GOWA—Pendidikan anak bukan hanya urusan sekolah. Di tengah arus modernisasi dan tantangan era digital, komunikasi dialogis antara orang tua dan anak kembali ditegaskan sebagai kunci membentuk karakter dan kecerdasan anak secara utuh.
Hal itu diungkapkan oleh pemerhati pendidikan dan sosial, Arham Selo, dalam sebuah diskusi eksklusif pada Rabu (15/5/2025). Menurutnya, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan proses membentuk manusia seutuhnya – dan itu dimulai dari rumah.
“Komunikasi dialogis antara orang tua dan anak ini adalah sesuatu yang penting dan harus dialogis, sebab dengan dialogis maka anak bisa memahami apa yang disampaikan dan dia bisa mengutarakan. Anak belajar dari kehidupannya, maka didiklah dengan cinta dan kasih sayang,” tegas Arham.
Meski institusi formal memiliki peran strategis, Arham mengingatkan bahwa pendidikan pertama dan utama tetap berada di tangan keluarga. Ia mengutip Pasal 31 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum yang mempertegas tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kalaupun nanti anak masuk ke sekolah formal yang disediakan oleh negara, tanggung jawab awal tetap ada di orang tua,” jelasnya.
Arham menekankan pentingnya komunikasi dua arah dalam hubungan orang tua dan anak. Ini bukan hanya soal berbicara, tetapi melibatkan pemahaman, empati, dan ruang terbuka bagi anak untuk menyampaikan isi pikirannya.
Menurutnya, keterbukaan orang tua dalam mendengar serta memberi contoh dalam keseharian adalah bagian dari pendidikan karakter yang paling efektif.
Dalam diskusi tersebut, Arham juga menyinggung pentingnya keseimbangan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Ia menyebut bahwa pendidikan agama seharusnya menjadi fondasi nilai dan etika, sementara pendidikan umum membekali anak untuk menghadapi tantangan dunia nyata.
“Anak yang tumbuh dengan pemahaman agama yang baik, dibarengi pengetahuan umum yang memadai, akan lebih siap menghadapi tantangan zaman,” katanya.
Di akhir perbincangan, Arham mengajak para orang tua untuk memandang pendidikan sebagai misi jangka panjang yang memerlukan cinta, waktu, dan kesabaran.
“Didiklah anak dengan kasih sayang, bukan sekadar aturan. Biarkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang tahu caranya mendengar, dan berani untuk berbicara,” pungkasnya. (cr/Ag4ys)
Citizen Reporter: Tri Widiyarti (Mahasiswi Fak. Dakwah & Komunikasi UINAM)
















