OPINI—Fashion selalu jadi cara seru buat mengekspresikan diri. Di Indonesia, kita punya banyak banget kekayaan fashion lokal—mulai dari batik, kebaya, tenun, sampai songket.
Tapi, belakangan ini, fashion Korea atau yang dikenal dengan K-Fashion makin mendominasi pasar global. Lewat K-Pop, K-Drama, dan influencer Korea, tren ini sukses bikin banyak orang jatuh cinta, termasuk kita di Indonesia.
Tapi, kenapa sih fashion Korea bisa booming banget, sementara fashion lokal kita sering “kalah saing”? Apa dampak dari tren ini buat identitas fashion lokal? Dan, gimana caranya fashion lokal bisa lebih relevan dan eksis?
Kenapa Fashion Korea Jadi Idola?
K-Fashion terkenal karena simpel, modern, dan penuh gaya. Siapa yang nggak kenal dengan oversized outfit, dress minimalis, atau warna-warna pastel khas Korea yang sering kita lihat di K-Drama seperti Crash Landing on You atau Goblin? Belum lagi, idola K-Pop kayak BTS atau Blackpink yang selalu tampil stylish dan jadi panutan fashion fans di seluruh dunia.
Rahasia lain kesuksesan fashion Korea adalah kemampuannya menggabungkan elemen budaya lokal dengan tren global. Mereka pintar banget bikin desain yang terlihat fresh tapi tetap punya “rasa Korea.” Nggak heran kalau akhirnya K-Fashion jadi favorit, bahkan di Indonesia.
Fashion Lokal: Kaya Budaya, Tapi Kurang Populer
Sebenarnya, fashion lokal kita nggak kalah keren. Batik, kebaya, hingga tenun punya filosofi mendalam yang bikin setiap potongan kain jadi istimewa. Tapi sayangnya, fashion lokal sering dianggap kurang praktis atau “terlalu tradisional” untuk gaya hidup modern.
Masalah lainnya adalah minimnya inovasi untuk membawa fashion lokal ke ranah global. Kebaya, misalnya, yang identik dengan acara resmi, mulai diubah menjadi lebih modern, bahkan menyerupai crop top. Meskipun ini bikin kebaya lebih diminati generasi muda, banyak yang khawatir kalau nilai budaya dan maknanya akan hilang.
Batik juga mengalami transformasi serupa. Sekarang, motif batik diadaptasi ke dalam desain streetwear seperti jaket bomber atau hoodie. Meskipun keren, ada risiko kalau esensi budaya di balik batik bisa terlupakan. Sama halnya dengan tenun yang diubah menjadi desain kasual, yang kadang mengurangi keunikan filosofisnya.
Bagaimana Fashion Lokal Bisa Bersaing?
Jangan khawatir, fashion lokal kita tetap punya peluang besar untuk bersinar. Berikut beberapa ide biar fashion lokal makin relevan dan diterima, terutama oleh generasi muda:
1. Kolaborasi Tradisional dan Modern
Coba deh gabungkan elemen tradisional dengan desain modern. Misalnya, batik dibuat jadi oversized shirt atau jaket ala streetwear. Kebaya juga bisa tampil lebih santai dengan warna pastel atau model yang mengikuti tren coquette ala Korea. Contoh kerennya? Desain batik hanbok yang dipakai Maudy Ayunda di ajang ASEAN Business Award. Elegan, modern, tapi tetap mencerminkan budaya Nusantara.
2. Pemasaran yang Kreatif
Untuk bisa bersaing, fashion lokal butuh promosi yang lebih kreatif. Ajak kolaborasi influencer lokal atau bahkan selebriti internasional buat mempopulerkan produk kita. Nggak cuma itu, kolaborasi dengan brand internasional juga bisa jadi cara untuk memperluas pasar.
3. Manfaatkan Media Sosial
Di era digital, media sosial adalah senjata utama. Gunakan Instagram, TikTok, atau YouTube untuk menampilkan gaya fashion lokal dengan cara yang menarik. Contohnya, bikin video “OOTD” (Outfit of the Day) dengan batik atau kebaya yang dikemas lebih santai dan fun. Dengan begitu, fashion lokal bisa lebih relatable buat anak muda.
Mencintai Fashion Lokal dengan Sentuhan Modern
Nggak ada salahnya kok terinspirasi dari K-Fashion, selama kita tetap menjaga identitas budaya. Justru, ini kesempatan untuk belajar bagaimana memadukan elemen tradisional dengan tren global. Dengan kreativitas dan strategi yang tepat, fashion lokal punya peluang besar untuk jadi trendsetter, nggak cuma di Indonesia, tapi juga di dunia.
Jadi, yuk mulai bangga pakai fashion lokal! Bukan cuma karena keren, tapi juga karena setiap motif, potongan, dan desainnya punya cerita yang bikin kita lebih dekat dengan akar budaya. Fashion modern boleh, tapi jangan sampai lupa dengan siapa kita sebenarnya. (*)
Penulis: Putri Apriliyanti
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.