MAKASSAR—Ancaman perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi menjadi perhatian serius dalam Seminar Nasional bertema “Menuju Sulsel yang Tangguh Bencana” yang digelar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Bosowa.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Balai Sidang Universitas Bosowa ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, praktisi, hingga pemangku kepentingan dari berbagai sektor.
Sulawesi Selatan, dengan kekayaan sumber daya alamnya, menghadapi ancaman nyata akibat perubahan iklim. Risiko seperti kenaikan permukaan air laut, abrasi di wilayah pesisir, hingga longsor di daerah pegunungan akibat curah hujan ekstrem semakin sering terjadi.
Selain itu, bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis menjadi ancaman yang terus meningkat. Seminar ini bertujuan mencari solusi strategis untuk memperkuat ketangguhan daerah dalam menghadapi tantangan tersebut.
Tiga narasumber utama dihadirkan untuk memberikan wawasan mendalam. Chriesty Elisabeth Lengkong, S.Si., M.Si., MEEM, Direktur Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II, memaparkan pentingnya perencanaan tata ruang berbasis risiko bencana.
Menurutnya, pengintegrasian mitigasi bencana dalam rencana tata ruang dapat secara signifikan mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan meningkatkan kesiapan daerah.
Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., seorang praktisi sekaligus Chair of Indonesian Disaster Expert Association (IABI), menyoroti pentingnya kolaborasi multipihak dalam membangun ketangguhan masyarakat. Dengan pengalaman internasional yang dimilikinya, Harkunti menekankan pentingnya pengelolaan risiko yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Dosen PWK Universitas Bosowa, Tri Budiharto, ST., M.Sc., M.Eng., melengkapi pembahasan dengan topik inovasi teknologi dan pendekatan lokal. Ia menekankan bagaimana inovasi yang disesuaikan dengan karakteristik lokal dapat menjadi kunci dalam memperkuat ketahanan wilayah Sulawesi Selatan.
Seminar ini berlangsung penuh antusiasme, menandai kesadaran yang semakin besar terhadap tantangan perubahan iklim dan bencana.
Selain memberikan pemahaman mendalam, diskusi yang diadakan juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan dunia usaha.
Semua pihak diharapkan dapat bersinergi untuk menghadapi risiko bencana secara lebih efektif, sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan di daerah ini. (Mp/Ag4ys)