JAKARTA—Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) kembali mencatat sejarah. Dalam penyampaian visi-misi Bakal Calon Rektor (BCR) periode 2026–2030 di Aula Jakoeb Oetama, Senin (8/12/2025), Dr. Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak tampil mencuri perhatian sebagai kandidat termuda sepanjang sejarah UNUSIA dan LPTNU di bawah PBNU.
Di usia 32 tahun, Dr. Aras menjadi sorotan publik akademik. Ia sudah mengantongi gelar doktor Ilmu Akuntansi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan predikat Cumlaude, sekaligus memiliki rekam jejak panjang di bidang akademik, riset, tata kelola keuangan, hingga pengabdian masyarakat.
Forum penyampaian visi-misi yang diikuti enam bakal calon rektor itu berlangsung dinamis. Namun, gagasan dan pendekatan visioner Dr. Aras disebut banyak pihak sebagai yang paling segar dan relevan dengan tantangan masa depan pendidikan tinggi.
Dalam paparannya, ia membawa konsep besar UNUSIA Unggul sebagai Teaching University berkarakter Ahlussunnah wal-Jamaah An-Nahdliyah. Baginya, Aswaja bukan sekadar identitas, tetapi fondasi etik dan kultural dalam seluruh aktivitas pendidikan, mulai kurikulum, riset, hingga kewirausahaan kampus.
“Keunggulan universitas lahir dari karakter dan etosnya. UNUSIA harus menjadi kampus modern, inklusif, dan tetap berakar kuat pada tradisi keulamaan,” tegasnya.
Ia memetakan lima misi utama, mulai dari tata kelola profesional, pendidikan berwawasan global, pengabdian berbasis kerakyatan, penguatan ekosistem kewirausahaan mahasiswa, hingga riset yang berpijak pada keunggulan lokal dan kebutuhan global. Sejumlah peserta memuji gagasan tersebut sebagai modern dan adaptif.
Selama ini, Dr. Aras dikenal aktif di berbagai lembaga strategis, termasuk BNPT RI, Forum Dosen Akuntansi Publik, hingga jejaring kepemudaan NU. Sebagai Ketua Prodi Akuntansi UNUSIA sejak 2021, ia juga memimpin berbagai program internasional, termasuk kerja sama akademik dengan Universiti Malaysia Kelantan (UMK), riset kolaboratif blockchain dan AI dalam akuntansi, serta program edukasi anti-pencucian uang bersama PPATK.
Produktivitas ilmiahnya pun menonjol. Ia memiliki lebih dari dua puluh publikasi, aktif menerbitkan buku dan jurnal, serta mendorong mahasiswa mengubah skripsi mereka menjadi artikel ilmiah. Pada 2024, ia meraih penghargaan Best Paper pada ICALS dan MAMI.
Salah satu kontribusinya yang paling dikenal adalah keberhasilannya memimpin International Conference on Accounting, Law and Sociology (ICALS) 2024 yang menghadirkan lebih dari 70 paper dari berbagai negara.
Nama Dr. Aras juga mendapat sorotan positif di luar negeri. Akademisi UMK Malaysia, Prof. Dr. Muhammad Ashlyzan Bin Razik, menilai dirinya sebagai figur strategis dan potensial untuk memimpin UNUSIA pada periode mendatang.
Dengan pengalaman, kolaborasi internasional, dan orientasi pada etika serta modernisasi pendidikan tinggi, Dr. Aras dipandang sebagai representasi akademisi muda NU yang mampu membawa UNUSIA melangkah lebih jauh—baik di tingkat nasional maupun global. (Ag4ys)

















