Program Electrifying Agriculture PLN Terbukti dapat Menghemat Biaya Operasional Peternak Ayam Modern Sampai dengan Lima Kali Lipat
MAKASSAR—Guna mewujudkan peternakan ayam yang modern, ramah lingkungan dan hemat, PLN kembali berinovasi dalam bidang Electrifying Agriculture dengan mendukung kebutuhan listrik peternak ayam di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bermula dari kunjungan ke beberapa calon pelanggan, General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi (UIW Sulselrabar) Awaluddin Hafid menyampaikan bahwa PLN melihat peluang dan sangat mendukung kebutuhan listrik para peternak ayam.
“Dari observasi yang petugas PLN Unit Layanan Pelanggan Malino lakukan, industri peternakan ayam modern ternyata membutuhkan listrik untuk mengubah kandang ayam yang tadinya konvensional (open farm atau terbuka) menjadi modern (close farm atau tertutup) dengan tujuan agar suhu di kandang ayam tersebut terkontrol sehingga lebih efisien dan efektif,” kata Awaluddin
“Di samping itu untuk mengolah pakan ayam, beberapa peternak yang tadinya menggunakan diesel pun beralih menggunakan listrik karena lebih hemat dan efisien,” tambahnya.
Salah satu peternak ayam close farm di Kec. Parangloe, Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, Mustakim mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan dalam mengelola peternakan ayam adalah memelihara dan menjaga suhu tubuh ayam. “Dengan metode kandang close farm , listrik memegang peranan penting untuk mengoperasikan 16 kipas blower yang digunakan menjaga suhu kandang,” pungkas Mustakim.
Peternak milenial tersebut mengatakan, listrik mempunyai peranan penting dalam mendukung peternakan close farm. Apabila harus menggunakan genset untuk mengoperasikan kipas blower, penghangat ruangan dan lampu ia membutuhkan rata-rata 3.600 liter solar atau setara Rp32 juta-an per bulannya.
Sedangkan jika menggunakan listrik, Mustakim hanya perlu mengeluarkan biaya Rp7 juta-an per bulannya untuk operasional peternakan close farm nya.
“Setelah menggunakan listrik, kami dapat mengoptimalkan produksi yang tadinya panen membutuhkan waktu 28 hari kini hanya membutuhkan waktu 22 hari sehingga dari sisi efektifitas waktu lebih singkat dan omset kami pun otomatis meningkat,” imbuhnya.
Ia menjelaskan kunci kesuksesan dari peternakan ayam modern adalah menjaga suhu kandang (close farm) dengan menggunakan peralatan elektronik seperti kipas blower, penghangat ruangan dan lampu dengan tujuan meningkatkan peforma produksi ayam telur maupun pertumbuhan ayam daging.
Dibandingkan kandang ayam konvensional, kandang ayam modern ramah lingkungan, tidak berbau, dan suhu ruangan terkontrol dengan sirkulasi udara yang baik sehingga berujung pada peningkatan keberhasilan panen.
Sementara itu peternak ayam di Kec. Manuju, Kab. Gowa, Heri menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PLN yang menghadirkan telah listrik untuk mesin pengolahan pakan ayamnya.
“Kami melakukan elektrifikasi pada mesin-mesin pengolahan pakan ayam untuk penggilingan jagung, sehingga kami tidak perlu lagi mengeluarkan biaya bahan bakar diesel dan pemeliharaan mesin,” tutur Heri.
“Kini setelah menggunakan listrik, biaya pengolahan pakan ayam kami hemat sampai dengan 4 kali lipat,” ungkapnya.
Untuk mengolah pakan ayam menggunakan genset, Heri mengeluarkan biaya sampai dengan Rp10 juta-an per bulan atau setara 1.200 liter solar per bulannya.
Sedangkan setelah menggunakan listrik, ia hanya perlu mengeluarkan biaya listrik rata-rata Rp2 juta-an per bulan. Heri menuturkan kedepan peternakan ayam miliknya akan menerapkan metode close farm yang tentunya membutuhkan tambahan pasokan listrik.
Saat ini sudah ada 4 pelanggan industri peternakan ayam modern yang telah menggunakan listrik PLN dengan total daya 205 kVA di Kec. Manuju dan Kec. Parangloe, Kab. Gowa.
Ke depannya terdapat 3 potensi pelanggan dengan total daya sekitar 159 kVA yang akan dilayani oleh PLN di Kabupaten Gowa.
“Untuk menciptakan iklim industri peternakan modern, PLN berkomitmen memberikan dukungan pasokan listrik kepada para pelaku usaha peternakan sebagai mitra bisnis,” tutup Awaluddin. (*)