OPINI—UNWTO (United Nations World Tourism Organization) dalam laporannya menyatakan bahwa tahun 2020 adalah tahun terburuk dalam sejarah pariwisata dunia. Kondisi ini memang terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda di awal tahun 2020. Sektor ekonomi didalamnya tertatih-tatih untuk tetap bertahan. Faktanya, ekonomi Bali sebagai corong pariwisata nasional jatuh paling dalam diantara 34 provinsi di tahun 2020. Ekonomi Bali yang banyak mengandalkan pariwisatanya tumbuh hingga minus 9,31 persen.
Dalam rilisnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa pada kuartal kedua tahun 2021 ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen, sementara Sulawesi Selatan tumbuh 7,66 persen (year on year). Dan delapan provinsi mencatatkan pertumbuhan fantastis, seperti Maluku Utara yang tumbuh hingga 16,89 persen dan DKI Jakarta tumbuh 10,91 persen.
Menelisik pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, dari 17 kategori lapangan usaha, hanya Pertambangan yang mencatatkan pertumbuhan “negatif” (-5,82 persen). Sisanya tumbuh positif (rentang 2,85 hingga 73,95 persen). Dan empat sektor lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah sektor yang memiliki peran besar pada pariwisata. Transportasi tumbuh impresif sebesar 73,95 persen. Jasa perusahaan, Jasa lainnya, dan Penyediaan akomodasi/makan minum tumbuh 26 hingga 29 persen.
Namun, rilis data BPS lainnya seperti membenturkan capaian ekonomi positif tersebut. Misalnya BPS Sulsel menyebutkan bahwa belum ada kunjungan wisatawan mancanegara melalui pintu Makassar di tahun 2021 ini. Tingkat hunian kamar hotel bintang di Sulsel juga kembali turun selama PPKM Juli 2021. Jumlah penumpang angkutan udara di Bandara Sultan Hasanuddin pun ikut turun pada Juli 2021.
Sekilas angka pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021 tersebut menjadi kontradiktif pada data pariwisata lainnya. Apakah ekonomi kita memang baik-baik saja saat ini?. Apakah pariwisata Sulsel memang telah pulih hingga tumbuh melambung tinggi seperti itu?.
Perbandingan Sebelum Pandemi
Angka fantastis ekonomi yang diraih nasional, Sulsel, maupun mayoritas provinsi pada kuartal kedua tahun 2021 adalah akibat low base effect. Pasalnya, capaian ini memakai basis pembanding kontraksi ekonomi yang terjadi pada kuartal kedua tahun 2020. Pada periode tersebut, Pandemi membuat ekonomi nasional dan Sulsel kontraksi cukup dalam hingga minus 5,32 persen dan minus 3,87 persen. Dan empat lapangan usaha pariwisata Sulsel tadi jatuh paling dalam hingga minus 50 persen.
Menarik bila kuartal kedua tahun 2021 ini dibandingkan pada kondisi normal (sebelum pandemi) yaitu kuartal kedua tahun 2019. Ekonomi Sulsel kuartal kedua tahun 2021 dihitung pertumbuhannya terhadap kuartal kedua tahun 2019 menurut 17 kategori lapangan usaha. Hasilnya secara makro, ekonomi Sulsel hanya tumbuh 3,5 persen. Angka ini masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulsel pada kisaran 6-7 persen.
Masih perbandingan terhadap kuartal kedua 2019, ternyata beberapa kategori mencatatkan angka pertumbuhan “negatif”. Sektor jasa adalah yang paling terdampak. Dan Keempat lapangan usaha pariwisata yang telah disebutkan sebelumnya adalah sektor yang termasuk didalamnya.
Transportasi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Perusahaan, dan Jasa Lainnya tercatat tumbuh pada rentang minus 5 persen hingga minus 15 persen. Bisa disimpulkan bahwa sebenarnya tatanan normalitas keberlangsungan sektor usaha tersebut benar-benar masih terganggu saat ini. Pariwisata bumi anging mammiri memang belum pulih.
Melihat kondisi pariwisata dunia yang belum pulih sampai hari ini, UNWTO berkeinginan untuk merevitalisasi pariwisata di seluruh dunia untuk menggiatkan pemulihan dan pertumbuhan. UNWTO memilih tema “Pariwisata untuk Pertumbuhan Inklusif” pada tahun 2021. UNWTO ingin tahun 2021 menjadi kebangkitan pariwisata dunia.
Di Sulsel sendiri, para penggiat pariwisata tidak berdiam diri begitu saja. Segala strategi dan kerjasama dengan berbagai pihak dilakukan untuk menghidupkan kembali pariwisata. Seperti kerjasama dengan Airline untuk mengemas paket wisata dengan harga terjangkau. Hingga terkini terbentuk forum pariwisata Sulsel untuk mengakselerasi promosi pariwisata Sulsel.
Masyarakat pun dapat berkontribusi dengan menjadi wisatawan yang bijak dan menaati protokol kesehatan saat berwisata. Serta segera lakukan vaksinasi, agar herd immunity bisa terbentuk secepat mungkin. Sampai suatu hari nanti kita tidak ragu dan khawatir lagi (akibat pandemi) untuk berfikir : “Besok travelling kemana ya?”. (*)
Penulis: Asep Yahya Mawali (Statistisi BPS Sulsel)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.