Sama seperti Pertamina, kenaikan harga BBM di SPBU Shell karena harga minyak dunia yang terus naik. Dalam keterangan resmi, Pertamina menaikkan harga BBM Pertamax karena harga minyak dunia semakin mahal. Meskipun harga BBM Pertamax naik, tapi Pertamina klaim banderol tersebut masih di bawah harga keekonomian.
Sedangkan BBM Subsidi seperti Pertalite dan Solar Subsidi yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebesar 83%, tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp7.650 per liter (Pertalite) dan Rp5.150 per liter (Solar Subsidi).
Hal ini merupakan kontribusi Pemerintah bersama Pertamina dalam menyediakan bahan bakar dengan harga terjangkau.
Meskipun demikian subsidipun kadang langka dan masih tergolong mahal di kantong menengah ke bawah ketika BBM terus naik.
Akhirnya dari lonjakan pertamax dikabarkan Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) mengajukan usulan tambahan kuota Pertalite sebanyak 38.913 kiloliter (KL) ke Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas. Selain konsumsinya melonjak, ini untuk mengantisipasi migrasi konsumen ke Pertalite imbas kenaikan harga Pertamax.
“Untuk Pertalite kami ajukan tambahan kuota sebanyak 38.913 KL. Pertalite ini kan sudah menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP),” ungkap Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel Jamaluddin (detikSulsel.com 2/4/2022).
Sangat jelas terbaca tarik ulur tetap untung semua pihak tertentu yang terlibat mengambil keuntungan, di satu sisi produk bbm mulai dari pertamax hingga shell menaikkan harga yang tentunya menjadi konsumsi kalangan menengah ke atas bahkan akan diekspor. Sementara disisi lain pertalite dan solar jadi konsumsi kebanyakan masyarakat banyak terus ada penambahan kouta.