OPINI—Sungguh miris melihat kondisi negeri ini. Betapa tidak negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim ini tengah diliputi berbagai persoalan. Mulai dari persoalan korupsi, narkoba, kekerasan seksual, dan yang paling marak saat ini adalah kasus bunuh diri. Ya, kasus bunuh diri dinegeri ini seolah tidak ada hentinya, sebaliknya justru terjadi lagi dan lagi.
Sebagaimana yang terjadi baru baru ini di Lingkungan Lari, Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, seorang wanita berusia 18 tahun (W) tewas karena gantung diri. Dilansir dari Tribun-Sulbar.com bahwa korban bunuh diri karena himpitan ekonomi (terlilit utang koperasi). “Saya dengar seperti itu, hutang koperasi,” ujar Arbain selaku lurah Bebanga.(5/7/2023).
Kasus ini bukanlah kasus yang pertama kali terjadi. Namun, jauh sebelum hari ini pernah terjadi kasus yang serupa. Sebagaimana yang terjadi sekitar satu tahun yang lalu seorang wanita berinisial NI (20 tahun) ditemukan tewas tergantung didalam rumahnya sendiri.
Tepatnya di Desa Taan, Kecamatan Tappalang, Mamuju, Sulawesi Barat, selasa (26/7/2022). Wanita tersebut ditemukan oleh orang tuanya tergantung didalam kamarnya. Hal ini kemudian dibenarkan oleh Kapolsek Tapalang Iptu Binton Sihombing, beliau juga mengungkapkan bahwa wanita ini mengalami depresi karena memikirkan biaya pengobatan dirinya.
Kasus yang sama juga pernah terjadi di daerah Polewali Mandar, tepatnya di Daerah Pambusuang Kecamatan Balanipa pada kamis 27 Januari 2022 lalu.
Dikabarkan bahwasanya seorang ibu rumah tangga berinisial S (34 tahun) telah ditemukan tewas tergantung diruang keluarga dengan seutas tali nilon. Kapolres Polewali mandar AKBP Agung Budi Leksono melalui kepala SKPT III Ipda Gidion Geradus telah membenarkan kejadian tersebut. Sebagaimana yang dilansir dari sulbarkini.com bahwa wanita tersebut meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil. Dan dikabarkan bahwa wanita tersebut bunuh diri lantaran depresi disebabkan karena himpitan ekonomi.
Beberapa kasus bunuh diri ini seolah menjadi indikasi bahwa dinegeri ini kasus bunuh diri kian hari kian marak. Dan mirisnya sebagian besar kasus bunuh diri yang terjadi dilatar belakangi oleh penyebab yang sama, yakni karena depresi dan faktor ekonomi.
Perlu kita pahami bahwa depresi dan faktor ekonomi yang menjadi penyebab maraknya kasus bunuh diri ini hanyalah faktor yang nampak di depan mata kita dan bukanlah faktor yang sesungguhnya. Sebab faktor penyebab dari semua persoalan yang ada saat ini adalah penerapan sistem buatan manusia di tengah umat yakni sistem kapitalisme.
Sistem yang meniscayakan pemisahan agama dari kehidupan, mendorong seseorang untuk semakin jauh dari akidah Islam. Dan imbasnya ketika seseorang itu jauh dari Islam maka secara otomatis akan menghilangkan ketakutannya terhadap Allah SWT.
Ketika kondisinya demikian, maka tentu setiap orang akan berani berbuat apa saja yang mereka inginkan tanpa mempertimbangkan lagi apakah itu sesuai dengan aturan Allah SWT atau tidak. Sebab rasa takut pada Allah SWT itu tidak lagi ada, ini dari sisi akidah.
Adapun dari sisi ekonomi, sistem kapitalisme ini adalah sebuah sistem yang meniscayakan sebuah kebebasan. Salah satunya kebebasan berekonomi, dalam hal ini kebebasan dalam kepemilikan umum, seperti sumber daya alam (SDA). Berbicara Saat ini negeri kita adalah negeri yang kaya akan SDA, baik di darat maupun di lautan. Hanya saja di satu sisi kekayaan alam ini tidak dapat kita nikmati sepenuhnya.
Hal ini disebabkan pengelolaan kekayaan alam tersebut diserahkan kepada pihak asing atau swasta hingga mengakibatkan distribusi kekayaan itu tidak merata. Kondisi seperti inilah yang kemudian menyebabkan ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat. Disatu sisi yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
Dalam sistem ini hanya orang orang yang bermodal (kapitalis) yang mampu mengelola SDA untuk mereka nikmati hasilnya. Akan tetapi, bagi masyarakat kecil hal ini merupakan sesuatu yang sulit. Jangankan untuk mengelola SDA bahkan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pokok saja kadang masih sulit.
Sulitnya pemenuhan kebutuhan pokok inilah yang terkadang menjadi pemicu depresi sebagian orang. Hingga, nampak wajar jika kasus bunuh diri itu kian marak karena faktor ekonomi, ditambah minimnya ketakutan pada Allah SWT yang disebabkan dijatuhkannya agama dalam kehidupan yang membuat akidah kaum muslim kian rapuh.
Jauh berbeda dengan Islam, dimana Islam bukan hanya sekadar agama ritual belaka, melainkan juga sebagai sebuah sistem yang akan melahirkan sosok pemimpin yang mampu menjamin akidah, akal, harta dan jiwa umat. Tidak hanya itu dalam kekayaan alam seperti tambang emas, batu bara, migas dan lainnya sepenuhnya akan dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat atau warga negaranya.
Hingga dengan pengelolaan kekayaan ini negara bisa menjamin kebutuhan pokok setiap warga negaranya. Kebutuhan itu meliputi sandang, pangan dan papan. Termasuk juga layanan kesehatan dan pendidikan.
Alhasil, dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang dilakukan oleh negara ini tidak akan ditemui warga negara yang depresi karena himpitan ekonomi. Dengan demikian, alangkah baiknya jika kita mulai melirik sistem Islam sebagai solusi untuk menyelesaikan semua persoalan kehidupan. Wallahu A’lam. (*)
Penulis: Satriah Ummu Aulia (Pengurus MT Mar Atul Mutmainnah)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.