MAKASSAR—Ratusan warga yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan memadati puncak Gunung Lompobattang untuk mengikuti pelaksanaan sholat Idul Adha, Rabu, 28 Juni 2023, pukul 06.40 wita. Dengan khusyuk, mereka juga mengumandangkan takbir dan tahmid, sebagaimana layaknya pelaksanaan Sholat Ied pada umumnya.
Sesuai laporan dikirimkan Citizen Reporter Mediasulsel.com Jihan Pratiwi, pada Jum’at (30/6/2023), warga yang turut mengikuti Sholat Ied tersebut umumnya berasal dari Kabupaten Bulukumba, Jeneponto, Bantaeng, Gowa dan Kota Makassar dan telah mulai naik ke dengan ketinggian 2.874 M di atas permukaan laut itu sejak tanggal 26 Juni 2023.
Meski membutuhkan waktu tempuh yang cukup lama dengan jalur yang cukup ekstrim untuk mendaki, namun tak menyurutnya mereka untuk tetap menapaki langkah demi langkah ke puncak gunung Gunung yang terletak di Kabupaten Bantaeng, Sulsel. Dan tak sedikit diantara mereka yang sudah berumur lajut, tetapi tetap naik untuk merasakan Sholat Ied di sana.
Sesuai Informasi yang diperoleh dari warga setempat, kegiatan sholat Idul Adha di tempat ini sudah dilaksanakan setiap tahunnya secara turun temurun. Hal ini bahkan dianggap merupakan adat istiadat yang tidak bisa mereka tinggalkan.
Selain melaksanakan Sholat Ied, warga yang datang juga memanfaatkan kedatangan mereka ke tempat dengan kedinginan maksimal bisa mencapai 14° Celcius itu untuk berziarah ke sebuah makam yang disebutnya Ko’bang.
Usai pelaksanaan Sholat Ied sebagaian diantaranya langsung pulang meninggalkan puncak gunung, namun ada juga sebgaian dari mereka yang memilih untuk melanjutkan berkemah di tempat tersebut hingga beberapa hari nkemudian.
Salah seorang Mahasiswai yang mengaku bernama Riskawati, warga Desa Parigi, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa bersama beberapa temannya yang turut melaksanakan Sholat Idul Adha di sana, mengaku merasakan sensasi luar biasa saat berlebaran di puncak gunung, meskipun diselimuti cuaca yang sangat dingin namun dia tetap bersemangat dan bersyukur bisa merasakan sensasi lebaran berbeda tahun ini.
“Sangat luar biasa karena meskipun jalur yang ekstrim warga tetap antusias ke sana melaksanakan Ied dengan kondisi puncak yang tidak rata dan banyak bebatuan, tapi saya sangat bersyukur karena bisa menikmati keindahan dan merasakan kekeluargaannya,” tutur Riska.
Untuk diketahui, bagi sebagaian masyarakat Bugis, Gunung Lompobattang dan Bawakaraeng diyakini sebagai dua gunung suci seperti Mekah dan Madinah, dua kota yang menjadi tujuan para jemaah haji di Arab Saudi.
Mereka menyebut kedua gunung ini sebagai “Buta ka Siasia” atau Tanah Miskin. Sebab, kedua gunung tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang miskin dan tak mampu membiayai perjalanan haji ke Tanah Suci.
Mereka meyakini bahwa nilai pahala yang diperoleh melalui salat Idul Adha di puncak salah satu gunung ini sama besarnya beribadah haji di Mekah. Sayangnya, tak ada yang mengetahui secara pasti sejak kapan pelaksanaan ibadah haji tradisional ini dilakukan. (cr/AG4YS)
Citizen Reporter: Jihan Pratiwi