Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Dirgahayu TNI ke-79
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Gayung Baru Berkah Muharram

238
×

Gayung Baru Berkah Muharram

Sebarkan artikel ini
Gayung Baru Berkah Muharram
Hasrinawati H., S.ST, MM
  • Pemprov Sulsel
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Muharram tiba pertanda tahun baru. Mengawali tahun baru warga bugis makassar umumnya punya tradisi sendiri. Salah satu yang banyak dilakukan adalah berbelanja perabotan rumah semisal ember sampai gayung. Gayung termasuk yang paling popuper, kata orang tua agar menggayung (mengambil) berkah.

Biasamya dikaitkan dengan rezeki yang diharapkan datang di tahun baru ini. Selain belanja, peca sura pun adalah tradisi yang sama. Malam pergantian tahun pun ramai dengan pawai obor bahkan pengajian dan doa keselamatan rmai digelar. Bentuk kesyukuran masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk sampai pada tahun baru serta harapan besar agar ditahun baru banyak rezeki dan kehidupan berkah.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Punya harapan besar diawal tahun tentu wajar, namun realistis pada kondisi juga harus. Kondisi ummat Islam khususnya hari ini sungguh miris. Saudara kita di palestina masih terjajah. Siang malam dalam gempuran, keluarga dan harta mereka menghilang.

Padahal dunia seluruhnya sudah bersuara bahkan mahasiswa di barat sana melakukan aksi di kampusnya. Tragedi palestina adalah bencana kemanusiaan. Sayangnya penguasa negeri arab sebagai tetangga terdekat seakan tutup telinga.

Tembok rafah bukanlah benteng tinggi tapi para pengungsi tidak bisa melewatinya. Padahal kekuatan bangsa arab seluruhnya pasti bukan main-main. Mesir, irak, iran, arab saudi dan lainnya jika bersatu dan menolong dengan landasan saudara seakidah pastilah Israel akan berakhir. Namun itu tidak terjadi.

Dibelahan bumi lain pun muslim masih tertindas, khususnya daerah minoritas. Muslimah india bahkan kesulitan menggunakan jilbab dan masjid mendapat penyerangan. Di rohingnya minoritas islam masih dalam intimidasi. Apalagi didunia barat, Islamophobia masih sangat lekat.

Tidak jauh-jauh keluar negeri. Di negeri inipun mengalami banyak masalah. Sebagai negara mayoritas muslim, namun keislaman lebih hanya sekedar simbol. Tak lain karena negeri ini menganut sekularisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan.

Sehingga berbicara dengan dasar agama diruang-ruang publik akan dianggap bukan pada tempatnya. Tak heran jika kita temui keislaman seseorang sangat dipertanyakan, karena minimnya agama pada mereka.

Korupsi dinegeri ini jadi kasus biasa, koruptornya banyak muslim. Kriminalitas tinggi, pelakunya pun banyak muslim. Pelecehan seksual marak, judi menggila, diantara pelaku banyak muslim. Bagaimana tidak, godaan dunia begitu besar. Kehidupan liberal mengajarkan hidup tanpa aturan. Tidak peduli pada norma asalkan senang meski sesat.

Dikehidupan politik kitapun, menjadi bahan bercanda diwarung kopi. Aturan bisa diotak atik, hukum bisa dibeli. Para penguasa mengeluarkan kebijakan yang tidak ada bijaknya. Ekonomi melilit bahkan sampai mencekik jiwa-jiwa tidak berrdosa.

Realitas hari ini sungguh miris. Bagaimana mau berharap berkah jika demikian ini adanya. Patutlah Muharram jadi momen menengok jauh 14 abad lalu. Saat kondisi gelapnya Makkah sudah membutakan, Rasulullah panutan kita mencari jalan hijrah. Madinah Almunawwarah menjadi tempat tujuan terbaik, disana Rasulullah diterima tidak hanya sebagai personal melainkan dengan seluruh prinsipnya.

Sebelum hijrah utusan Madinah datang berbait sebagai janji kesetiaan sekaligus kesediaan untuk membantu Rasulullah menjalankan seluruh ide beliau. Rakyat Madinah memberikan tanahnya, dirinya dan hartanya kepada Rasulullah seluruhnya atas nama Islam. Mereka adalah anshar sang penolong Rasulullah dan Islam.

Ide yang diterapkan Rasulullah nyatanya bukan ide egois yang sempit melainkan sejatinya datang dari wahyu. Terbukti akhirnya Islam diterima dan diadopsi bahkan ke seluruh dunia.

Lalu mengapa tak kita menoleh kembali kepada apa yang dijalankan Rasul ini? Petunjuknya masih ada hingga detik ini dengan jaminan sempurna tak ada perubahan, AlQuran dan as-sunnah sepenuhnya ada dan bisa diimplementasikan ulang. Bukannya dunia sudah menerima Rasulullah adalah tokoh berpengaruh, pemimpin unggul yang belum tertandingi.

Sebagai muslim harusnya kita balik kepada teladan kita. Jangan terlena pada ajaran yang datangnya dari barat, yang justru tidak sesuai fitrah kemanusiaan kita. Yakinlah pada aturan yang diajarkan Tuhan melalui perantara Rasul ini tidak akan keliru. Tidak akan melukai kita.

Sebaliknya, justru keberkahan hidup dunia dan jaminan akhirat untuk kita. Dunia ini miliknya Sang Pencipta, sangat mudah bagiNya menurunkan rezeki dari manapun untuk kita, syaratnya taat kita sebagai makhlukNya. Wallahualam.

 

 

Penulis: Hasrinawati H., S.ST, MM

 

 

***

 

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

 

 

Simak Juga:

 

error: Content is protected !!