Advertisement - Scroll ke atas
  • Ramadan Mubarak 1446H (Mediasulsel.com)
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Pertanian

Mentan Ajak Generasi Milenial Jadi Petani, Penghasilan Bisa Lebih Rp10 Juta per Bulan

803
×

Mentan Ajak Generasi Milenial Jadi Petani, Penghasilan Bisa Lebih Rp10 Juta per Bulan

Sebarkan artikel ini
Lahan pertanian
Lahan pertanian. (ILUSTRASI)
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

JAKARTA—Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian melalui program pertanian modern. Dalam program ini, pemerintah menawarkan dukungan teknologi mekanisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sehingga bertani dapat menghasilkan pendapatan bersih hingga Rp10-20 juta per bulan.

Amran Sulaiman menjelaskan bahwa modernisasi pertanian, seperti penggunaan traktor, drone, dan combine harvester, mampu mengurangi biaya produksi hingga 50 persen.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

“Pemerintah telah menyesuaikan minat petani milenial, yaitu bertani tanpa kotor dan dengan keuntungan lebih besar,” ungkapnya dalam siaran pers.

Ribuan milenial dari berbagai kampus dan organisasi kepemudaan telah mendaftar untuk mengikuti program ini, dengan proyeksi hasil panen yang menjanjikan.

Meski potensi keuntungan tinggi, beberapa tantangan masih membayangi sektor ini. Didik Purwanto, seorang petani milenial dari Kediri, mengungkapkan bahwa penghasilan Rp10 juta per bulan bukan hal mustahil, bahkan bisa lebih.

Namun, hal itu bergantung pada penyelesaian berbagai masalah struktural seperti akses pupuk subsidi, harga benih yang mahal, dan kebijakan importasi pemerintah.

“Petani kecil sering kesulitan mendapatkan pupuk subsidi karena syaratnya rumit, seperti sertifikat tanah. Selain itu, kebijakan impor sering menghancurkan harga produk lokal saat panen raya,” ujar Didik.

Ia menekankan bahwa tanpa perbaikan mendasar, program pemerintah hanya akan menjadi gimmick.

Guru Besar IPB University, Dwi Andreas Santosa, juga mengingatkan bahwa pendapatan sektor pertanian masih tergolong rendah dibandingkan 17 sektor usaha lainnya di Indonesia.

“Produk pertanian ditekan harganya untuk stabilisasi. Akibatnya, petani sering menanam untuk merugi,” katanya.

Kementerian Pertanian meluncurkan berbagai inisiatif untuk menarik minat generasi muda, termasuk program Duta Petani Milenial (DPM), Digitalisasi Pertanian, hingga magang ke luar negeri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas petani Indonesia berusia 41–56 tahun, sementara petani muda hanya mencapai 21,93%.

“Petani milenial harus adaptif terhadap teknologi digital. Program ini bertujuan memulihkan perekonomian pertanian, menumbuhkan kewirausahaan, dan meningkatkan produksi pangan,” jelas Wamentan Sudaryono.

Namun, menurut Dwi Andreas, kebijakan ini harus dibarengi dengan upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan menjadikan sektor ini lebih menguntungkan.

Sementara itu, sektor holtikultura dan hidroponik mulai menarik minat generasi muda, meski tanaman pangan tradisional masih kurang diminati.

Transformasi sektor pertanian Indonesia menuju modernisasi membuka peluang besar bagi generasi milenial. Namun, pemerintah perlu menyelesaikan masalah mendasar untuk memastikan keberlanjutan dan menarik lebih banyak anak muda ke sektor ini.

Regenerasi petani bukan hanya tentang mengganti generasi tua dengan generasi muda, tetapi juga menjadikan pertanian sebagai profesi yang sejahtera dan berdaya saing. (*)

error: Content is protected !!