Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Ramadan dan Fenomena Anak Jalanan

514
×

Ramadan dan Fenomena Anak Jalanan

Sebarkan artikel ini
Mansyuriah
Mansyuriah, S. S (Aktivis Muslimah dan Pemerhati Sosial)
  • DPRD Kota Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Ramadan, sebagai bulan suci bagi umat Islam, adalah waktu yang penuh berkah, refleksi diri, dan meningkatkan amal ibadah. Apalagi Ramadan adalah bulan yang penuh dengan berbagi. Banyak orang yang merasa terpanggil untuk memberi sedekah, dan momen ini pun dimanfaatkan oleh Anjal dan Gepeng.

Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah pemberian sedekah ini benar-benar membantu mengurangi masalah yang lebih dalam, seperti pendidikan, perlindungan, dan rehabilitasi bagi anak jalanan?.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kepala Dinas Sosial Kota Makassar Ita Isdiana Anwar bersama jajarannya baru saja menemui Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin untuk menyampaikan laporan dan memaparkan solusi maraknya anjal gepeng. Lebih lanjut ia diminta untuk membuat SOP terkait penjangkauan atau penertiban anjal gepeng. (makassar.tribunnews.com, 21/03/2025)

Tak dimungkiri masalah anak jalanan, gelandangan dan pengemis masih menjadi problem menahun dan menjadi tantangan serius bagi pemangku kebijakan hingga saat ini. Di Makassar, jumlah anak jalanan dan gelandangan mengalami peningkatan. Berdasarkan survei Dinas Sosial Kota Makassar, 69% anak jalanan turun ke jalan karena masalah ekonomi, sementara faktor lingkungan dan keluarga yang tidak harmonis menjadi penyebab 31% anak jalanan turun ke jalan.

Semakin Merebak, Ada Apa?

Nasib anak-anak hari ini berada dalam dunia serba gelap. Berbagai permasalahan melingkupi ruang hidupnya. Mulai dari tekanan mental, sosial, psikologi, bahkan ekonomi, akibatnya dunia ceria yang harusnya ada pada anak telah hilang.

Jika ditelisk, maka maraknya Anjal dan Gepeng ini berkorelasi dengan (1) Jumlah kesmiskinan yang terus meningkat, anak-anak tidak punya pilihan selain tidak bersekolah karena tuntutan ekonomi dan kondisi keuangan keluarga yang minim. Akhirnya tidak jarang dari mereka memilih untuk hidup di jalanan untuk mengais “rejeki”, mulai dari mengemis, mengamen, jadi juru parkir liar, bahkan jadi manusia silver, uang yang mereka hasilkan jumlahnya bisa sampai jutaan rupiah per bulan.

(2) Pendidikan yang terbatas, akses yang terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas, terutama di kalangan keluarga miskin, menyebabkan banyak anak-anak putus sekolah dan turun ke jalan.

(3) Hilangnya fungsi keluarga, masalah dalam keluarga seperti perceraian, kekerasan domestik, atau pengabaian juga menjadi faktor pendorong anak-anak keluar dari rumah dan mencari tempat di jalanan.

Sisi lain, erat kaitannya juga dengan keterbatasan program pemerintah untuk perlindungan anak dan kesejahteraan sosial dapat memperburuk situasi. Program yang ada mungkin tidak cukup menjangkau atau tidak tepat sasaran dalam membantu anak-anak yang berisiko menjadi anak jalanan.

Ditambah lagi faktor lingkungan sekitar yang kurang mendukung, termasuk rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan kesejahteraan anak, semua ini mendorong anak-anak untuk bekerja di jalanan. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan memperparah situasi.

Padahal, terdapat berbagai macam ancaman bahaya yang mengintai anak jalanan , mulai dari predator anak, kekerasan baik seksual maupun fisik, ancaman kelaparan, dan penculikan anak. Masih lekat dalam ingatan kita kasus penculikan anak yang pelakunya remaja karena tergiur imbalan Rp1,2 miliar dari tawaran jual beli ginjal di media sosial.

Pelaku menjalankan aksinya dengan mengajak korban yang tengah menjadi juru parkir di depan minimarket untuk membersihkan rumahnya dengan iming-iming Rp50 ribu. Korban pun mau saja ikut pelaku. Andai ia bukan dari keluarga miskin, anak usia 11 tahun sepertinya akan mewarnai hidup dengan belajar di rumah dan sekolah, bukan di jalanan yang rawan terjadinya tindak kriminal.

Islam Memuliakan dan Menjaga Anak

Dalam ajaran Islam, anak-anak dianggap sebagai anugerah dan amanah dari Allah yang harus dijaga, dipelihara, dan dididik dengan baik. Islam sangat memuliakan anak-anak dan mengajarkan bahwa mereka memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh orang tua, masyarakat (lingkungan) dan negara.

Maka Islam memandang bahwa secara fitrah, anak berhak memperoleh perlindungan dan kasih sayang. Oleh karena itu, keluarga berperan menciptakan kehangatan, mendampingi tumbuh kembang anak, dan mengenalkan konsep dasar keimanan sehingga anak tumbuh sebagai hamba Allah yang taat.

Di sisi lain, masyarakat berperan mendukung perkembangan anak dengan bekerja sama menciptakan sistem sosial yang sehat dan ramah anak. Islam mengajarkan bagaimana menjaga hak antara sesama muslim, tidak saling mengejek, saling menjaga hak, juga menumbuhkan karakter untuk saling membantu (ta’awun). Orang tua tentu berperan besar mengenalkan sistem sosial Islami kepada anak.

Sementara itu, negara berkewajiban untuk mengadopsi berbagai kebijakan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan rakyat. Negara wajib memenuhi kebutuhan mendasar rakyat dan memastikan terpenuhinya kebutuhan mereka secara utuh dan menyeluruh, individu per individu.

Negara juga wajib memperhatikan aspek sosial masyarakat, ekonomi, pergaulan, pendidikan, dan seluruh aspek kehidupan lainnya. Negara bertugas memberi jaminan keamanan, perlindungan terhadap harta, serta memastikan keselamatan jiwa. Ini semua sebagai langkah nyata melindungi rakyatnya.

Negara secara langsung memberikan perlindungan pada institusi keluarga sehingga anak terlindungi dan haknya sebagai anak pun terpenuhi. Dengan demikian, cita-cita untuk melindungi anak harus bersifat sistemis. Sebagai aset bangsa, harus ada langkah strategis untuk melindungi anak agar kelak mampu menjadi generasi penerus peradaban. Wallahu a’lam. (*)

 

Penulis: Mansyuriah, S. S (Aktivis Muslimah dan Pemerhati Sosial)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!