MAROS—Pada akhir tahun 2023, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan produksi udang nasional mencapai 1,09 juta ton. Di tahun ini, target produksi tersebut meningkat menjadi 2 juta ton.
Guna mendukung hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia siap membangun tambak udang modern di 12 lokasi di Indonesia sepanjang tahun 2024, salah satunya di Sulawesi Selatan. KKP juga siap bersinergi dengan pihak-pihak lain untuk menyukseskan program tersebut.
Berangkat dari hal itu, eFishery, perusahaan teknologi akuakultur asal Indonesia, menyambut baik program modernisasi tambak udang dari KKP. Hal itu ditandai dengan Selasa (23/4/2024), eFishery meresmikan proyek budidaya tradisional plus di Instalasi Tambak Percobaan Maros, Sulsel, bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel.
Juga Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan 3 Maros (BRPBAP), serta United Nation Industrial Development Organization (UNIDO) melalui program Global Quality and Standards Programme (GQSP).
Menurut Corporate Communications Manager eFishery, Satrio Sih Pinandhito, program GQSP dirancang untuk memberikan kontribusi dalam memperbaiki akses pasar dalam dan luar negeri bagi rantai nilai (value chain) perikanan budidaya yang terpilih melalui peningkatan kapasitas para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya.
“Secara khusus program ini berupaya untuk memperkuat prasarana mutu rantai nilai perikanan budidaya (quality infrastructures), memperkuat kapasitas pelaku usaha UMKM pembudidaya, pedagang, dan pengolah agar mampu memenuhi persyaratan mutu dan standar yang ada (SMEs compliance), serta meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan terhadap mutu (quality awareness),” jelas Satrio.
Lebih lanjut Satrio menjelaskan, bahwa peresmian dilakukan dengan penebaran 200.000 benih udang vaname di 5 kolam seluas 2 hektar oleh Muhammad Chairil selaku VP Public Affair eFishery, Boedi Julianto mewakili GQSP UNIDO Indonesia, A. Indra Jaya Asaad selaku Kepala Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, dan Dr.Muhammad Ilyas ST, M.Sc, IPU selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulsel.
Selain itu, para petambak juga diberikan pembekalan untuk peningkatan metode budidaya tradisional menjadi tradisional plus, yaitu dengan memanfaatkan sentuhan inovasi teknologi yang mudah ditiru agar dapat meningkatkan produktivitas.
VP Public AffairseFishery, Muhammad Chairil menegaskan, bahwa Proyek budidaya tradisional plus ini merupakan komitmen dan misi dari eFishery, yaitu menjadi solusi dari masalah fundamental dengan menggunakan teknologi yang terjangkau.
“Kami melihat bahwa Sulawesi Selatan memiliki potensi besar di bidang budidaya udang yang masih dapat dikembangkan. Kami sangat antusias untuk terus mendukung keberlanjutan proyek ini, serta berkontribusi dalam pengembangan sektor perikanan budidaya di Sulawesi Selatan. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta adalah kunci untuk mencapai potensi penuh industri perikanan dan kami berharap dapat terus bekerja sama dalam mencapai ekosistem ekonomi biru,” ujar Muhammad Chairil.
Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulsel, Dr. Muhammad Ilyas ST, M.Sc, IPU menambahkan, bahwa proyek ini merupakan langkah baik dari eFishery untuk menghidupkan budidaya perikanan serta mendorong perekonomian di daerah Sulawesi Selatan demi terciptanya ekosistem ekonomi biru yang selama ini menjadi fokus pemerintah.
“Melalui proyek ini, kami menghadirkan proyek percontohan yang nantinya dapat diteruskan oleh petambak-petambak setempat,” terang Muhammad Ilyas.
Untuk mewujudkan ekosistem budidaya yang berkelanjutan dan bertepatan dengan peringatan Hari Bumi pada 22 April, eFishery melakukan penanaman mangrove di sekitar lokasi tambak untuk melindungi ekosistem dan menjaga lingkungan. Hal ini juga sekaligus menjadi bukti nyata eFishery untuk selalu melaksanakan praktik budidaya yang tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, tapi juga bertanggung jawab. (70n)