OPINI – ‘Mengerikan’ bak di film-film menyeramkan. Begitulah kondisi China saat ini. Tepatnya di Wuhan Provinsi Hubei, wilayah tersebut mendadak diisolasi oleh pemerintah karena virus.
Seperti yang dilansir Tempo (26/1/20) bahwa Pemerintah Cina telah mengungkung Provinsi Hubei, pusat penyebaran wabah virus corona misterius, seiring dengan angka kematian yang disebabkannya yang terus bertambah menjadi 26 orang per Jumat 24 Januari 2020.
Larangan perjalanan diberlakukan dan diperhitungkan berdampak kepada setidaknya 20 juta orang di sepuluh kota, termasuk ibu kota provinsi itu, Wuhan, asal virus merebak.
Tidak dapat dibayangkan 20 juta orang terkungkung dalam satu wilayah yang diisolir. Korban terus berjatuhan namun obat antivirus belum ditemukan.
Desas-desus asal muasal virus telah menghiasi laman berita. Mulai dari Isu senjata biologi Cina yang bocor hingga kebiasaan memakan binatang liar.
Seperti yang dilansir okezone (26/1/20) bahwa Mantan perwira intelijen Israel yang telah mempelajari perang biologis China, Dany Shoham, menjelaskan institut tersebut terkait program senjata biologis rahasia Beijing.
“Laboratorium tertentu di institut ini mungkin telah terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan (senjata biologis) China. Paling tidak secara kolateral. Namun belum sebagai fasilitas utama senjata biologi China,” kata Shoham pada The Washington Times, seperti dikutip pada Minggu (26/1/2020).
Mantan perwira intelijen Israel yang telah mempelajari perang biologis China, Dany Shoham, menjelaskan institut tersebut terkait program senjata biologis rahasia Beijing.
Laboratorium yang konsen menangani virus mematikan yang dimiliki China.
Laboratorium itu satu-satunya tempat di China yang mampu menangani virus mematikan. (Okezone, 26/1/20).
Selain isu senjata biologis, juga disinyalir adanya kebiasaan warga China yang mengonsumsi binatang liar. Seperti tikus dan kalelawar untuk dikonsumsi.
Salah satu lokasi yang jadi sorotan untuk cari penyebab munculnya virus adalah pasar makanan laut Huanan di pusat kota Wuhan, yang diketahui tak cuma menjual makanan laut tapi ternyata juga makanan berupa hewan-hewan liar.
Pemerintah China menduga virus corona berasal dari hewan-hewan liar yang dijual di tempat jajanan tersebut. Apalagi sejumlah penderita awal yang terjangkit virus Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV) itu adalah karyawan pasar makanan tersebut.
Vendor pasar makanan dan media China melaporkan, Pasar Makanan Laut Huanan menjual berbagai jenis makanan unik. Mulai dari anak serigala, rubah hidup, buaya, salamander raksasa, ular, tikus, burung merak, landak, daging unta hingga musang. (cnbc, 26/1/20).
Berita yang dilansir dari CNBC (26/1/20) bahwa Virus corona dapat menyebar dengan sangat cepat, virus itu juga telah menyebabkan kematian pada banyak orang di beberapa negara dunia, utamanya di China.
Sejak pertama kali diidentifikasi pada Desember lalu, penyakit ini telah dengan cepat menyebar ke berbagai negara mulai dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam hingga Amerika Serikat (AS).
Akan sangat mungkin virus corona tersebut menjangkiti negara-negara lebih banyak lagi jika tidak tertangani dengan baik dan cepat.
Pada masa Rasulullah SAW terjadi wabah penyakit yang dikenal lepra. Sikap beliau jelas terhadap wabah saat itu. Tidak memasuki wilayah yang terjangkiti jika berada di luar wilayah wabah. Tidak keluar dari wilayah wabah jika berada di dalam.
Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Di samping itu, Rasulullah memperingatkan agar berhati-hati terhadap penderitanya.
Dari hadist Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa.”
Kasus yang hampir sama dialami kaum muslimin pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Khalifah Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya.
