Advertisement - Scroll ke atas
  • Ramadan Mubarak 1446H (Mediasulsel.com)
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Di Balik Demam Sepak Bola Bagi Wanita

337
×

Di Balik Demam Sepak Bola Bagi Wanita

Sebarkan artikel ini
Teresya Margaretha Silaban
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Keberhasilan Timnas Indonesia mencetak sejarah baru, mulai dari lolos ke Piala Asia U-20 dan U-23 hingga viralnya kualifikasi Piala Dunia 2026, telah memicu euforia nasional.

Tidak hanya prestasi, jumlah penonton sepak bola pun melonjak signifikan. Fenomena ini semakin menarik karena kini, perempuan juga menunjukkan antusiasme mereka terhadap olahraga ini, sesuatu yang sebelumnya lebih lekat dengan laki-laki.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Namun, di balik fenomena tersebut, muncul pula sikap skeptis. Banyak yang menganggap sebagian perempuan hanya ikut-ikutan atau termotivasi oleh hal-hal seperti daya tarik fisik pemain, terutama mereka yang berstatus naturalisasi. Apakah itu salah?

FOMO dan Awal Mula Ketertarikan

Fenomena ini sering disebut sebagai FOMO (Fear of Missing Out), yaitu rasa takut ketinggalan tren atau informasi. Memang, tidak sedikit perempuan yang mulai tertarik pada sepak bola karena daya tarik visual pemain. Pemain seperti Rafael Struick, Justin Hubner, hingga Marselino Ferdinan kerap menjadi perbincangan. Namun, apakah alasan ini patut dipermasalahkan?

Sejatinya, daya tarik visual sering menjadi pintu masuk ketertarikan seseorang pada sesuatu. Sama seperti kita tertarik pada buku karena sampulnya atau menonton film karena trailernya, ketertarikan awal pada pemain sepak bola dapat berkembang menjadi minat yang lebih dalam terhadap olahraga itu sendiri.

Drama Sepak Bola: Lebih dari Sekadar Pemain Ganteng

Selain visual, daya tarik sepak bola juga datang dari drama yang terjadi di lapangan. Gol penentu di menit akhir, waktu tambahan, hingga drama antara pemain dan wasit menjadi magnet tersendiri. Perasaan tegang, senang, dan haru bercampur menjadi satu, menciptakan pengalaman emosional yang sulit dilupakan.

Bagi banyak perempuan, pengalaman menonton langsung di stadion atau nobar bersama teman menjadi momen istimewa. Ini tidak hanya soal pertandingan, tetapi juga tentang euforia, kebersamaan, dan diskusi.

Media Sosial: Membangun atau Merusak?

Media sosial memegang peran penting dalam mempopulerkan sepak bola di kalangan perempuan. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter dipenuhi hashtag seperti #TimnasDay dan #GarudaMendunia. Foto pemain, momen gol, hingga selebrasi ikonik tersebar luas, menarik perhatian banyak orang.

Namun, di sisi lain, media sosial juga menghadirkan tantangan. Fanatisme yang berlebihan sering kali memicu komentar negatif, bahkan ujaran kebencian terhadap pemain lawan. Bukannya menjadi ruang diskusi, media sosial berubah menjadi arena adu domba. Hal ini bertentangan dengan semangat olahraga yang seharusnya mempersatukan.

Menghargai Perempuan dalam Sepak Bola

Sayangnya, ada stigma yang melekat pada perempuan yang baru menyukai sepak bola. Mereka kerap dicap sebagai “penggemar musiman” hanya karena alasan awal ketertarikannya dianggap sepele. Stigma ini tidak adil. Ketertarikan awal, apa pun bentuknya, adalah langkah kecil yang bisa berkembang menjadi kecintaan mendalam.

Daripada menghakimi, kita seharusnya mendukung mereka untuk terus belajar dan menikmati olahraga ini. Sepak bola adalah olahraga universal yang bisa dinikmati siapa saja tanpa harus memahami setiap aturan sejak awal.

Bijak dalam Menghadapi FOMO

Meski FOMO sering menjadi pintu masuk untuk mencoba hal baru, kita perlu menyikapinya dengan bijak. Jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik, FOMO bisa memicu tekanan sosial, kecemasan, bahkan fanatisme yang merusak. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menemukan keseimbangan dan menjadikan pengalaman ini positif.

Solidaritas di Atas Segalanya

Sepak bola bukan hanya soal pertandingan; ia adalah alat pemersatu masyarakat. Kehadiran perempuan dalam dunia sepak bola harus diapresiasi sebagai bentuk partisipasi aktif yang memperkuat solidaritas.

Dengan mendukung tim secara sehat, tanpa menjatuhkan tim lawan, kita menciptakan lingkungan yang positif. Media sosial pun bisa dijadikan tempat berbagi pengalaman, berdiskusi, dan membangun kebersamaan. Mari jadikan sepak bola sebagai jembatan yang mempererat hubungan antarwarga, bukan sebagai alat pemecah belah. (*)

 

Penulis: Teresya Margaretha Silaban (Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi S1 Akuntansi, Universitas Jambi)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!