Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Ironi 80 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Masih Terjajah

627
×

Ironi 80 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Masih Terjajah

Sebarkan artikel ini
Ulfiah (pegiat literasi)
Ulfiah (pegiat literasi)

OPINI—Peringatan 80 tahun kemerdekaan RI diliputi dengan ironi. Ada banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan. Di bidang ekonomi, banyak terjadi PHK terhadap pekerja pada berbagai sektor, seperti industri tekstil, teknologi, dll.

Penghasilan masyarakat stagnan atau bahkan turun, sedangkan pengeluaran makin besar karena harga-harga melambung tinggi dan banyak pungutan dari negara, akibatnya masyarakat terpaksa makan tabungan sendiri. Yang menjatuhkan warga kelas menengah ke jurang kemiskinan.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mencatatkan penurunan simpanan nasabah perorangan di perbankan pada triwulan I-2025. Simpanan individu turun 1,09% secara tahunan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa banyak masyarakat mulai menggunakan tabungan mereka untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dalam riset Indonesia Economic Outlook Q3-2025 LPEM UI menyebutkan dana yang ditarik umumnya digunakan untuk kebutuhan pokok seperti makanan, listrik, air, dan transportasi.

Sementara dari sisi kredit, pertumbuhan kredit konsumsi melambat menjadi 10,00% pada triwulan I-2025 dari 10,70% pada akhir 2024.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga melemah menjadi 9,90% secara tahunan pada triwulan I-2025 dibandingkan 9,97 pada triwulan-IV 2024. “Pelemahan kredit konsumsi juga dipengaruhi oleh meningkatnya kehati-hatian perbankan (risk aversion), khususnya pada segmen konsumen berisiko tinggi” (cnbcindonesia.com, 08/08/2025).

Persoalan lain yang juga terjadi adalah pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme. Juga penanaman berbagai pemikiran rusak seperti deradikalisasi, islam moderatmikiran Islam. Pemikiran itu juga menjajahan umat hari ini, sehingga tak bisa berpikir shahih.

Seperti dalam laman lain, dikatakan “Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, tokoh-tokoh lintas agama menyampaikan Deklarasi Damai sebagai wujud komitmen bersama dalam merawat kebinekaan dan memperkuat persatuan nasional. Yang dimana Perayaan kemerdekaan ke-80 ini perlu menjadi momentum penting bagi seluruh umat beragama untuk memperkuat komitmen kebangsaan dan cinta tanah air. Merawat persatuan NKRI adalah bagian dari hidup beragama dan berpancasila menuju Indonesia Emas 2045,” ucap Adib saat membacakan naskah deklarasi. Kemenag. go. id, 06/08/2025.

Kondisi ini merupakan akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi malah melayani kepentingan kapitalis. Akibatnya, kapitalis makin kaya, sedangkan rakyat makin miskin.

Juga melakukan berbagai perayaan kemerdekaan dengan menggandeng semua agama dengan dalih memperkuat komitmen kebangsaan dan cinta tanah air, Perayaan kemerdekaan pun digelar di setiap sudut kota dan desa, ditemani rakyatnya yang mayoritas sengsara.

Menyaksikan kemungkaran bertebaran di setiap penjuru. Mulai dari pelecehan terhadap syariat Allah Swt., hingga kriminalisasi para ulama, semua terjadi di negeri muslim terbesar ini. Syariat Khilafah dimonsterisasi , jihad yang agung dikebiri, syariat jilbab dinodai, pengemban dakwahnya dipersekusi.

Seperti inilah gambar, Indonesia yang katanya sudah merdeka, padahal realitasnya masih terpenjara., Tidak bebas dari kekufuran yang membelenggu rakyatnya. Tidak bisa menghamba dengan sebaik-baiknya ibadah pada Sang Pencipta.

Kemiskinan meningkat, akibatnya jutaan balita kurang gizi, kebutuhan hidup tidak terpenuhi, kebodohan menjangkiti generasi, kriminalitas merajalela, kesehatan hanya dimiliki oleh orang kaya, keamanan bak barang mewah yang sulit dirasakan warga.

Selain itu, negeri yang kaya akan sumber daya alam, sungainya dicemari limbah industri. Gunungnya digunduli, hutannya ditebangi, laut dan udaranya penuh dengan polusi. Bencana alam datang bertubi-tubi akibat tangan manusia yang penuh dengan keserakahan. Sungguh sangat ironis dinegeri yang kaya akan hasil bumi.

Negeriku Tidak Butuh Retorika

Negeriku tidak butuh retorika “merdeka” dari penguasa yang abai terhadap rakyatnya dan senantiasa berdiri bersama pengusaha. Negeriku tidak butuh retorika “merdeka” dari kaum intelektual yang telah terbeli oleh harta. Negeriku hanya butuh kemerdekaan hakiki yang mampu mengeluarkannya dari seluruh permasalahannya.

Sungguh ketiadaan mancong senjata penjajah pada negeri ini, bukan berarti kita telah merdeka seutuhnya, Ketertundukan pada sistem kufur, penjajahan budaya, kelaparan, kemiskinan, kebodohan, dan setumpuk problematik yang diidap, itu menanandakan bahwa kita sebenarnya masih terjajah. Karena Kemerdekaan itu juga seharusnya tampak pada kesejahteraan rakyat, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar tiap rakyat.

Ketika rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, esensinya Indonesia belum merdeka secara hakiki. Kemerdekaan juga nampak ketika umat Islam dapat berpikir sesuai syariat islam.

