MAKASSAR—Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman bersama Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki serta Ketua Umum ASHEPI, Mucshin Ridjan resmi membuka acara Inacraft 2023 di Jakarta Convention Center. (1/3/2023).
Pameran kerajinan terbesar di Asia Tenggara, The 23th Jakarta International Handicraft Trade Fair kali ini mengangkat Sulawesi Selatan sebagai ikon.
Pada kegiatan Inacraft 2023 berbagai hasil kerajinan dari berbagai daerah di Indonesia di tampilkan termasuk dari seluruh kabupaten dan kota di Sulsel. Salah satunya kerajinan kain kafan atau disebut Tope dari kabupaten Jeneponto.
Gubernur Andi Sudirman Sulaiman mengatakan kain kafan selama ini dikenal hanya untuk membungkus mayat. Tapi ternyata di Jeneponto bisa diubah menjadi sebuah kreatifitas yang menarik.
Kata Sudirman, kain kafan asal Jeneponto sangat natural, tapi elegan. Makanya banyak disukai oleh masyarakat di luar Sulawesi Selatan.
“Itu dipesan sampai dari Yogyakarta. Bahkan para milenial pun sangat menyukainya,” ungkapnya.
Sudirman berharap kain kafan bisa dilestarikan agar jadi identitas budaya Sulawesi Selatan. Produksinya juga perlu digenjot agar bisa mendapat keistimewaan di industri ekonomi kreatif terutama industri fesyen dunia.
“Jadi kami ingin menampilkan suatu kearifan lokal tapi kualitasnya tidak kalah menarik,” kata Sudirman.
Sementara itu, Suryani, salah satu pengrajin kain kafan Mengaku kain kafan tenun itu terbuat dari kapas asli yang dipintal menjadi benang, seperti kasa. Satu meternya dihargai Rp750 ribu.
“Masyarakat di Jeneponto menyebut ini kain kafan atau bahasa daerahnya Tope. Butuh dua bulan proses produksinya untuk satu baju makanya mahal,” ujarnya.
Dulunya, kain tenun ini biasa dipakai membungkus mayat keturunan bangsawan. Namun karena harganya yang mahal, masyarakat beralih ke kain putih biasa.
Kata Suryani, ia tertarik berbisnis kain kafan karena omzetnya menjanjikan. Apalagi sekarang ini sudah diincar para designer di Indonesia.
“Omzetnya sangat-sangat menjanjikan. Tapi ini baru kita mulai genjot lagi untuk pemasarannya,” tuturnya.
Suryani ingin melestarikan kembali kain kafan tenun di Jeneponto yang mengalami penurunan. Bahkan bisa dikata hampir punah.
“Karena tak banyak yang tahu bahwa di Jeneponto juga punya tradisi tenun,” pungkasnya. (*)
















