Advertisement - Scroll ke atas
  • Bapenda Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Stunting
  • Universitas Diponegoro
Opini

Gagal Ginjal, Buah Gagalnya Negara Menjamin Keamanan Pangan untuk Generasi?

265
×

Gagal Ginjal, Buah Gagalnya Negara Menjamin Keamanan Pangan untuk Generasi?

Sebarkan artikel ini
Gagal Ginjal, Buah Gagalnya Negara Menjamin Keamanan Pangan untuk Generasi?
Rahmi Angreni (Mahasiswa & Aktivis Muslimah)
  • KPU Sulsel
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar
  • Banner DPRD Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso menegaskan tak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak. Hal tersebut disampaikan untuk merespon hebohnya isu tentang puluhan anak yang menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). (CNN Indonesia, 26/7/24)

Bantahan tersebut tidak bisa menjadi angin segar bagi kita. Jika kita flashback di tahun 2023, data IDAI menunjukkan adanya lonjakan drastis sampai 70 kali lipat terkait kasus diabetes pada anak, jika dibandingkan pada tahun 2010. Kemudian di tahun 2022, terdapat 241 anak yang terkena gagal ginjal akut misterius di Indonesia dan total pasien yang meninggal tercatat 133 kasus.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kita juga tidak bisa menafikkan fakta bahwa semakin hari, gaya hidup serba instan sangat memengaruhi pola makan kita sehari-hari. Anak-anak disuguhi aneka makanan dan minuman kemasan tinggi gula. Belum lagi fakta menjamurnya berbagai produk makanan olahan cepat saji menjadi solusi praktis bagi orang tua yang memiliki banyak kesibukan.

Padahal salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal adalah kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula. Dokter Spesialis Anak di RSCM, Eka Laksmi Hidayati juga mengatakan pola hidup tidak sehat sangat berisiko menurunkan fungsi ginjal. Efeknya mungkin tidak langsung dirasakan, efeknya akan terasa dikemudian hari atau ketika masuk usia dewasa. (CNN Indonesia)

Industri makanan dan minuman tidak pernah sepi peminat. Dalam perspektif kapitalisme, kepentingan profit dan besaran cuan yang diraih menjadi prioritas para pelaku industri. Selama suatu makanan atau minuman digemari oleh masyarakat, maka mereka memproduksi sebanyak-banyaknya, meskipun masalah kesehatan dan keselamatan masyarakat diabaikan.

Inilah konsekuensi logis dari kapitalisme. Produsen mencari keuntungan sebesar-besarnya, meskipun harus mengorbankan kesehatan konsumen. Inilah kejahatan sistem kapitalis. Produsen mengabaikan masalah keselamatan dan kesehatan demi mendapatkan keuntungan besar.

Kemudian, di sisi lain pemerintah kurang serius. Meskipun terdapat peraturan pemerintah yang mengatur kecukupan gizi, namun hal ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan penyakit yang menyerang generasi muda. Artinya, pelaku industri perlu menilai kandungan gula pada makanan dan minuman yang mereka produksi.

Sejatinya, pemerintah memainkan peran penting dalam memastikan bahwa anak-anak dan generasi muda menjalani kehidupan yang sehat dan produktif saat dewasa.

Faktanya, negara ini telah menetapkan beberapa kebijakan, seperti program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), promosi gaya hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), cukai pada minuman manis, regulasi terkait label gizi pada makanan kemasan, pembatasan iklan makanan tinggi gula, dan regulasi mengenai kandungan gula, garam, dan lemak dalam produk makanan. Namun, apakah kebijakan ini akan efektif jika pola hidup dan gaya hidup masyarakat tidak berubah?

Fakta di atas menampakkan peran negara dalam menjamin keamanan pangan bagi generasi telah mengalami kegagalan.

Konsep Pangan Halal dan Tayib, Butuh Dukungan Sistemis

Islam menganjurkan setiap orang untuk makan makanan Halal dan Tayyib. Allah Taala berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 88 yang artinya, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kalian, dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya.”

Pemenuhan kebutuhan pangan yang sehat dan baik tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua saja, namun negara juga memegang peranan penting. Negara harus menjamin kesejahteraan masyarakat dengan memberikan kemudahan akses terhadap kebutuhan pangan sehat dan bergizi, serta mengatur regulasi untuk industri makanan dan minuman agar sesuai dengan konsep makanan halal dan tayib.

Negara juga harus menyelenggarakan edukasi secara komprehensif melalui institusi kesehatan dan pelayanan kesehatan, media massa dan berbagai tayangan edukatif menarik agar masyarakat memahami kriteria makanan yang halal dan tayib sesuai perintah Islam. Negara juga memiliki kewajiban memberikan layanan kesehatan gratis kepada semua masyarakat, menindak tegas pelaku industri dan siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap aturan distribusi makanan dan minuman halal dan tayib.

Sistem pendidikan yang diterapkan harus kolaboratif dan terpadu dengan kurikulum pendidikan berdasarkan akidah Islam, khususnya materi pola hidup sehat dalam mata pelajaran penjaskes. Bukan sekedar membentuk generasi yang ahli dalam olahraga, namun juga harus membentuk pola pikir sehat dan fisik yang kuat.

Semua kebijakan tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif dan sistematis, yaitu mengubah pola dan gaya hidup berlandasan sekuler kapitalisme, hedonis, dan konsumtif menjadi pola dan gaya hidup Islam di segala aspek kehidupan. (*)

 

Penulis: Rahmi Angreni (Mahasiswa & Aktivis Muslimah)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

  • DPPKB Kota Makassar
error: Content is protected !!