawa keuntungan, maka tak peduli dampak atau hukum aktivitasnya halal/haram, berfaedah atau tidak, tetap saja akan berusaha untuk dijalankan. Karena standar hidup hari ini adalah sekuler-kapitalis, pemisahan aturan agama dari kehidupan yang menjadikan nilai materi sebagai tolak ukur perbuatan.

Misalnya saja, konser Coldplay ini dipandang dapat memberi keuntungan ekonomi bagi pelaku UMKM. Padahal, jika diperhatikan pihak yang mendapat keuntungan paling besar disini hanyalah para pengusaha besar (kapital), seperti pihak perbankan, pemilik hotel, penyelenggara konser, dll. Sedangkan para UMKM hanya mendapat recehan materi dari konser itu.

Mengenal Makna Bahagia Hakiki

Pada hakikatnya berbagai hiburan nir faedah yang justru lebih condong pada aktivitas hura-hura belaka, sejatinya tak layak dijadikan pilihan menghilangkan rasa penat atau mendapatkan rasa bahagia, sebab hal itu hanyalah kesenangan semu yang bersifat sementara, tak dapat memuaskan kebutuhan emosinal (perasaan bahagia), apalagi menghadirkan ketenangan.

Jika merujuk pada pandangan Islam, makna bahagia adalah apabila seorang hamba dapat meraih ridho Allah SWT. dengan terikat pada syariat-syariatNya dan meninggalkan segala perbuatan haram juga sia-sia. Allah SWT. Berfirman: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27 & 28)

Jika memandang dengan kacamata faedah tidaknya, dapat dilihat konser musik tak memiliki faedah sama sekali khususnya bagi generasi muda. Terlebih grup band Coldplay yang berencana konser di Indonesia ini telah jelas menunjukkan dukungannya pada kelompok L98T yang diharamkan dalam Islam.

Di tambah lagi, dalam pergelaran suatu konser sangat sarat akan nuansa maksiat, misalnya saja aktivitas ikhtilat (campur baru laki-laki dan perempuan) yang tidak semahram, bahkan tak dipungkiri terdapat konsumsi miras di dalamnya. Oleh sebab itu, tak ada alasan logis yang bisa membenarkan atau mewajarkan terlaksananya konser Coldplay ini.

Disamping itu, negara yang menerapkan sistem kepemimpinan Islam tentu tak akan mungkin memfasilitasi atau memberi izin pelaksanaan aktivitas konser semacam ini. Meski dengan dalih mendapat keuntungan ekonomi sekalipun, sebab yang menjadi standar ditetapkannya sebuah aturan bukanlah untung/rugi, tetapi halal/haram.

Sehingga, tak ada pilihan solusi lain yang dapat menyelamatkan generasi saat ini dari berbagai aktivitas sia-sia, yakni hanyalah dengan kembali pada penerapan sistem Islam dalam setiap lini kehidupan. Wallahu’alam Bisshawab. (*)

 

Penulis: Nurhikmah (Tim Pena Ideologis Maros)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!