OPINI—Pasca Lebaran 2025, kondisi perekonomian rakyat Indonesia menunjukkan gejala yang semakin mengkhawatirkan. Sejumlah laporan dari berbagai media mengungkap penurunan daya beli masyarakat, bahkan di pusat-pusat ekonomi seperti DKI Jakarta.
Para pedagang Tanah Abang, yang biasanya panen pembeli saat Lebaran, tahun ini justru mengeluhkan sepinya pembeli. Lesunya sektor pariwisata dan menurunnya transaksi di berbagai sektor menambah daftar panjang krisis yang melanda masyarakat.
Daya beli masyarakat menurun hal ini disampaikan Rahmatsyah Fungsional Penyuluh Disperindagkop UKM kota Lhokseumawe, bahwa para pedagang di pasar impres mengeluhkan daya beli masyarakat berkurang karena belum optimal perekonomian pasca lebaran setelah banyak pengeluaran di hari raya (rri.co.id, 10/04/2025).
Maraknya pengangguran tentunya sangat berdampak bagi perekonomian saat ini, berbagai daerah di Indonesia termasuk DKI Jakarta mengalami penurunan daya beli masyarakat. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti PHK, harga-harga yang meroket, dan tentunya beban utang yang meningkat, termasuk juga melemahnya ekonomi secara global
Di tengah himpitan ekonomi tersebut, masyarakat mencari cara untuk bertahan hidup. Salah satu jalan pintas yang marak digunakan adalah fasilitas paylater atau “beli sekarang, bayar nanti”. Kemudahan belanja online yang menawarkan opsi pembayaran tertunda ini tampak seperti solusi instan.
Namun, di balik kemudahan tersebut tersembunyi potensi bencana ekonomi mikro yang serius. Berdasarkan data OJK dan BI, utang paylater masyarakat Indonesia per Februari 2025 telah menembus angka Rp21,98 triliun. Ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat tengah terperangkap dalam lingkaran utang yang kian dalam.
Pay Later, Buah dari Sistem Kapitalisme Sekularisme
Namun, kita perlu bertanya: mengapa rakyat begitu mudah terjerat dalam pola konsumsi berbasis utang ini? Jawabannya tidak bisa dilepaskan dari sistem yang melingkupi kehidupan kita—yakni sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini menjadikan kebahagiaan dan kesuksesan sebagai sesuatu yang bisa dicapai dengan kepemilikan materi.
Akibatnya, budaya konsumtif berkembang subur. Barang-barang bukan lagi dibeli karena kebutuhan, melainkan karena dorongan gaya hidup. Paylater hadir sebagai pelicin utama arus konsumerisme, yang memperkuat ilusi bahwa kebahagiaan bisa dicicil.
Celakanya, sistem paylater berbasis bunga alias riba, yang dalam pandangan Islam jelas haram. Maka bukan hanya berpotensi menambah beban ekonomi, tetapi juga beban dosa yang menjauhkan keberkahan dari kehidupan masyarakat. Inilah wajah asli kapitalisme: sebuah sistem yang membiarkan rakyat terjebak utang demi memutar roda ekonomi segelintir elite pemilik modal.
Islam solusi yang Hakiki
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memiliki solusi yang hakiki dan menyeluruh. Dalam sistem Islam, kesejahteraan bukan hanya urusan materi, tetapi juga spiritual. Kebahagiaan tidak diukur dari barang yang dimiliki, tetapi dari keridaan Allah SWT.
Islam menanamkan ketakwaan sebagai pondasi utama dalam bermuamalah, termasuk dalam urusan konsumsi dan keuangan. Dalam sistem Islam, seseorang tidak akan berani berutang tanpa alasan syar’i, apalagi melalui sistem ribawi yang haram.
Sistem ekonomi Islam juga menjamin kesejahteraan rakyat secara individu. Negara, yakni Khilafah, akan memastikan setiap rakyat memiliki kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan secara layak.
Negara akan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, bukan untuk korporasi asing. Negara juga akan membuka lapangan kerja secara luas, mencegah PHK massal, dan menghapus segala bentuk riba dalam transaksi ekonomi.
Dalam Islam sudah tidak ada hal-hal yang akan menjerumuskan umat dalam riba, semua celah akan ditutup. Pemimpin mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan umat sehingga tidak ada lagi utang piutang berkedok riba, karena apa yang kita lakukan akan dihisab serta mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Memberikan kesadaran pada umat salah satu bentuk ketakwaan kita untuk mendapatkan rida dari sang Khalik. Tujuan ekonomi dalam Islam adalah menjamin kesejahteraan umat, karena dalam sistem ekonomi Islam hal yang utama adalah mewujudkan taraf hidup rakyat lebih sejahtera. Dalam naungan khilafah semua praktik ribawi ditiadakan agar rakyat tidak mendekati hal-hal yang sudah diharamkan oleh Allah SWT. (*)
Penulis: Sriwidarti, S.Pd (Pendidik)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

















