Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Dirgahayu TNI ke-79
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Lunturnya Kesantunan Berbahasa Dipengaruhi Berapa Besar Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Milenial

1385
×

Lunturnya Kesantunan Berbahasa Dipengaruhi Berapa Besar Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Milenial

Sebarkan artikel ini
Lunturnya Kesantunan Berbahasa Dipengaruhi Berapa Besar Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Milenial
Lunturnya Kesantunan Berbahasa Dipengaruhi Berapa Besar Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Milenial
  • Pemprov Sulsel
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Kemerdekaan suatu negara dan jati diri suatu bangsa dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, tidak terkecuali bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi di negara yang dahulunya di jajah tak henti-hentinya oleh bangsa asing, dengan proklamasi yang menggunakan bahasa Indonesiapun menjadi kunci dan jati diri bahwa negara kita ini sudah merdeka serta hasil dari jeri payah para pejuang negara.

Di era zaman sekarang tentu berbeda dengan zaman dahulu, apa yang membedakanya? yang sangat menonjol ialah dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) nya, mulai usia anak-anak sampai dewasa dalam segi permainan, tingkah laku, bahkan berbahasapun bisa saja tidak hanya bisa saja tapi memang berbeda seratus delapan puluh derajat.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Orang zaman dulu sangat mengedepankan bagaimana berbahasa yang baik dan sesuai menggunakan bahasa yang di resmikan di negaranya, berbalik di era milenial seperti ini sangat mengedepankan eksistensi dalam berbahasa sampai saat berbicara apalagi di kalangan remaja milenial yang merubah bahasa resmi Indonesia menjadi bahasa yang asing istilah zaman sekarang yaitu bahasa gaul.

Presiden ke-2 Republik Indonesia yaitu Bapak Soeharto beliau sangat mencintai bahasanya sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dan ingin sekali menanamkan nilai bahasa Indonesia di setiap warga negara Indonesia, bahkan beliau menutup rapat-rapat apa saja pengaruh luar yang masuk ke Indonesia. Beliau tidak membolehkan, jangankan budaya luar bahasa asingpun tidak diperbolehkan digunakan atau dipakai pada saat itu.

Tetapi berjalannya waktu beliau mulai memilah-milih apa saja budaya yang boleh masuk ke negri ini, sejatinya beliau hanya ingin menanamkan lebih budaya Indonesia kepada warga negaranya dan ingin menjunjung bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia.

Berbeda era tentu berbeda kebijakan, lambat laun kepemimpinan mulai berganti setelahnya banyak pemimpin Indonesia yang ingin sekali memajukan negara Indonesia, salah satu caranya yaitu menjalin kerja sama dengan negara luar. Dengan begitu negara kita bisa lebih berkembang lagu bahkan maju di masa yang akan datang.

Suatu kebijakan tidak terputus dari yang namanya dampak positif dan dampak negative, seperti yang tadi dijelaskan itu adalah dampak positif dari melakukan kerja sama dengan negara luar. Disamping itu ternyata ada dampak negative yang sangat mempengaruhi di negara Indonesia, salah satunya masuknya budaya asing yang memang tidak pantas diterapkan di negara Indonesia.

Pada saat ini malah sepertinya sudah mulai luntur etika dalam tingkah laku, pakaian bahkan bahasapun sudah jarang yang memakai bahasa kita sendiri. Contohnya banyak warga negara yang tinggal di Indonesia tidak bisa menggunakan atau gagap dalam berbahasa Indonesia malah sering menggunakan bahasa asing sebagai makanan sehari-hari.

Tidak salah ketika kita bergaul dengan bangsa lain itu dapat menambah wawasan kita tapi ingat, bagaimana menjadi pencerna yang baik itu.

Pertama, ambil sisi positif apapun yang datang dari bangsa asing sisi negatifnya jangan ikut di cerna juga.

Kedua, belajar bahasa asing tapi tidak melupakan bahasa sendiri dengan cara kita ingat bahwa bahasa kita itu merupakan perjuangan dari para pahlawan terdahulu yang ingin Indonesia merdeka.

Selanjutnya tetap menjunjung kesopanan dan kesantunan kita sebagai warga negara Indonesia. Nah itu merupakan cara yeng harus kita lakukan sebagai generasi milenial yang ingin memiliki dedikasi bagus dan tingkat kesopanan serta kesantunan yang baik.

Banyak generasi milenial yang enggan menggunakan bahasa sendiri, itu harus diperbaiki pemikiranya, dan mulai memikirkan bahwa bahasa kita itu keren dan memiliki nilai juang yang luar biasa. Tetapi tidak sedikit di zaman ini juga banyak generasi yang masih sangat mencintai budaya Indonesia salah satunya yang msih ingin mempelajari bahsa Indonesia yang merupakan hasil perjuangan dari pahlawan negara Indonesia.

Seperti yang kita ingat dalam peristiwa sumpah pemuda bahasa resmi negara Indonesia dikumandangkan oleh para pemuda-pemudi pada saat itu, dan harus ingat betapa sulitnya memperjuangkan negara yang ingin merdeka dari bangsa asing yang tak henti-hentinya menjajah negara Indoneia, sebagai generasi milenial yang berintegritas keilmuan kita juga di tuntut untuk menjaga budaya dan bahasa kita sendiri. (*)

Penulis: Yahdi Sabila Rosyadi (Mahasiswa S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin)
error: Content is protected !!