OPINI—Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) di sudut ibukota, benar-benar berhasil menyulap perhatian di masyarakat. Bahkan sampai ke pelosok-pelosok daerah pun masih hangat di perbincangkan.
Berawal dari munculnya kreatifitas anak-anak muda atau remaja dari Depok, Citayam. Yang kerap nongkrong di stasiun MRT Dukuh Atas. Mereka menggunakan tempat penyeberangan sebagai arena catwalk layaknya di kota mode Paris, Perancis.
Beragam model berpakaian dari yang stylish hingga yang nyeleneh semuanya ditampilkan, sehingga penampilan fashion mereka dianggap unik dan berbeda dari lainnya. Dan dijadikan sebagai konten media sosial, seperti Instagram dan Tiktok.
Fenomena ‘Citayam Fashion Week’ juga mendapat banyak sorotan dari banyak pihak. Salah satunya artis ternama kartika Putri. Ia mengungkapkan dirinya merasa miris dengan adanya fenomena tersebut karena dinilai banyak melanggar aturan norma agama dan kesopanan.
Seperti dikutip dari laman story-nya, “Miris ketika melihat perkumpulan malah banyak melanggar norma agama dan kesopanan. Penerus bangsa, seharusnya difasilitasi tempat untuk menimba ilmu, adab dan akhlak bukan malah sebaliknya, hanya merusak moral bangsa. Masyarakat terlena ikut memviralkannya.”
“Sedih, banyak mudaratnya, anak-anak jadi enggak pada sekolah (jadi malas belajar), maksa pergi pasti minta uang ke ortu untuk ongkos bekal dan outfit (belum tentu orang tuanya ada).” Dia juga turut menyoroti pakaian yang digunakan anak-anak Citayam tersebut. (Tagar.id, 25/07/22).
Terlepas dari kreatifitas anak muda, fenomena Citayam Fashion Week ini menampilkan potret anak muda yang krisis akan jati dirinya. Bahkan niat sholat saja tidak hafal, terbukti adanya video wawancara yang bertebaran di sosmed, mereka pada bingung melafadzkan niat sholat, dan cuma ketawa-ketawa tak karuan.
Semuanya itu adalah korban kemiskinan sistemik dan gaya hidup liberalisme yang menjangkiti negeri ini. Dan Sederet fenomena tersebut, sebenarnya semakin menunjukkan cara pandang kehidupan yang diadopsi oleh masyarakat sekarang.














