Advertisement - Scroll ke atas
  • Ramadhan 1445 H
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
Media Kampus

Memartabatkan Bahasa Indonesia di Generasi Milenial Hendaknya Pembentukan Kosa Kata Harus Dinamis

1132
×

Memartabatkan Bahasa Indonesia di Generasi Milenial Hendaknya Pembentukan Kosa Kata Harus Dinamis

Sebarkan artikel ini
Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr H Andi Sukri Syamsuri MHum
Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr H Andi Sukri Syamsuri MHum.
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Kota Makassar

MAKASSAR – Memartabatkan bahasa Indonesia pada generasi millennial maka hendaknya pembentukan kosakata bahasa Indonesia itu harus dinamis mencerminkan efisiensi, kebergunaan, kebakuan, intertranslatabilitas, dan keindahan.

Demikian simpulan makalah Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr H Andi Sukri Syamsuri MHum, pada seminar kebahasaan di gelar Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar, Sabtu (6/7/2019) di Aula Kedokteran Kampus Unismuh Makassar.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Makalah yang dibawakan berjudul, Pemartabatan Bahasa Indonesia (Kosakata) bagi Generasi Milenial.

Seminar ini mengusung tema meningkatkan kesadaran budaya berbahasa Indonesia di era milenial sebagai bentuk pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia di kampus.

Seminar menghadirkan tiga pemateri, yaitu Asdir 3 PPs UNM Prof Dr Anshari MHum, WR 2 Unismuh Dr Andi Syukri Syamsuri MHum, dan Kaprodi PBSI Dr Munirah MPd, yang dimoderatori Sekretaris PBSI Dr Muhammad Akhir MPd.

Dijelaskan, pemartabatan bahasa Indonesia di kalangan generasi millennial tetap pembelajaran bahasa Indonesia pada lembaga/instansi menjadi kawah candra di muka, dengan dukungan kompetensi guru, keterlibatan orang tua, dan masyarakat sekitar.

Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr H Andi Sukri Syamsuri MHum

“Media sosial sebagai sarana efektif dalam penyebarluasan bahasa Indonesia di kalangan generasi millennial,” katanya doktor linguistik PPs-Unhas ini.

Tinggi rendahnya martabat bahasa banyak ditentukan oleh luas sempitnya cakupan bahasa itu dalam mengemban pesan yang disampaikan para penuturnya.

“Semakin tinggi kemampuan bahasa itu dalam menyampaikan maksud yang ingin disampaikan warga masyarakat bahasanya, semakin tinggilah martabatnya,” kata Dekan FKIP Unismuh Makassar di masanya.

Bertemali dengan pernyataan tersebut, untuk meninggikan martabat bahasa Indonesia maka bahasa Indonesia itu harus mampu meluaskan cakupan pemakaiannya.

Cakupan pemakaian yang luas sangat ditentukan oleh kualitas bahasa Indonesia dalam hal ini kemampuan bahasa Indonesia mengemban pesan yang disampaikan para penuturnya.

Lihat Juga:  Prof Jasruddin PTS Dipercaya Masyarakat Lihat Jumlah Mahasiswanya

Kosakata bahasa Indonesia dewasa ini merupakan cermin dari konsep tatanan hidup masyarakat pemakainya. Kosakata itu cenderung berubah mengikuti derap perubahan yang muncul pada tatanan kehidupan masyarakat pemakainya.

“Kosakata bahasa Indonesia yang dikenal sekarang sudah tentu menunjukkan adanya perbedaan dari kosakata bahasa Indonesia pada setengah abad yang lalu,” ungkap Sekretaris Umum Kesatuan Masyarakat Wajo (Kemawa) ini.

Perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan tatanan hidup yang dinamis. Guna mengikuti derap langkah perubahan masyarakat penduduknya.

Maka dasar dan arah kebijakan pengembangan kosakata bahasa Indonesia harus berdasarkan situasi kebahasaan yang aktual sehingga menghasilkan kosakata bahasa Indonesia yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Dasar dan arah kebijakan pengembangan kosakata bahasa Indonesia dewasa ini mengarahkan kepada keberterimaan kosakata bahasa Indonesia di tengah masyarakat. Kosakata bahasa Indonesia di tengah masyarakat dinamis dipersyaratkan oleh berbagai aspek.

“Adapun aspek yang dimaksudkan adalah 1 efisiensi, kebergunaan, antar-terjemah (intertranslatabilitas), baku (Standar), estetis (nilai keindahan),” tandas anggota Tim Seleksi KPU Provinsi Sulsel Pemilu 2019 ini.

Bahasa adalah penanda eksistensi manusia yang menjadi jati diri dan ciri pembeda makhluk lain; bahasa merupakan media sosial untuk kepentingan personal dan komunitas sesama.

“Bahasa sebagai sarana berpikir dan pembentuk pikiran komunitas. Oleh karena itu, bahasa menjadi pondasi atau dasar pijak keberlangsungan hidup manusia,” pungkasnya. (yah/c/shar)

error: Content is protected !!