OPINI—Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Prof. Dr. M. Ali Ramdhani, STP., MT. memberi sambutan dan membuka seremoni launching Pedoman Pelaksanaan Penguatan Moderasi Beragama (PMB) level Provinsi Sulsel, di Ballroom Novotel Grand Shayla, Makassar. Proyek perubahan yang diberi nama LEMPU (Toleran, Moderat, Adaptif, dan Unggul) tersebut diinisiasi oleh Kakanwil Kemenag Sulsel. (makassar.tribunnews.com, 30-10-2024)
Dalam sambutannya, Prof. Ali Ramdhani mengatakan bahwa pilar dari LEMPU yakni; Toleran memberikan aksentuasi terhadap penghormatan dan penghargaan, Moderat yakni menghindari ekstremisme, Adaptif mampu menyelaraskan diri, serta Unggul yaitu menjadi manusia yang dapat menjaga kualitas tanpa harus menginjak orang lain.
Jika dianalisis PMB di Sulsel, terlihat begitu massif dan sistemik. Setelah Rumah Moderasi, Kampung Moderasi, PELITA (Pemuda Lintas Agama), dan banyak lagi semisalnya. Kini proyek LEMPU hadir, walau dengan nafas yang sama. Melalui LEMPU, Kemenag mendorong umat beragama untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama masing-masing, sehingga tercipta kesalehan sosial.
Ada yang menarik untuk diteropong dalam proyek tersebut. Pasalnya, sudah banyak proyek-proyek PMB yang diduga kuat hanya proyek pesanan. Pertanyaannya, kesalehan sosial seperti apa yang dimaksud? Relevankah LEMPU dengan banyaknya problem pemuda saat ini?
LEMPU, Relevankah dengan Problem Pemuda?
Pemuda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang muda laki-laki atau remaja. Selain itu pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Atau seseorang yang memasuki rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Keberadaannya dibutuhkan untuk memperjuangkan nilai ataupun norma. Singkatnya, pemuda memiliki peranan yang urgen untuk menjadi Agent of Change.
Pemuda memiliki peran urgen dalam kehidupan masyarakat, di antaranya: meneruskan cita-cita bangsa, memiliki idealisme yang murni, berani dan terbuka dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan baru, inovatif dan kreatif, dst.
Peran tersebut menggambarkan potensi yang luar biasa pada diri pemuda. Seyogianya dilejitkan pada arah yang benar dan bisa membawa perubahan positif pada masyarakat. Namun, melihat realitas kondisi pemuda saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan sekaligus menyedihkan. Secara kuantitas berbobot, tetapi secara kualitas jebol.
Lihatlah kondisi pemuda hari ini. Di mana-mana didapati problem demi problem terus menggelayut di tubuh pemuda. Mulai dari pergaulan bebas yang menimbulkan dampak susulan seperti aborsi hingga kasus bunuh diri. Maraknya kriminalitas yang makin berani dalam beragam model dan modus. Tak luput pula problem mental illness yang tidak sedikit berujung pada kematian. Bullying, narkoba, kasus begal, tawuran, dan masih banyak lagi lainnya.
Lalu, dengan apa penguasa menyolusi beraneka problem pemuda tersebut? Tak dimungkiri pemerintah pun berupaya melakukan berbagai upaya demi meminimalkan problem-problem saat ini. Namun, sejauh ini seolah tidak terlihat hasil yang diharapkan. Bahkan, jika menilik data yang dirilis berbagai media di berbagai platform, problem pemuda hari ini makin bertambah. Baik dalam skala dampak maupun model kerusakannya.
Jika demikian faktanya, seharusnya menjadi evaluasi bersama bahwa ada yang salah dalam memandang problem tersebut. Mulai dari akar masalah dan solusinya. Terlebih yang massif di Sulsel adalah beragam program Penguatan Moderasi Beragama (PMB). Salah satunya yang baru saja di launching di akhir Oktober lalu yakni LEMPU.
Bukan PMB, Tetapi Penguatan Akidah Umat
Mari sejenak melihat keramaian launching LEMPU. Siapa-siapa saja aktor yang terlibat di sana? Dilansir dari makassar.tribunnews.com (30-10-2024), ada 177 undangan yang diterima Tribun. Setidaknya 9 pimpinan dari Forkopimda, 3 kepala kantor wilayah, 10 kepala badan dan kepala dinas, 4 pimpinan media massa (TVRI, RRI, Harian FAJAR dan Tribun Timur), 6 pimpinan keagamaan (MUI, PGI, Keuskupan Agung, Pharisada Hindu Darma, Budha, dan Khonghucu).
Tak ketinggalan hadir pula pimpinan wilayah ormas keagamaan seperti: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Wahdah Islamiyah, Darud Da’wah wal Irsyad, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Muslimat NU, Aisyiyah, Fatayat NU, dan Pemuda Lintas Agama (Pelita) FKUB. Selain itu, organisasi kader dari kelompok Cipayung; PKC PMII, Badko HMI, GMNI, GMKI dan PMKRI.
Dari sini terlihat jelas ke mana arah PMB dalam balutan LEMPU. Sejak awal penulis sudah berupaya menuangkan opini-opini terkait Moderasi Beragama dalam beberapa angle di beberapa media. Mencoba membuka mata hati dan pikiran para pembaca yang budiman. Agar jernih melihat akar persoalan bangsa sekaligus solusi hakiki yang ditawarkan. Terutama pemuda yang hari ini mengalami krisis identitas. Hal tersebut tak lepas dari goals PMB, yakni pluralisme.
Tentu menjadi kekhawatiran bersama jika kondisi pemuda hari ini seperti yang disaksikan bersama, baik di dunia nyata maupun di dunia nyata. Adalah hal yang paling menyakitkan mendapati anak yang kita didik di rumah dengan penuh kasih sayang terjangkiti penyakit-penyakit sosial berbahaya dan jauh dari tuntunan agama.
Ini artinya bahwa lingkungan atau masyarakat tempat mereka bersosialisasi tidak mampu memberi warna yang baik. Kegagalan tersebut tentu saja bersinggungan langsung dengan aturan apa yang diterapkan oleh negara. Inilah urgennya negara menerapkan aturan yang benar. Dan aturan yang benar hanya datang dari zat yang menciptakan manusia dan seluruh isi semesta, yakni Allah Swt.
Oleh karena itu, untuk melahirkan pemuda yang tangguh dibutuhkan penguatan akidah dengan asas yang benar. Melibatkan semua pihak; keluarga, masyarakat, dan negara. Kondisi ini telah dicontohkan 1400 tahun yang silam, ketika aturan Islam menjadi aturan dalam mengatur seluruh urusan manusia. Dengannya akan terlahir pemuda yang mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa menjadi bangsa yang beradab dan sejahtera. Insyaallah. (*)
Wallahua’lam bis Showab.
Penulis: Dr. Suryani Syahrir, S.T., M.T. (Dosen dan Pemerhati Generasi)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.