Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Stunting
  • Universitas Diponegoro
Opini

Prediksi, Potensi dan Mitigasi dalam Konteks Bencana Gempabumi

240
×

Prediksi, Potensi dan Mitigasi dalam Konteks Bencana Gempabumi

Sebarkan artikel ini
Prediksi, Potensi dan Mitigasi dalam Konteks Bencana Gempabumi
Muh. Imran Tahir (Pengamat Meteorologi & Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar)
  • KPU Sulsel
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar
  • Banner DPRD Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Potensi gempabumi akibat megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut masih hangat diberitakan oleh media beberapa pekan terakhir ini. Pemberitaan tentang potensi gempabumi tersebut tak ayal menimbulkan polemik tersendiri khususnya di platform media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Informasi di kedua platform tersebut memang mudah untuk diakses oleh berbagai kalangan untuk selanjutnya diperbincangkan bahkan dipertanyakan oleh netizen jagat maya.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Sebagian dapat menangkap dengan baik esensi dari pesan yang disampaikan oleh BMKG, namun sebagian besar lainnya berasumsi bahwa informasi yang disampaikan merupakan peringatan dini yang dapat menimbulkan bencana yang besar dalam waktu dekat.

Persepsi yang keliru ini akhirnya menyebabkan paranoid di tengah masyarakat, bukan hanya yang berada di segmen megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, tapi juga mereka yang berada jauh dari kedua segmen megathrust tersebut. Tidak dapat dipungkiri informasi yang disampaikan oleh BMKG kerap kali dipahami sama seperti prakiraan cuaca yang dirilis tiap hari.

Misalnya, besok pagi hingga siang wilayah Makassar diprakirakan hujan dengan intensitas lebat sampai sedang. Informasi ini tentu saja dapat dipahami dengan baik sebagai sebuah prediksi atau prakiraan yang sudah memuat waktu, tempat dan intensitas hujan suatu wilayah.

Namun demikian, perlu dipahami tidak semua informasi BMKG merupakan pesan yang sifatnya prediksi. Gempabumi adalah salah satu bencana alam yang paling sulit untuk diprediksi dan sampai sekarang memang belum ada teknologi yang mampu menebak bahwa besok akan terjadi gempabumi seperti halnya dengan cuaca.

Untuk itu jika diperhatikan informasi BMKG terkait kejadian gempabumi selama ini baru bisa dirilis paling cepat tiga sampai lima menit setelah gempabumi terjadi. Tentu saja ini bukan berarti BMKG telat dan informasi yang disampaikan menjadi tidak berguna.

Dalam konteks gempabumi perlu di pahami dengan baik tentang prediksi, potensi dan mitigasinya. Prediksi gempabumi mengacu pada upaya memperkirakan kapan dan di mana gempabumi akan terjadi. Ini adalah aspek paling sulit dari ilmu seismologi karena gempabumi terjadi di bawah permukaan bumi dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks.

Meskipun teknologi modern telah berkembang, kemampuan untuk memprediksi gempabumi dengan tepat masih sangat terbatas. Ilmuwan gempabumi sering menggunakan data historis dan model matematika tertentu untuk mencoba memprediksi gempabumi, namun keakuratan prediksi ini masih jauh dari sempurna.

Potensi gempabumi merujuk pada kemungkinan suatu wilayah mengalami gempa di masa depan. Berbeda dengan prediksi yang berfokus pada waktu tertentu, potensi gempabumi lebih berkaitan dengan risiko jangka panjang pada suatu wilayah atau segmen tententu.

Potensi ini diukur berdasarkan sejarah gempabumi di suatu wilayah atau pola seismisitas dan keberadaan sumber gempabumi baik berupa subduksi lempeng dan sebaran patahan.

Dengan mengidentifikasi wilayah dengan potensi gempabumi yang tinggi namun sepi dengan aktivitas seismik (seismic gap) dalam kurun waktu tertentu, maka patut dicurigai terjadinya akumulasi stress dari batuan yang sewaktu waktu dapat melepaskan energi besar dalam bentuk gempabumi besar dan merusak.

Inilah yang menjadi point yang ingin disampaikan BMKG terkait megathrust segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Sedangkan aspek mitigasi dalam gempabumi merupakan serangkaian langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak gempabumi. Ini mencakup berbagai tindakan, mulai dari pembangunan infrakstruktur tahan gempabumi, pengembangan sistem peringatan dini sampai edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempabumi.

Dalam perspektif kebencanaan, kita menyebutnya mitigasi struktural dan kultural. Mitigasi pada dasarnya adalah pendekatan proaktif yang bertujuan untuk meminimalkan kerugian, baik materiil maupun non-materiil jika gempabumi terjadi. Mitigasi yang efektif memerlukan pemahaman yang baik tentang potensi gempabumi di suatu wilayah serta kebijakan yang kuat dari pemerintah dan kesadaran masyarakat.

BMKG bersama dengan elemen pemerintah dan komunitas masyarakat terus mendorong upaya mitigasi yang berkelanjutan melalui edukasi. Sekolah Lapang Geofisika (SLG) dan BMKG Goes To School (BGTS) merupakan dua program nyata yang telah dan sedang dilakukan BMKG.

Program edukasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait mitigasi kepada pemangku kepentingan, masyarakat dan juga pelajar sebagai bagian dari upaya kesiapsigaan menghadapi bencana baik sebelum, saat dan setelah gempabumi terjadi.

Kita tentunya berharap edukasi yang berkesinambungan akan memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang informasi yang disampaikan BMKG.

Informasi Potensi gempabumi akibat megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sekali lagi bagian dari Potensi dan bukan Prediksi yang tentu saja bertujuan untuk mempersiapkan Mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana khususnya gempabumi di masa mendatang.

Mari terus bersinergi untuk masyarakat yang tangguh dan berkemajuan menuju Indonesia yang Selamat dan Sejahtera !!!. (*)

 

Penulis: Muh. Imran Tahir (Pengamat Meteorologi & Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

  • DPPKB Kota Makassar
error: Content is protected !!