Kemerdekaan Yang hakiki Menuntut Penerapan Islam kaffah

Kemerdekaan yang hakiki adalah, saat kita terlepas dari belenggu kekufuran. Individunya berperilaku benar sesuai keyakinannya, yaitu ajaran agama Islam. Masyarakatnya berpola pikir dan memiliki gaya hidup yang terlepas dari kungkungan budaya barat. Negaranya terbebas dari penjajahan, baik fisik, politik, ekonomi, dan budaya. Juga menerapkan aturan Allah Taala secara kafah dalam setiap kebijakannya.

Didalam islam mengatur seluruh persoalan ini, pertama, mulai dari individunya, dimana dikatakan bahwa individu merdeka, adalah yang terbebas dari belenggu kekufuran. Ia berperilaku benar sesuai syariat Islam tanpa ada tekanan ataupun arus yang secara sistem menyesatkan. Individu harus terbebas dari perbudakan modern, yaitu arus yang diciptakan Barat untuk menyeret umat ke dalam kehidupan yang sesuai dengan kepentingan kafir penjajah.

Individu merdeka juga harus berkepribadian Islam dan berpola pikir berlandaskan akidah Islam, yaitu bahwa Allahlah yang menciptakan sekaligus mengatur manusia dan seluruh alam raya. Ia juga berpola sikap yang senantiasa terbingkai oleh takwa, yaitu menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

Kedua, masyarakat merdeka, yakni masyarakat yang terbebas dari budaya kufur. Kehidupannya terpelihara dari nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Mereka pun memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama. Tujuan hidup mereka adalah semata menggapai rida Allah Ta’ala. Juga harus memiliki perasaan marah tatkala nilai-nilai Islam “teramputasi”. Pada saat yang sama, mereka merasa bahagia tatkala nilai-nilai Islam diterapkan.

Tolok ukur perbuatan mereka adalah halal dan haram sehingga apa pun maslahat yang didapat, jika semua itu tidak halal, tidak akan mereka lakukan. Sebaliknya, mereka akan melaksanakan syariat walaupun maslahat tidak tampak di hadapan mata seorang manusia.

Aturan didalamnya pun terbebas dari campur tangan manusia sebab aturan yang pas untuk manusia hanyalah aturan dari Sang Pencipta. Manusia hanya mampu menggali hukum, bukan membuatnya.

Kebahagiaan tertinggi masyarakat dalam hal ini, adalah ketika syariat Islam diterapkan dengan sempurna dalam satu institusi. Oleh sebab itu, rakyat akan makin khusyuk dalam beribadah pada Allah Taala dan makin bersemangat mengerjakan amal kebaikan.

Ketiga, Untuk skala negara, bisa disebut negara merdeka apabila terbebas dari penjajahan fisik, politik, ekonomi, juga budaya. Negara yang terbebas dari penjajahan politik adalah negara yang bebas menentukan segala kebijakan, independen, dan tidak ada tekanan dari asing. Para penguasanya bisa leluasa menetapkan kebijakan yang bermaslahat bagi rakyatnya.

Kemudian, terbebas dari penjajahan ekonomi adalah negara terlepas dari berbagai perjanjian dagang dan utang luar negeri. Ini karena sejatinya, kedua hal tersebut merupakan alat penjajahan negara makmur untuk makin menghegemoni negara miskin.

Selain itu, Negara pun harus mandiri dalam mengelola SDA-nya agar kepemilikan aset tidak berpindah pada swasta asing. Namun nyatanya, kapitalisme telah menjerat negeri ini untuk masuk pada perjanjian dagang yang tidak pernah menguntungkan rakyatnya.

Sistem ini pula yang menyebabkan utang kian membengkak tersebab “rentenir dunia” selalu menyodorkan “bantuan” yang tidak pernah gratis.kebebasan kepemilikan yang diatur dalam sejumlah regulasi juga menjadikan mayoritas SDA dikuasai swasta asing.

Jadilah negara tidak memiliki dana untuk menjalankan negara dan proses pembangunannya. Satu-satunya solusi dalam menambal defisit negara adalah utang dan pajak. Bukankah ini artinya negara tersebut belum merdeka?

Oleh karena itu, mari kita renungkan untuk kesekian kalinya mengenai hakikat kemerdekaan. Janganlah memejamkan mata dan menutup telinga terhadap setumpuk masalah yang menimpa negaramu dan orang-orang di sekitarmu. Sungguh, tidak ada yang tersisa kecuali kemalangan yang amat besar. Persoalan demi persoalan tidak kunjung usai. Di tengah kefakiran mereka, kekufuran makin bersemayam.

Wahai kaum yang berpedoman pada Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Taala telah memerintahkan kita untuk berusaha mengubah nasibnya sendiri (lihat QS Ar-Ra’d: 11). Allah Taala jugs telah menjanjikan kemenangan pada umat Islam dengan sebenar-benarnya kemenangan, yaitu borbondong-bondongnya manusia masuk ke dalam Islam (lihat QS An-Nasr: 1—3).

“Sesungguhnya kita dulu adalah kaum yang hina, kemudian Allah muliakan kita dengan Islam. Bilamana kita mencari kemuliaan selain dengan yang Allah telah muliakan kita, maka Allah pasti akan menghinakan kita.” (HR Al Hakim).

Untuk itu, sudah saatnya lah kita kembali kepada sistem islam, karena hanya dengan islam lah semua masalah diatas akan terselesaikan, Karena Islam bukan cuma agama ibadah, tapi juga solusi hidup. Dan sekarang, bumi menanti kita menegakkan keadilan, dengan syariat. Wallahualam bissawab. (*)

 

Penulis: Ulfiah (pegiat literasi)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!