Gagal Menjaga Generasi
Pengamat masalah perempuan, keluarga, dan generasi dr. Arum Harjati mengungkapkan bahwa kejadian ini menggambarkan kegagalan mewujudkan profil pemuda yang berkepribadian mulia.
Peristiwa ini menunjukkan gembar-gembor revolusi mental yang dicanangkan dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental, khususnya dalam bidang pendidikan, telah gagal mewujudkan profil pemuda yang berkepribadian mulia dan bernalar kritis. Juga belum matangnya proses berpikir pada anak yang tampak dari keputusan membunuh korban meski belum mengetahui cara mendapatkan ginjal.
Menurut Arum, kasus ini secara tidak langsung menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam membangun kerangka berpikir.
Bahkan, lanjutnya, kasus ini juga mencerminkan rendahnya literasi digital khususnya pada anak-anak dan abainya negara dalam mewujudkan ruang digital yang ramah anak. Sungguh ironis karena kasus ini terjadi di tengah gencarnya Program Transformasi Digital Nasional.
Ia menyayangkan jika lima program prioritas yang diusung untuk mempercepat transformasi digital, melupakan keamanan digital bagi pengguna khususnya anak-anak.
Ini semua sejatinya menunjukkan kegagalan sistem kehidupan yang dijadikan asas dalam mengurus negeri ini, yaitu sistem sekuler kapitalis. Sistem ini membuat pengaturan ekonomi memiskinkan rakyat.
Sistem pendidikannya fokus pada capaian indikator Programme for International Student Assessment (PISA) yang bersifat materiil, yang hanya mengukur kecakapan dalam membaca, matematika dan sains, abai dengan kesalehan dan kemuliaan akhlak.
Di sisi lain, lanjutnya, sistem ini membentuk seseorang materialistis, konsumtif dan hedonis makin berurat dan mengakar, serta semakin menjauhkan umat dari kemuliaan sebagai manusia, abai terhadap aturan agama dan makin jauh dari Tuhan Pencipta dunia dan seisinya.
Akibatnya, anak yang seharusnya tumbuh dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan, justru memiliki perilaku yang buruk bahkan membahayakan kehidupan sesamanya.
















