Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Makassar

Disbud Garap Film Dokumenter Mengangkat Kisah Persahabatan Makassar-Suku Aborigin

744
×

Disbud Garap Film Dokumenter Mengangkat Kisah Persahabatan Makassar-Suku Aborigin

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas.
  • DPRD Kota Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

MAKASSAR—Indonesia khususnya Kota Makassar punya kedekatan emosional dengan Australia. Terutama perihal Suku Aborigin. Memang tidak banyak orang yang tahu masalah ini.

Oleh sebab itu, sesuai instruksi Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, Dinas Kebudayaan (Disbud) Makassar saat ini sedang mengarap sebuah film dokumenter.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas menjelaskan, melalui film dokumenter ini nantinya, masyarakat luas bisa mengetahui seperti apa kedekatan Makassar dengan Suku Aborigin.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar, Andi Herfida Attas.

“Saat ini tim sementara pengambilan gambar. Bahkan nantinya akan ke Darwin untuk shoting di sana,” ungkap Herfida, Jumat (15/9/2023).

Selama ini, hubungan di segala bidang antara Pemerintah Australia dengan Kota Makassar sangat terjalin dengan baik. Terbaru, digelar pameran kebudayaan bertajuk ‘Walking Through A Songline’ di Musem Kota Makassar. Pameran ini pun lagi-lagi terselenggara dari kerja sama Australia dengan Makassar.

Sebagaimana dikutip dari kompas.com, disebutkan bahwa Antropolog Campbell Macknight menyampaikan jika teripang, sebuah jenis hewan laut yang berbentuk menyerupai timun dan bertekstur lunak, adalah industri modern pertama Australia; dalam artian, ia adalah komoditas ekspor pertama yang Australia miliki.

Perniagaan teripang ini memulai kontak peradaban bagi orang-orang asli Australia, Aborigin, yang peradabannya cukup terisolasi selama berabad-abad, dengan pelaut-pelaut asal Makassar, Sulawesi, sebagian menyebutkan setidaknya sejak tahun 1500-an.

Mereka mengambil teripang untuk dijual ke China, menjadikan Australia terhubung dengan jejaring perniagaan global saat itu.

Sampai ketika Macknight menerbitkan bukunya yang berjudul The Voyage to Marege (1976), kontak Makassar-Abogirin ini adalah episode sejarah yang belum banyak ditelusuri.

Namun, minat penelitian terhadapnya tengah meningkat di Australia. Terakhir pada 2021, penggalian yang dilakukan di pesisir Kimberley, Australia Barat sebelah utara, memperkuat hipotesis bahwa kontak Makassar-Aborigin adalah persentuhan damai berupa pertukaran kebudayaan, teknologi, dan rasa respek.

Bertolak belakang dengan interaksi destruktif antara mereka dengan orang-orang kulit putih setelahnya.

Bagi Indonesia, hal tersebut adalah penegasan eksistensi budaya, perdagangan, dan karakter maritim orang-orang nusantara. Dahulu, laut bagi mereka bukanlah pembatas, namun jalan besar yang bebas dilalui untuk berkomunikasi satu sama lain.

Seperti orang-orang nusantara sebelum mereka kurang lebih 800-1000 tahun sebelumnya yang berlayar ke barat dan mendatangi, lalu menetap, di Madagaskar, Afrika, kisah pelayaran orang-orang Makassar ke Australia meninggalkan kesan baik yang dapat menjadi perekat persahabatan, melewati batasan-batasan negara, bagi orang-orang Indonesia dan Australia modern. (*/4dv)