Advertisement - Scroll ke atas
Makassar

Jejak Harga Premium dari Masa ke Masa: Dari Rp 25 hingga Rp 10.000 per Liter

2229
×

Jejak Harga Premium dari Masa ke Masa: Dari Rp 25 hingga Rp 10.000 per Liter

Sebarkan artikel ini
Jejak Harga Premium dari Masa ke Masa: Dari Rp 25 hingga Rp 10.000 per Liter
Suasana SPBU Pertamina tahun 80-an (Foto courtesy by Facebook Tempo dulu)

MAKASSAR—Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di Indonesia mencatat perjalanan panjang yang penuh dinamika, dari era Orde Baru hingga masa pemerintahan modern. Dari hanya Rp25 per liter di awal 1970-an, kini masyarakat Indonesia membayar hingga Rp10.000 per liter untuk varian BBM seperti Pertalite.

Kebijakan energi nasional yang penuh lika-liku, perubahan ekonomi global, serta dinamika politik dalam negeri menjadi faktor utama naik-turunnya harga BBM.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Pada awal Orde Baru, harga Premium hanya berkisar Rp25–30 per liter. Pemerintah saat itu jor-joran memberikan subsidi besar demi menjaga inflasi tetap rendah dan menstabilkan ekonomi. Indonesia, sebagai anggota OPEC sekaligus produsen minyak besar, masih menikmati keuntungan ekspor minyak dunia.

Namun, krisis minyak global pada 1973 dan 1979 mulai menggoyang stabilitas harga. Harga Premium naik ke Rp45 per liter tahun 1973, lalu melonjak ke Rp70 pada 1974, dan terus ke Rp120 pada 1978. Tahun 1980, harga menyentuh Rp150 per liter, menandai awal kenaikan signifikan meski subsidi masih mendominasi.

Memasuki dekade 1980-an hingga 1990-an, harga Premium terus mengalami penyesuaian kecil tiap tahunnya. Tahun 1985, harganya menjadi Rp385 per liter. Pemerintah menjaga kestabilan harga meski tekanan ekonomi mulai terasa.

Namun, tahun 1998 menjadi titik balik. Krisis moneter menghantam Indonesia dan harga Premium melonjak tajam menjadi Rp1.200 per liter. Ini adalah salah satu lonjakan paling drastis sepanjang sejarah BBM di Indonesia.

Setelah krisis, Presiden BJ Habibie sempat menurunkan harga Premium menjadi Rp1.000 pada 1999. Namun, harga kembali naik bertahap di era Presiden Gus Dur dan Megawati. Tahun 2005, di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terjadi dua kali kenaikan besar: dari Rp2.400 ke Rp4.500, lalu tahun 2008 melonjak ke Rp6.000.

Namun, tekanan publik membuat harga diturunkan lagi menjadi Rp5.000 pada akhir 2008, dan stabil di Rp4.500 sepanjang 2009 hingga 2010.

Memasuki dekade 2010-an, pemerintah mulai mengurangi ketergantungan pada Premium. Tahun 2013, harganya naik menjadi Rp6.500, dan kembali naik menjadi Rp8.500 pada 2014.

Awal 2015, Premium sempat turun ke Rp7.600. Namun di tahun yang sama, pemerintah memperkenalkan Pertalite sebagai BBM alternatif yang lebih ramah lingkungan dan memiliki oktan lebih tinggi. Pertalite dibanderol Rp8.400 saat pertama kali diluncurkan.

Tahun 2022, harga Pertalite naik menjadi Rp10.000 per liter. Hingga Januari 2025, harga ini masih bertahan. Sementara itu, Pertamax—varian BBM nonsubsidi dengan kualitas lebih tinggi—dibanderol Rp12.400 per liter pada Mei 2025.

Untuk diketahui, saat ini Premium semakin langka dan tak lagi menjadi BBM utama di SPBU. Pertalite mengambil alih peran Premium sebagai BBM bersubsidi yang paling umum digunakan masyarakat, sedangkan Harga Pertamax mengikuti fluktuasi harga minyak dunia karena tidak disubsidi pemerintah.

Perjalanan harga BBM di Indonesia adalah cermin kebijakan energi nasional dan kondisi ekonomi global. Dari Rp25 hingga Rp10.000, perubahan harga ini bukan sekadar angka—tetapi bagian dari sejarah sosial dan ekonomi bangsa. (Ag4ys)

Jejak Harga Premium dari Masa ke Masa: Dari Rp 25 hingga Rp 10.000 per Liter
Grafik perkembangan harga BBM di Indonesia dari tahun 1970 hingga 2025. Grafik ini menunjukkan tren kenaikan signifikan, terutama setelah tahun 1998, seiring perubahan kebijakan subsidi dan kondisi global.
error: Content is protected !!