Walau pada akhirnya rombongan tidak jadi memasuki Syam. Dengan meminta pendapat sesepuh Quraisy untuk menghentikan perjalanan dengan pertimbangan wabah penyakit tersebut.
Namun, beberapa dari mereka tetap melanjutkan perjalanan. Di antara rombongan, Abu Ubaidah bin Jarrah masih menyangsikan keputusan Khalifah. “Kenapa engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?” ujarnya.
Umar pun menjawab, bahwa apa yang dilakukannya bukanlah melarikan diri dari ketentuan Allah melainkan untuk menuju ketentuan-Nya yang lain.
Keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan pun semakin yakin saat mendapatkan informasi dari Abdurrahman bin Auf. Bahwa suatu ketika Rasulullah melarang seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang terkena wabah penyakit.
Negeri Syam kala itu sekitar tahun 18 Hijriyyah, diterjang wabah qu’ash. Wabah tersebut menelan korban jiwa sebanyak 25 ribu kaum muslimin.
Begitulah pencegahan penyebaran wabah penyakit pada saat itu. Hari ini, kita dihadapkan situasi yang hampir sama dengan keadaan masa Islam memimpin kehidupan.
Pemimpin kaum muslim sangat tanggap dalam menyelamatkan nyawa rakyatnya. Dengan menutup celah masuknya wabah penyakit di wilayah lainnya.
Seharusnya hal yang sama juga mesti dilakukan perimerintah saat ini. Menghentikan segala bentuk impor produk dari China baik berupa makanan, minuman dan barang pakai. Juga menghentikan datangnya warga asing (China), baik itu sebagai tenaga kerja ataupun sebagai pelancong.
Bahkan, menolak ide-ide yang diembannya seperti, komunis, materilis-kapitalis dan turunannya. Ide/pandangan hidup telah menyeret manusia dalam kebinasaan dan kerugian dunia-akhirat.
Tentu kita prihatin terhadap wabah yang terjadi di Wuhan. Kita sangat khawatir tentang penyebaran yang begitu cepat.
Namun, kita jangan lupa bahwa Uighur masih belum hilang dari ingatan. Bahwa Wuhan dan Uighur sama-sama berada dalam wilayah China.
Perlakuan otoritas China terhadap kedua wilayah tersebut sangatlah berbeda. Wuhan sebagai kota pengembangan dan satu-satunya wilayah terdapat laboratorium yang mengobati virus mematikan.
Sedangkan Wilayah Xinjiang tempat etnis muslim Uighur bermukim, terjadi pemaksaan idiologi, penindasan, penyiksaan, perkosaan. Mereka di masukkan ke kamp untuk di re-edukasi dengan menuduh adanya tindakan separatis. (mediasulsel.com,11/1/20).
Bahkan diantara mereka tak sanggup menerima perlakuan kemudian ingin mengakhiri hidupnya pun tak dibiarkan. Mereka ingin menyiksa tanpa ingin mengakhiri. Sungguh perbuatan di luar akal sehat manusia.
Kita teringat, sedikitnya 1 juta muslim Uighur di masukkan ke kamp tanpa ampun. Sangat nyata kedzaliman yang dialami. Tidak butuh waktu lama, Allah SWT memperlihatkan kuasa-Nya. Membayar kontan kedzaliman tersebut dengan terisolasinya 20 juta warga China dengan virus yang bernama corona.
Mereka mencoba melawan Allah SWT dengan makarnya, namun Allah SWT sebaik-baik pembuat makar.
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS Al-Anfal [8]: 30).
Allah SWT berfirman: Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali Imran: 54).
Mungkinkah semua ini jawaban atas doa-doa muslim Uighur yang terdzalimi??
Semoga persatuan muslim itu segera tegak. Tanpa melihat ras dan warna kulit suatu bangsa. Dimana Uighur, Wuhan dan negeri-negeri lainnya sama di hadapannya. Wallahu’alam bish-shawwab. [*]
















