OPINI—Persoalan palestina hingga hari ini masih terus membara. Terhitung sudah 11 bulan kebrutalan Israel menyerang gaza dan memakan korban lebih dari 40.200 warga Palestina yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani dalam pidatonya dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024) menyuarakan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan daerah konflik lainnya.
Hal senada disampaikan Menteri Luar (Menlu) Negeri RI Retno Marsudi untuk mengakhiri agresi dan genosida di Palestina. Menurutnya, parlemen memainkan peran penting, dengan memanfaatkan jaringan parlemen, untuk memobilisasi tekanan publik internasional untuk mengakhiri agresi dan genosida di Palestina, mendukung bantuan kemanusiaan dan memajukan solusi dua negara.
Pencitraan Belaka
Seruan kemerdekaan palestina pada forum internasional bukan terjadi sekali ini saja. Sudah beberapa forum internasional yang diadakan dan seruan bahkan pengecaman sudah disampaikan dalam forum, termasuk PBB selaku organisasi global, tetapi nyatanya tidak berpengaruh apa-apa.
Justru kondisi palestina semakin memburuk. Kebrutalan zionis tetap berlangsung, wilayah Palestina makin sempit. Rafah, yang tidak lain adalah benteng terakhir kaum muslim di sana ikut dihancurkan.
Seruan untuk kemerdekaan Palestina saat ini sejatinya tidak lebih dari sekadar pencitraan. Seruan dan kecaman dunia internasional tanpa ada tindakan terlalu klise. Sekedar omongan di bibir tetapi aksi tidak ada itulah yang membuat sionis tetap melancarkan aksinya.
Padahal para penguasa negeri muslim bisa berbuat lebih banyak dari sekadar mengecam dan mengutuk kebrutalan Israel. Selain pengiriman militer sebagai langkah strategis, langkah lain yang bisa diambil oleh para penguasa muslim adalah menelurkan kebijakan pemboikotan terhadap produk-produk Israel beserta negara-negara pendukungnya. Namun, langkah-langkah itu tidak diambil.
Negara tetangga sekaligus yang terbesar di kawasan jazirah, yakni Arab Saudi, diketahui tengah membangun 15 stadion megah untuk persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa sedikit pun peduli dengan tumpahnya darah saudara sesama muslim di Gaza.
Demikian halnya Mesir. Meski berbatasan langsung dengan Gaza, Mesir enggan membuka pintu perbatasannya, apalagi memberikan bantuan logistik.
Ini adalah bukti sikap abai para penguasa di negeri-negeri muslim terhadap Palestina adalah akibat sentimen kebangsaan. ide nasionalisme yang terlanjur mengakar di negeri-negeri muslim telah menjadi racun politik yang menyebabkan negeri-negeri muslim tidak berkutik untuk membela saudaranya di Palestina.
Hal ini tentu konsekuensi sistem yang diadopsi hari ini yaitu Kapitalisme. Sungguh, tegaknya sistem jahat kapitalisme telah membuat negeri-negeri Islam mati rasa. Ketidakpedulian mereka pada Gaza menegaskan sikap individualistis.
Islam Solusi Tuntas Palestina
Islam membangun kekuatan ukhuwah atas dasar akidah. Negara berperan penting dalam menanamkan sikap umat terhadap saudara sesama muslim, terlebih yang dijajah seperti palestina.
Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Umat Islam tidak membutuhkan forum-forum internasional yang hanya berisi formalitas, tetapi kosong dari persatuan hakiki dan ikatan akidah Islam. Krisis Palestina bukanlah permasalahan lokal di sana, tetapi permasalahan bagi umat Islam seluruhnya karena kaum muslim itu bersaudara.
Solusi strategis untuk krisis Palestina adalah dengan tegaknya Khilafah yang akan menjalankan politik luar negeri berupa jihad fisabilillah dalam rangka mengusir Zion*s dari tanah Palestina. Oleh karena itu, Islam juga membina setiap rakyat akan kesadaran politik Islam. Juga akan kewajiban melakukan dakwah dan jihad.
Selain itu, dengan pendidikan islam dalam Khilafah, setiap muslim akan selalu menyeru kepada kebenaran, melalui berbagai mekanisme. Pendidikan di atas landasan ideologi Islam akan mampu mencerdaskan umat dengan ideologi islam.
Menanamkan akidah islam dalam dalam hati, merasuk dalam jiwa, dan menyatu di dalam tubuh kaum muslim. Sehingga, kaum muslim akan sadar dan tidak akan meninggalkan saudaranya yang terbantai.
Dengan demikian, keberadaan Khilafah di tengah-tengah umat saat ini merupakan hal yang sangat urgen. Khilafah akan berperan sebagai junnah (perisai) untuk membela Palestina dan menjadi solusi tuntas bagi krisis di sana. (*)
Penulis: Ainun Afifah
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.