JENEPONTO—Angka prevalensi anak penderita Stunting di Kabupaten Jeneponto masih tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini diutarakan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), dr. Iswan Sanabi, Senin (23/10/2023) kemarin.
“Angka prevalensi anak stunting di Kabupaten Jeneponto masih sebesar 39,8 persen, prevalensi stunting masih tertinggi di Sulawesi Selatan,” kata mantan Direktur RSUD Lanto Daeng Pasewang Jeneponto, dr. Iswan Sanabi.
Imbuhnya, kenaikan itu dari 37 koma sekian persen naik menjadi 39,8 persen. “Jadi ada kenaikan 1 koma sekian persen,” ujarnya.
Menurutnya, di Provinsi Sulawesi Selatan ada daerah mengalami kenaikan sekitar 50 persen dan ada juga 50 persen mengalami penurunan.
Untuk menekan angka prevalensi stunting agar mengalami penurunan, Dinas PPKB dan TPPS melakukan berbagai langkah-langkah.
“Kita sudah bentuk dan penguatan dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat Desa sampai Kabupaten. Namun, ada sebagian Kepala Desa belum memposisikan dirinya sebagai TPPS. Pasalnya, kemungkinan belum tahu pasti apa itu stunting,” bebernya.
Ia menjelaskan, dalam hal penanganan stunting, Instansi yang terkait itu belum maksimal bekerja.
“Sehingga TPPS tingkat Provinsi mendorong percepatan penanganan stunting. Kelemahan sudah kita tutupi, TPPS tingkat Kabupaten sedang giat-giatnya juga mendorong TPPS Kecamatan dan Desa untuk lebih aktif lagi menurunkan angka Stunting,” jelasnya.
dr. Iswan Sanabi melanjutkan, yang sedang diperbaiki sekarang adalah adanya hubungan sinergitas antara OPD untuk membantu menurunkan angka prevalensi stunting.
Masih kaitannya penangan angka prevalensi stunting di Jeneponto, maka dibentuklah “Balla Turatea”.
“Ada program kami namanya “Balla Turatea”. Turatea ini adalah sinonim yang artinya tuntaskan resiko dan anak stunting. Itulah inovasi kami,” terangnya.
Dari inovasi itu ada dua yang dilakukan yaitu jangka pendek dan jangka panjang. “Jangka pendek ini adalah pemberian protein yaitu pemberian telur setiap hari selama tiga bulan kepada anak-anak berisiko stunting,” ujarnya.
“Jangka panjangnya, kami dibantu oleh OPD lain untuk membuat kolam ikan di rumah masing-masing, supaya gizi tinggi bisa dipenuhi. Ketika ini berhasil secara ekonomis juga akan membantu keluarga dari anak stunting,” tuturnya.
Selain itu, menurut dr. Iswan bahwa tidak bisa juga dipungkiri kalau kemiskinan ekstrim terbanyak juga di Kabupaten Jeneponto.
“Selain bernilai ekonomis kolam yang dibuatkan itu dengan sendirinya bisa menjual ikan dengan sendirinya pula bisa menurunkan kemiskinan,” pungkasnya.
Penurunan prevalensi anak stunting di Kabupaten Jeneponto terus dilaksanakan dengan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Wakil Bupati Jeneponto, Paris Yasir. (*)
















