Advertisement - Scroll ke atas
  • Ramadhan 1445 H
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
Opini

Cegah Radikalisme: Cegah Peperangan

401
×

Cegah Radikalisme: Cegah Peperangan

Sebarkan artikel ini
Muhammad Aras Prabowo, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesian/Kader PMII RE UMI.
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Kota Makassar

OPINI – Zaman peperangan telah berlalu, bersamaan dengan habisnya masa kegunaan meriam seperti yang tampak saya duduki. Saatnya kita menata masa depan bangsa dengan memperbanyak dialog-dialog atas perselisihan yang timbul.

Sebab kembali ke zaman tersebut adalah bentuk kemunduran, untuk itu mari kita tingkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap fenomena-fenomena yang menggiring kita kembali pada zaman tersebut.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Seperti fenomena intoleransi, radikalisme hingga terorisme yang bisa membuat bangsa kita kembali terpuruk dengan peperangan sesama warga negara.

Kelompok tersebut mempolitisasi agama untuk kepentingannya, guna mendeligitimasi pemerintah yang sah dan akan menggantinya dengan sistem khilafah.

Lihatlah keadaan Negara-Negara di Timur Tengah seperti Suriah dan lain-lain yang saat ini dilanda peperangan akibat paham keliru tersebut.

Mereka tidak tenang dalam beribadah, terjadi kerusakan fasilitas umum yang begitu parah, kemiskinan, kelaparan, banyak korban jiwa berjatuhan, anak yatim dan banyak lagi yang terlantar akibat perang.

Untuk itu semua lapisan masyarakat harus berpegang tangan untuk menghalau paham pembawa virus perpecahan.

Peran oraganisasi kemasyarakatan yang bercorak keagamaan sangat dibutuhkan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Sebab, kedua organisasi besar ini adalah bagian yang tidak terpisahkan atas perebutan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.

Mereka memahami betul kontes ke-Indonesia-an, atas jasa kedua organisasi besar tersebut berhasil mendialogkan antara Agama dan Negara. Sehingga keduanya bisa berjalan beriringan tanpa ada perselisihan.

Bahkan, keduanya dibuat saling mendukung satu sama lain sehingga Agama mampu berkontribusi terhadap kemajuan dan keberlangsungan Negara dan sebaliknya.

Negara menjamin kebebasan setiap masyarakat dalam beragama dan atau menjalankan praktik ke-agama-an.

Berdasarkan pemaparan Prof. Aria Nakissa dari Washington University in St. Louis saat menjadi salah satu narasumber dalam bedah buku “Geliat Islam di Amerika Serikat” karya Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M. A. menyatakan bahwa sebaik-baik konflik adalah selain peperangan. Karena dapat mengakibatkan disintegrasi sosial.

Lihat Juga:  Waspada! Bunuh Diri pada Anak lagi Marak, Kenali Pemicunya!

Artinya apa?. Bahwa kita sebagai individu, kelompok harus bersama dengan pemerintah dalam menghalau segala potensi konflik yang bisa berujung peperangan.

Termasuk menghalau perkembangan sikap intoleransi, radikalisme dan terorisme dengan Islam rahmatan lil alamin atau Islam Nusantara perspektif Nahdlatul Ulama dan Islam berkemajuan perspektif Muhammadiyah. (*)

Penulis: Muhammad Aras Prabowo (Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesian/Kader PMII RE UMI)
error: Content is protected !!