Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Selama Tahun Baru 2025
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Kemiskinan dan Rentannya Penyakit Infeksi

1029
×

Kemiskinan dan Rentannya Penyakit Infeksi

Sebarkan artikel ini
Kemiskinan dan Rentannya Penyakit Infeksi
dr. Rostia Arianna (Dokter & Pemerhati Isu Kesehatan)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Apa arti uang tiga ratus ribu untuk Anda? Mungkin untuk membeli pulsa, pizza, atau uang tunai buat jaga-jaga? Ternyata, di Provinsi Sulawesi Selatan, nilai Rp316 ribu adalah garis kemiskinan per kapita makanan per bulan pada tahun 2022.

Artinya, inilah jumlah minimum yang dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk membeli makanan selama sebulan. Seberapa banyak penduduk di Provinsi kita yang hidupnya seperti ini?

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan merilis, penduduk miskin Sulsel per Maret 2022 berjumlah 777,44 ribu jiwa atau 8,63%. Jumlah ini masih menggunakan standar lama WHO dengan paritas daya beli $1,90.

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

Kemiskinan bukan hanya terbatas pada tidak memiliki harta benda, hidup serba kekurangan, atau di bawah standar hidup layak.

Lebih dari itu, kemiskinan sangat dekat dengan buruknya sanitasi lingkungan, bertambahnya jumlah anak putus sekolah dan angka pengangguran, yang bisa jadi memicu meningkatnya angka kriminalitas, Selain itu, kemiskinan juga rentan dengan kehadiran penyakit infeksi.

Kemiskinan, memicu penyakit infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen seperti bakteri, virus, jamur, prion, dan parasit yang masuk ke dalam tubuh dan merusak organ.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan penyakit infeksi menempati peringkat dengan angka kesakitan yang tinggi, misalnya Tuberculosis (TB) pada tahun 2021 mencapai 443.000 kasus.

Penyakit infeksi lainnya seperti pneumonia, meningitis, kolera, disentri, tetanus, HIV/AIDS, demam berdarah, tifus, juga masih umum dijumpai.

Konsep dasar terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yaitu agen penyebab penyakit (mikroba patogen), host (pejamu), dan lingkungan. Keberadaan mikroba patogen ini ada di mana-mana. Air, tanah, udara, ada di semua ruang sekitar kita.

Mereka bisa berpindah secara langsung melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi, yaitu bersalaman, percikan air liur (droplet), melalui vektor (hewan perantara) misalnya dicakar anjing atau kucing, digigit serangga, darah, air atau makanan yang terkontaminasi, atau secara tidak langsung seperti menyentuh benda yang telah terkontaminasi dan tidak memperhatikan kebersihan tangan.

Melalui pintu masuk (port de entrée) seperti kulit/mukosa yang terluka, rongga mulut, hidung, telinga dan sebagainya, sukseslah mikroba ini menempati tubuh host dan memulai petualangannya.

Kemiskinan ada di sekitar kita dan nyata. Mahalnya harga tanah dan rumah, memaksa sebagian orang memutuskan membangun rumah di atas rawa-rawa, di atas got, di pinggiran pabrik, di dekat pembuangan sampah. Bermodal seng dan kayu bekas, berlantai tanah, mereka tinggal di rumah ala kadarnya.

Suatu zona yang sangat kaya dengan mikroba dan memungkinkannya panen raya. Karena tingkat pendidikan yang rendah, tidak memiliki kualifikasi bersaing dalam dunia kerja, akhirnya penghasilan pun rendah, bisa membeli makanan rasanya sudah luar biasa. Kadang kondisi memaksa untuk mengais makanan sisa dari sampah.

Selain itu, perilaku hidup dengan kebersihan diri yang kurang, mengabaikan cuci tangan, tidak tersedianya air bersih, kalaupun ada air tapi terkontaminasi semakin menambah besar peluang Shigella, Escherichia coli, Vibrio cholera, dan kawan-kawannya menanti untuk masuk ke dalam sistem pencernaan, membawa bendera disentri ataupun kolera.

Hunian dengan sirkulasi udara yang buruk, membuat Mycobacterium tuberculose serasa di surga, membuatnya dapat hidup beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab, bahkan bertahan berminggu-minggu pada lingkungan yang kering.

A scanning electron micrograph of Mycobacterium tuberculosis bacteria
A scanning electron micrograph of Mycobacterium tuberculosis bacteria, which cause tuberculosis, is pictured. (Credit: NIAID / Flickr via Creative Commons). (Foto: ktla.com)
error: Content is protected !!