Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Stunting
  • Universitas Diponegoro
Opini

Menyoal Anak di Peringatan Hari Anak Nasional

273
×

Menyoal Anak di Peringatan Hari Anak Nasional

Sebarkan artikel ini
Menyoal Anak di Peringatan Hari Anak Nasional
Risnawati Ridwan
  • KPU Sulsel
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar
  • Banner DPRD Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Pada tanggal 23 Juli 2024, kita merayakan Hari Anak Nasional yang ke-40. Tahun ini, peringatan Hari Anak Nasional mengangkat tema “anak terlindungi, Indonesia maju,” yang mencerminkan fokus pada perlindungan anak untuk mendukung kemajuan negara. Hal ini disampaikan oleh Kompas.com pada 18 Juli 2024.

Pemerintah terus berusaha meningkatkan kesejahteraan anak dengan menggalakkan partisipasi dari semua pihak melalui peringatan Hari Anak Nasional yang diselenggarakan setiap tahun.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Meskipun demikian, upaya ini belum sepenuhnya berhasil mengatasi sejumlah besar tantangan yang dihadapi anak-anak saat ini. Masih terdapat banyak anak yang mengalami kekurangan gizi dan stunting, serta kesulitan dalam memperoleh akses pendidikan yang layak.

Permasalahan ini menunjukkan bahwa peringatan Hari Anak Nasional belum mampu secara signifikan mengurangi ketimpangan dan masalah yang dihadapi anak-anak di Indonesia.

Selain itu, masalah lain semakin memburuk, termasuk meningkatnya kasus anak-anak yang terlibat dalam kejahatan, baik sebagai pelaku maupun korban kekerasan. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, kekerasan ini tidak jarang dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti anggota keluarga, seperti paman atau bahkan ayah kandung sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun upaya penyadaran dan peringatan terus dilakukan, perlindungan terhadap anak-anak dari kekerasan dan perlakuan yang merugikan masih menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi dengan kebijakan dan tindakan konkret.

Pemerintah terus berupaya mengatasi masalah yang terus berkepanjangan ini, namun solusi yang diterapkan tampaknya belum mencapai akar permasalahan yang sebenarnya.

Sistem pendidikan saat ini cenderung memproduksi generasi yang lebih berorientasi pada aspek sekuler, yang lebih menekankan persiapan untuk dunia kerja dan pencapaian finansial, daripada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral. Hal ini tercermin dari pengurangan jam pembelajaran agama di lembaga pendidikan.

Di samping itu, peran keluarga dalam mendidik anak juga tidak optimal. Keluarga seharusnya menjadi lembaga pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak, serta menjadi tempat di mana nilai-nilai keagamaan Islam ditanamkan. Namun, realitanya adalah sulit untuk menemukan keluarga yang mampu memberikan pendidikan agama yang cukup dalam lingkungan keluarga.

Kedua faktor ini, yaitu sistem pendidikan yang lebih mementingkan aspek materi dan kurangnya peran keluarga dalam pendidikan agama, menjadi tantangan serius dalam upaya meningkatkan pendidikan yang holistik dan nilai-nilai keagamaan di kalangan generasi muda saat ini.

Bagaimana Islam mampu menyelesaikan masalah ini?

Dalam pemerintahan Islam, anak dianggap sebagai generasi penerus peradaban yang sangat penting, oleh karena itu negara memiliki tanggung jawab besar untuk menjamin pemenuhan semua kebutuhan mereka dalam segala aspek, tanpa kekurangan sedikit pun. Prinsip-prinsip Islam menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak.

Negara dalam pemerintahan Islam diamanahkan untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak mungkin bagi setiap anggota keluarga, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar anak-anak mereka seperti pakaian yang layak, tempat tinggal yang layak, dan makanan yang sehat. Dengan demikian, upaya ini diharapkan dapat mengurangi masalah stunting yang disebabkan oleh kekurangan asupan makanan yang sehat pada anak-anak.

Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya perlindungan dan pengasuhan yang komprehensif terhadap anak-anak, dengan menjamin bahwa mereka tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung. Hal ini juga mencerminkan komitmen Islam terhadap kesejahteraan generasi muda sebagai fondasi dari masa depan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Negara juga akan memastikan peran dan fungsi keluarga yang optimal dalam mendidik anak. Keluarga diharapkan akan menjaga anak-anak dari pergaulan bebas yang bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam, serta memberikan pendidikan karakter yang berlandaskan pada ajaran agama.

Jika terjadi kasus kekerasan seksual terhadap anak, negara akan memberlakukan hukuman yang tegas untuk memastikan efek jera bagi pelakunya, sehingga tindakan semacam itu tidak akan terulang.

Selain itu, negara akan menyediakan pendidikan dan layanan kesehatan secara gratis untuk semua lapisan masyarakat, tanpa memandang status sosial atau ekonomi mereka. Implementasi sistem pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam, yang mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai agama.

Semua langkah ini mencerminkan komitmen negara dalam Islam untuk melindungi, mendidik, dan memberdayakan anak-anak sebagai aset berharga bagi masa depan peradaban yang berkeadilan dan berkelanjutan. (*)

 

Penulis: Risnawati Ridwan

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

  • DPPKB Kota Makassar
error: Content is protected !!